PROLOG

23 4 3
                                    


Haloo!!
Aku Liya.
Selamat datang dan selamat membaca.
Cerita pertama yang ku rangkai dari imajinasi, dan sesuatu yang memotivasiku.

    Happy Reading.

•••••

Sekuat-kuatnya seseorang pasti akan ada sisi rapuhnya juga.

•••••


07 agustus 2010.

   Malam itu, hujan begitu lebat, angin bertiup dengan hebatnya, tangisan bayi menyayat hati. Ya, bayi itu sedang sakit, mungkin, demam tinggi?

"Bagaimana keadaannya?" tanya Ayah pada sang ibu. Ibu itu menggeleng, "Demamnya semakin tinggi, aku tidak tahu harus bagaimana." ucap sang istri sambil berusaha menenangkan bayi laki-lakinya.

Ayah berdiri dari istirahatnya dan berkata, "Bun, Ayah mau cari bantuan dulu,"

"Tapi yah, diluar hujan sangat lebat," peringat istrinya. "Dokter juga menyuruhmu untuk istirahat bukan?"

"Aku tidak bisa berdiam diri ketika anakku merasakan sakit dan menangis begitu kencang, tenanglah, aku tak apa." jawabnya menenangkan sang istri.

Bimo, ayah dari bayi tersebut membuka pintu rumah, dan keluar dengan ditemani payung, berteduh dibawah payung, berjalan ter tatih-tatih.

  Petir menggelegar, pohon-pohon bergerak sesuai arah angin. Bimo berhenti berjalan karena merasakan sakit pada bagian dadanya, sakit, amat sakit.

Dilain tempat, rumah.

   Firasat seorang istri sangat lah kuat, contohnya sekarang, Luna istri dari Bimo merasakan bahwa suaminya sedang tidak baik-baik saja.

"Lang, jaga adikmu, bunda akan menyusul ayahmu," ucap Luna pada anak pertamanya.

"Ta--pi bun," anak itu seperti tengah ketakutan.

Luna tidak mendengarkan ucapan anaknya, segera berlari sambil memanggil nama suaminya. Gilang yang melihat itu berlari kearah pintu, lalu berbalik melihat adiknya yang menangis.

Di gendong adiknya itu dan berlari menyusul sang bunda, dirintikan air hujan yang begitu deras, tanpa payung ataupun penghalang hujan. Coba kalian fikirkan, bayi yang sedang sakit dibawa hujan-hujanan? Aku tidak bisa membayangkan keadaan anak itu.

Dari kejauhan, Luna melihat suaminya tergeletak di pinggir jalan. Dengan tidak sabar, Luna berlari menghampiri tubuh sang suami.

"Bimoo?!!" teriak Luna sambil mengguncangkan tubuh suaminya.

Gilang yang berada dibelakang, jauh dari bundanya, kaget saat mendengar teriakan itu. Dengan sigap ia berlari menghampiri sang bunda serta adik yang didalam gendongannya.

"Ayahh,, bangun yahh," ucap Gilang. "ayah,, bangunn,, hikss," lanjut Gilang.

Tangisan dari satu keluarga terdengar, menyayat hati, sungguh ini sangat menyakitkan.
"Ayah, gak apa-apa kan bun?"

"Ayah sudah tidak bernafas nak, a-ayah--" ucap Luna menggantung dengan tangisnya yang semakin deras.

Luna berdiri mengusap air matanya, menatap sekitar, mencari sesuatu yang bisa membawa suaminya. Dia menemukan gerobak rongsokan.

Dia segera berlari dan mengambilnya, mengangkat tubuh suaminya dengan susah payah, lalu mendorong gerobak itu dengan sekuat tenaga.

Gilang mengikuti sang bunda di belakang dengan menggendong adiknya.

Tepat di setengah perjalanan roda terkena batu yang lumayan besar sehingga gerobak tidak seimbang, Bimo terpental dari gerobak tersebut. "Bimoo...hiks.." tangis Luna terdengar, Gilang berlari menghampiri sang bunda yang sudah ada di samping ayahnya.

"Ayah..." jerit Gilang dengan air mata yang mengalir deras dipipinya. Gilang menunduk melihat adiknya, dia terdiam, Adik Gilang Kira, tidak bergerak, tangisan tidak terdengar dari mulut adiknya itu.

"Bun," panggil Gilang dengan lirih.

"Kira tidak bergerak, Kira juga tidak menangis, kenapa dia bun?" tanya Gilang pada sang bunda.

Luna mendongak melihat kearah kedua anaknya. Dia melihat Kira yang ada dipelukan Gilang, menaruh kepala suaminya dengan perlahan, dan berdiri menghampiri sang anak.

"Kira,, bangun sayang,, ini bundaa," Luna mengambil alih anaknya, "Kiraa,, hiks,, bangun," jerit Gilang dengan tangisannya.

•••••

   Warga melayat di rumah Gilang, sebagian ikut ke makam. Tapi, mereka sudah pulang, sekarang hanya ada Gilang dan ibunya dimakam itu. Tangis Gilang memang sudah reda, tapi, dia hanya memandang kosong kedua makam itu. Ya, Adik dan Ayahnya dinyatakan meninggal oleh dokter.

Luna hanya diam menatap Gilang anaknya yang sedang berbicara ke makam dua orang yang disayangnya, dia seperti mayat hidup sekarang, tidak berbicara dan hanya memandang dengan pandangan mata kosong.

"Ayah Gilang akan membalaskan semua dendam ini, Gilang janji," ujar Gilang dengan lirih.

Gilang memutar tubuhnya menghadap makam adiknya, "halo adik, maafin abang ya? Abang janji bakal jagain bunda, Kira jagain ayah ya disana, semoga kalian bisa tenang di sana."

  'Ini janji dari seorang anak, dan seorang abang, ini janji yang akan ditepati, ini janjiku, tunggu pemabalasanku Morgan Adiwijaya.'
Tangan Gilang mengepal, menatap tajam dengan gigi bergemelatuk.

Ini janji Gilang yang akan ditepati, sebuah janji untuk membalaskan dendam, janji yang tidak akan di ingkarinya.

•••••

Hayoloh, maksut Gilang dendam, dendam apa sih? Penasaran ga nihh? Ikutin terus ya! Jangan lupa Vote dan komennya!

18 April 2022.

ADNANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang