"Happy graduation, adek sayang."
"Hehehe makasih mas! Akhirnya bebas dari sekolah ini!" Subin merentangkan tangannya sembari menghela napas panjang, "Makasih banyak ya, mas. Kalau nggak mas bantu, mungkin adek gak bakal lulus."
"Hush, ngomongnya." Sejun mengusak surai cokelat Subin, "Ini juga berkat kerja keras kamu kok, dek. Adek kan pinter."
"Apanya!" Subin tertawa, lalu menarik Sejun untuk duduk di taman sekolah, "Nungguin 3J dulu ya? Habis itu pulang. Adek juga gerah ini pake toga terus."
"Iya sayang."
Sejun memandang Subin lekat, mengulum senyum bangga terhadap murid sekaligus kekasih kecilnya ini. Jujur, Sejun sama sekali tak menyangka bahwa dirinya dan Subin akan menjalani hubungan sesaat setelah ia mengajak si manis berkencan.
Kala mendengar jawaban 'iya' dari Subin, ia total membeku. Ia tahu bahwa sebenarnya Subin juga tidak terlalu serius saat itu, tapi siapa sangka bahwa hubungan keduanya akan langgeng?
Sejun sungguh bersyukur.
Label 'guru' dan 'murid' yang melekat pada keduanya memang menghebohkan seantero sekolah. Tapi mengingat sejatinya Sejun hanyalah pria berumur 23 tahun yang jatuh cinta pada anak manis berumur 18 tahun, perlahan semua mulai membaik.
Semua menerima hubungannya dengan baik.
Sejun akhirnya berhasil memunculkan pribadi Subin yang lebih apik. Memberinya banyak perhatian, pelajaran, serta kasih sayang.
Bagusnya lagi, rupanya bunda dan ayah Subin merestui mereka. Sungguh, Sejun tak pernah sebahagia ini dalam hidupnya. Ia pikir ia hanya akan berakhir menjadi guru Subin sampai si manis itu lulus.
Rupanya, ia yang berhasil membantu si manisnya secara langsung agar lulus dari sekolah ini.
"Mas?"
Sejun mengerjap kaget, "Ya sayang?"
"Pada bilang kalau kita mau pulang duluan gapapa. Mas mau pulang sekarang?"
Ia menggeleng, "Kan adek mau ketemu yang lain, kamu kesana dulu gapapa. Nanti kalau mas gak disini berarti di aula atau ruang guru ya?"
"Yaudah deh, aku ke temen-temen dulu ya?"
"Iyaa, sana. Take your time, dek. Ngobrol aja sepuasnya," kekeh Sejun seraya mengusak surai si manis lembut.
"Oke! Dadah, mas!"
Sejun mengulum senyum kala menatap Subin yang berlari kecil menuju aula, tempat dimana teman-temannya berada.
"Sejun!"
Si pemilik nama menoleh, lantas mendapati teman sesama gurunya mendekati.
"Hoi, darimana aja?" tanyanya sebelum duduk di sebelah Sejun.
"Disini aja, nemenin anak murid gue."
"Murid apa pacar?"
Tatapan menggoda yang diberikan kepada Sejun sukses membuat lelaki itu mencibir. Sejun menepuk bahu temannya pelan, "Makanya, Sangyeon, cepetan cari gandengan. Masa gue duluan."
"Gitu-gitu lo menggemparkan satu sekolah banget sih, Jun." Sangyeon menggeleng pelan, "Untung lo sama Subinnya aman, kalau gak kan kasian Subinnya."
Sejun mengangguk setuju, "Iya. Tapi kalau memang dulu ada kemungkinan terburuk yang terjadi, gue udah siapin semuanya sih," tuturnya.
"Terus habis ini mau ngapain?"
Tawa Sejun mengalun, "Apanya mau ngapain? Subin harus kuliah, kali! Gue juga pasti bakal terus ngajar disini, ada-ada aja pertanyaan lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Splash
Fanfic[✓] Subin tidak menyangka, hal yang menurutnya tidak masuk akal sekonyong-konyong terjadi dalam hidupnya. ꒰ Lim Sejun x Jung Subin ꒱˖