11.

160 18 0
                                    

Matahari mulai menampakkan dirinya diatas awan. Sinar yang sedikit lebih terang dibandingkan hari-hari sebelumnya, terpantul dari kaca jendela kamar Hoseok yang masih betah tidur. Malamnya yang ia habiskan untuk menangisi nasibnya, hal-hal yang sebelumnya tidak ia ketahui justru menampar keras pasa wajahnya, memaksa ia harus melihat takdir yang nyata.

Bip... Bip... Bip...

Alarm yang terpasang di atas nakas tempat tidurnya mulai berbunyi. Hoseok tersadar dari tidurnya, menyingkap selimut hijau hangatnya untuk bangun. Wajahnya terpampang bengkak dengan kedua mata yang sembab.

Pukul 06.00 WIB

"Ah, sudah pagi yaa..?! Perasaan baru sebentar tidurnya." Gumamnya sambil menggosok kedua matanya yang enggan terbuka.

Akhirnya Hoseok bangkit, keluar kamar menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Lalu membuat sarapan untuknya dan juga Jimin.

Jimin memang belum bangun kalau jam segini. Terlalu pagi untuk Jimin bangun pukul 6. Ia pulang sampai rumah tengah malam, karena Cafe nya tutup pukul 11 malam. Itu pun belum ia merapikan seluruhnya dan menghitung hasil penjualan hariannya. Karena Jimin ingin keesokan harinya ia bisa langsung buka Cafe dan beroperasi dengan lancar.

Dan saat ini Hoseok sudah berada di dapur, ia memutuskan untuk membuat sandwich andalan nya. Karena keterbatasan bahan baku, maka Hoseok menggunakan seadanya.

Bau harum dari smoke beef yang dipanggang Hoseok membuat penghuni rumah satunya yang tidak lain dan tidak bukan, Jimin terbangun dari tidur lelapnya sambil menghirup aroma gurih namun enak menyusul sahabatnya.

"Lhoo, Jim.. udah bangun?"

Yang ditanya hanya mengangguk, duduk di meja makan dan meraih gelar untuk minum air putih yang sudah tersedia di meja, lalu meminumnya hingga tandas.

"Iya. Gara-gara lo manggang smoke beef pake butter, gw jadi laper mendadak."

Hoseok terkekeh, sahabatnya itu memang tak pernah kehilangan selera makan. Maka dari itu ia memiliki kekasih seorang chef handal.

"Yaa adanya cuma ini yang dikulkas. Untung masih ada selada, tomat, smoke beef. Rotinya aja tinggal beberapa. Yaudah, gw bikin sandwich aja buat breakfast."

"It's Okay, Seok. Gw mah pemakan segala kok, gak pemilih kaya laki gw. Apa-apa serba perfect, ribet."

Hoseok tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Jimin. Sadar betul ilang yang dibicarakan adalah kekasihnya jimin sendiri. Hoseok sangat tahu bagaimana Jimin dulu pernah ditinggalkan Seokjin ke Australia untuk kompetisi abang Master Chef tingkat negara. Dan disitu Jimin terus menerus menangis. Setelah hampir sebulan akhirnya Jimin menyusul ke Australia untuk menyusul Seokjin karena rindu setengah mati.

"Tapi cinta kan...?" Goda Hoseok.

"Ck!! Yaa cinta lah... masa gak?! Aneh aja kalo ada orang yg gak Cinta sama laki gw, Seokjin gitu looohh."

"Dih!!! Kalo Cinta mah buruan nikah lah!

"Gw...belum siap." Kata Jimin lesu.

Hoseok tahu apa yang menyebabkan Jimin yang enggan menikah buru-buru. Dirinya. Karena dirinya yang tadinya Jimin sudah mantap untuk menikah malah mengurungkannya. Tapi Hoseok tetap meyakinkan Jimin kalau Seokjin yang dulu adalah kakak iparnya mempunyai sifat berbanding terbalik dengan mantan suaminya.

Kadang Hoseok merasa bersalah, tidak bisa melakukan apa-apa untuk sahabatnya ini. Yang ada hanya merasa tidak enak karena selalu dibantu dari jaman ia kuliah hingga sekarang.

DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang