1 - Ezra dan (name)

17 2 0
                                    

Wabi-sabi

©️Haruichi Furudate

***

Kuroo Tetsurou as Ezra Pradipta

Ezra, lelaki yang mencintai (name) sampai ke tulang-tulangnya. Seorang dosen muda lulusan S2 di universitas UI prodi Ilmu Matematika. Ezra itu ambis, selesai S1 langsung tancap gas menuju S2.

(name), perempuan yang dicintai Ezra. Seorang komikus terkenal di sebuah aplikasi besar, lulusan DKV. Hobi kerja dari rumah, sesekali ke kantor kalo ada perlu sama atasan atau editor.

(name) fell first, but Ezra fell harder. Satu kalimat yang mampu mendeskripsikan hubungan mereka. Bermula dari (name) yang menghadiri pernikahan sepupunya yang juga seorang dosen di fakultas FMIPA tempat Ezra bekerja. Keduanya sangat dekat, sekarang pun masih.

(name) kala itu ditarik oleh sepupunya. Dari situlah ia dikenalkan dengan Ezra, pria berambut runcing berwarna hitam.

"(name)."

"Ezra. Ezra Pradipta."

Situasinya begitu canggung. Sang sepupu hanya tersenyum kecil. Ia tak tega melihat (name) yang sudah dipertengahan kepala dua belum pernah berpacaran sama sekali. Di sisi lain juga Ezra memang pernah bercanda meminta untuk dicarikan pacar.

"Gue bawain calon pacar, gimana? Ganteng kan? Dia juga dosen kok." bisik sang sepupu kepada (name) sambil menahan senyum.

(name) menatap ke arah Monik—sang sepupu—tidak percaya. Ya Tuhan, (name) jujur kalau pria yang baru dikenal sangat tampan dan mapan.

"Kalau gitu gue pergi dulu! Masih banyak tamu lain, hehe. She's my cute cousin, Ezra! Have fun!" Monik pun pergi begitu saja.

Ezra menatap (name) lekat, baru kali ini terasa canggung. Padahal dia sendiri orang yang sangat suka bersosialisasi.

"Ezra bukan?" Ezra terkejut, ia baru saja mau memulai percakapan.

"Gue Ezra, senang bertemu."

"Senang juga bertemu."

"So ... (name), lo datang sendirian?" tanya Ezra.

"Mhm, gue sendirian, keluarga gue yang lain pada sibuk dan nggak bisa datang, kebetulan aja gue sedang free hari ini."

"How about your work?"

"Usually, gue kerjainnya dari rumah, ya gue buat komik gitu intinya."

"Komik? Komik apa?"

"Ya, komik, di salah satu aplikasi dan cukup ... terkenal." Keduanya berbincang-bincang, suasana tidak canggung seperti awal bertemu.

"Really? Ada satu komik yang gue baca, komiknya tuh populer banget sampai udah hampir dua tahun pun komik itu selalu nomor satu." (name) ingin tertawa. Komik yang dibicarakan Ezra adalah komik miliknya sendiri.

"Nih ya, gue selalu kasih semangat setiap episode baru keluar." (name) ingat sekarang, pantas saja namanya terdengar tidak begitu asing.

"Jangan bilang lo ... @pradiptaE? Jujur-jujur aja, gue selalu menunggu komen dari akun lo."Ezra dibuat kaget. Ternyata oh ternyata (name) adalah kreator komik itu sendiri.

***

"Jadi, gimana?" Monik bertanya. Sekarang (name) berada di sebuah cafe dekat rumah sepupunya. Keduanya bertemu hanya karena Monik yang kepo akan satu hal.

"Gimana apanya, kak?" tanya (name) balik. Ia tidak cukup mengerti.

"Itu loh, si ... Ezra." Mendengar nama Ezra disebut oleh Monik (name) tersipu malu.

"Ya, ya ... ya ganteng sih ... pake banget cuma ya, gitu deh ...." (name) memainkan jari-jarinya. Bagaimana mungkin Ezra belum memiliki kekasih, spek bak dewa gitu.

"Gitu gimana?"

"Gue nggak yakin dia single, kak."

"Berarti lo suka sama dia? Cie ...   gue nelfon Ezra berarti."

"Kak, jangan! Gue ... bilang gitu bukan gue suka atau nggak."

"Maksud lo?"

"Bingung mau jelasinnya kayak gimana, kak. Intinya dia juga ternyata baca komik gue."

"Pantesan kemaren-kemaren topik pembicaraannya nggak pernah putus."

"Hai!" sapa Ezra. Mata coklat (name) rasanya ingin keluar. Dalam pikiran, pasti ulah Monik dari awal memang seperti sudah direncanakan.

"Gila, gue kira lo nggak datang, Zra."

"Gue pasti datang! Apalagi kalo lo yang traktir."

Keduanya tertawa. Tatapan lelaki itu membuat nyali (name) ciut. Semuanya menjadi jelas, sangat jelas. Ezra menyukai sepupunya. Namun, Monik sudah duluan memiliki pasangan, sehingga perasaan Ezra pun belum bisa tersampaikan.

Dada (name) terasa sakit.

***

"Ezra ... I love you too, but I'm really sorry." (name) tak bisa menintrol detak jantungnya. Semuanya begitu cepat terjadi. Dirinya bersama dengan Ezra memang dekat, tetapi kenyataan pahit itu (name) simpan dalam-dalam.

"What do you mean, (name)?"

"Gue tahu. Gue ... tahu jelas. Walau lo ngajak ke hubungan yang lebih serius, gue nggak bisa." (name) menarik nafas. Hatinya sakit, sangat sakit.

"Tatapan lo ke dia, cara lo treat dia like a queen. I can see it clear. Lo sebenarnya nggak suka gue, tapi sepupu gue kan?"

"Gue nggak mau jadi pelampiasan lo! Gue mencegahnya dengan cara ini, Ezra! This is the only way!" (name) terisak, suaranya bergetar hebat, ia tak perduli lagi penampilannya saat ini bagaimana.

"Gue pengecut waktu itu, gue nggak berani ngungkapin perasaan gue ke dia, (name)! She was my world back then. Gue bahkan belum bisa ngelupain dia waktu ngeliat dia nikah dan bahagia sama orang lain," jelas Ezra.

"Waktu Monik kenalin gue ke lo, gue sadar kalo itu udah saatnya gue buat move on. Dia bahagia, gue juga harus bahagia, (name). Walau sekarang hati gue terasa hampa."

Ezra menarik (name) ke dalam pelukannya. (name) tidak menolak, kepalanya disandarkan ke dada bidang sang lelaki. Si perempuan terdiam, tangisnya terhenti, ia masih tak mau melepas pelukan tersebut.

"Ini berat untuk kita berdua, gue nanya sekali lagi. (fullname) would you fill the empty part inside my heart?"

"I'll try, Zra. I'll try." Ezra mengelus puncak kepala (name) dan mengecupnya singkat. (name) menatap sang kekasih dengan mata yang merah.

"Awww, kamu jangan nangis lagi ya?"

"Au ah, aku ngambek."

***

🍊oranyebuzz
Start: 20-12-22

Wabi-sabi | Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang