Sebuah Janji

74 7 0
                                    


Laki-laki bersurai merah itu kembali mengecek jendela kamarnya untuk kesekian kalinya. Dirinya tampak resah, terlihat seperti sedang menunggu seseorang. Bermenit-menit, berjam-jam, namun sosok yang dinantinya tak kunjung datang juga.

"Iori... sudah lama ia tidak datang menjengukku... Apa dia sedang sibuk ya?"

Riku—nama lelaki itu memutuskan untuk kembali berbaring di tempat tidurnya. Ia tahu, dirinya sudah bosan dengan suasana rumah sakit, namun ia juga tidak bisa melakukan hal lain selain menjelajahi kamar, atau sesekali berjalan di taman yang terdapat di area rumah sakit.

"Padahal katanya ia akan menjenggukku kalau ia dapat hari libur..."

Wajahnya terlihat kesepian, namun pikirannya mencoba tetap positif.

"Ah, mungkin saja ia masih banyak kerjaan! Lagi pula, IDOLiSH7 kan sedang populer-populernya...! Iori pasti kesulitan karena menggantikanku sebagai center yang sedang sakit begini..."

Riku mencoba melengkungkan senyuman di bibirnya, namun entah kenapa senyuman itu terlihat getir. Pikirannya melayang, mengingat di masa-masa saat pertemuannya dengan Iori. Siapa sangka, permulaan yang tidak baik itu ternyata membawa mereka berdua menjadi lebih dekat. Dan tanpa Iori, dirinya merasa agak kesepian.

Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Riku.

"Permisi, Nanase-san. Sekarang saatnya pemeriksaan rutin.."

Seorang perawat masuk dan melakukan pemeriksaan pada Riku. Ia juga mengecek infus, stok obat, dan memastikan bahwa keadaan pasien berangsur membaik. Perawat itu sudah mengurus Riku sejak kecil, jadi terkadang mereka bertukar cerita mengenai hari mereka masing-masing.

"Oh iya, Nanase-san. Saya dengar IDOLiSH7 baru memenangkan penghargaan lagi ya? Benar-benar keren!"

"Ahaha, terima kasih... Itu karena semua member bekerja keras... Mohon dukungannya untuk IDOLiSH7 ya.."

"Sejak Anda mengatakan bahwa Anda adalah member IDOLiSH7, saya jadi mengikuti perkembangan grupnya.. Umm, lalu.. Di majalah edisi bulan ini, dikatakan bahwa Izumi Iori menduduki ranking popularitas tertinggi!"

"Iori memang member yang rajin dan pekerja keras! Wajar saja kalau ia mendapatkan itu!"

Padahal tadinya Riku merasa baik-baik saja, namun setelah mendengar kata-kata barusan, rasanya ada sedikit rasa yang cukup rumit di hatinya. Perasaannya bercampur antara sedih, kecewa, dan sedikit marah. Namun ia sadar, ia tidak bisa melakukan banyak hal dengan kondisinya yang sekarang.

Padahal kau berjanji akan menjadikanku superstar..."

Tapi tanpaku, kau sendiri pun bisa meraihnya...

Apa kau melupakan bahwa aku ada di sini, Iori...?

Musim pun berganti.

Daun-daun gugur tanpa menyisakan apapun di pohon. Halaman rumah sakit nampak bersih, ditutupi salju putih tebal. Suasana di ruang tunggu rumah sakit terasa ramai karena beberapa anak yang dirawat mulai menuliskan surat untuk santa. Beberapa menulis ingin cepat sembuh dan kembali bermain bersama teman-teman sekolahnya, ada juga yang meminta mainan, beberapa lainnya menulis ingin menjadi pahlawan super yang memberantas monster.

Seorang anak menghampiri Riku, menawarkan selembar kertas dan spidol berwarna merah.

"Kakak mau tulis permintaan juga untuk santa?" tanyanya dengan senyum.

Riku membalas senyuman anak itu, kemudian ia terdiam sejenak.

"Terima kasih, tapi sepertinya santa tidak bisa mengabulkan permintaanku..."

Sebuah JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang