Amour Splash

65 11 2
                                    

oneshoot, cuma 2k word. warn: cringe af

•••

Subin segera memasuki mobil fortuner berwarna hitam yang memiliki plat sama seperti tertera di ponselnya. Ia yakin betul kalau mobil lumayan mahal itu merupakan ojek online yang ia pesan di depan sekolah.

Tapi sayangnya, begitu masuk ke dalam dan memakai sabuk pengaman, dirinya malah terjebak dengan guru matematika killer yang mengajar kelasnya.

Sial. Meskipun tak dapat dipungkiri, gurunya itu memang tampan dan sangat menawan, tapi tetap saja Subin ketar-ketir duluan.

"Subin Rakhsa Binendra, betul?"

"Iya, pak," jawab Subin pelan.

Mobil hitam tinggi itu mulai maju, membelah jalan raya yang tak terlalu sepi.

Canggung.

Bahkan radio-pun tak dinyalakan oleh guru tampannya ini. Tapi Subin jadi bingung, kenapa manusia di sampingnya ini memilih kerja sampingan menjadi driver ojek online daripada beristirahat di rumah setelah mengurusi siswa-siswinya di sekolah?

Padahal kalau Subin jadi beliau, Subin tidak akan mau repot-repot begini. Toh, dilihat dari sisi manapun juga, guru ini tampak sangat modis, trendy, dan menawan dengan outfit-outfit mewahnya. Jadi tidak mungkin kalau ia menjadi driver hanya karena mencari uang tambahan. Tidak mungkin.

"Belok mana?"

Subin terperanjat dari lamunannya, lantas menengok kesana-kemari untuk mencari tahu sudah sampai mana sang guru membawanya.

"Oh, disitu, pak." Subin menunjuk ke arah kanan, "Masuk perumahan itu aja, rumah ketiga sebelah kiri."

Sering dengan tangan kekar yang lebih tua memutar kemudi, ia mulai buka suara, "Kamu kelas 12-4, kan?"

"Eh, iya pak. Kenapa?"

"Ingatkan temanmu, besok ulangan."

"Sialan."

Subin tersenyum sumbang, "Baik, pak."

"Kamu tinggal sendiri?"

Sungguh, hampir saja Subin tersedak air liurnya sendiri karena pertanyaan random dan mendadak dari gurunya itu.

"Eh, enggak pak. Saya sama orang tua kok," jawab pemuda itu sambil sesekali melirik sang guru di sampingnya.

Setelah menggangguk, mobil kembali hening. Dan karena lagi-lagi suasana menjadi sangat canggung, Subin berinisiatif untuk membuka percakapan lagi.

"Oh ya, Pak Sejun kenapa jadi driver gini?" tanyanya.

"Kalau diluar jangan panggil saya pak."

"Lah, terus apa njing? Kan guru gue," batin Subin dongkol. Namun lain di hati, lain pula di mulut. Subin tak mungkin menjawab seperti itu, jadi ia hanya tersenyum sungkan, "Terus panggil apa?"

Lama, Sejun diam, lantas menjawab sekenanya, "Kak, atau mas?"

"Anjing, sinting sih ini orang gue rasa."

"Oh, yaudah kalau gitu, Kak Sejun."

"Udah sampe."

Subin menengok, melihat ke luar jendela. Rupanya benar bahwa mobil fortuner hitam milik Sejun sudah terparkir apik di depan rumahnya. Pemuda itu buru-buru memakai tasnya yang tadi ia pangku, lalu melepas sabuk pengaman.

"Uangnya lewat aplikasi ya, kak."

"Iya."

"Makasih, Kak Sejun."

Amour SplashTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang