Chapter 2🔞

1.2K 74 7
                                    

Krist gelagapan, namun ia masih berusaha untuk terlihat tenang, "Apa yang kau bicarakan Phi, aku benar benar tidak mengerti." Krist tahu pertanyaan nya ini hanya akan membuatnya terlihat bodoh, tapi Krist tidak mungkin mengaku kepada Singto perihal pekerjaannya.

"Ayolah berhenti bersandiwara, beritahu saja berapa tarif mu? Atau kau ingin aku menyebar informasi ini kepada semua teman-teman mu? Reputasi mu sebagai kebanggaan di kampus kita akan hancur." Singto masih dengan senyum miringnya mengancam Krist, sebenarnya Krist takut sekali namun ia mencoba untuk memberanikan dirinya.

Krist dengan angkuh mengangkat dagunya, "Kau pikir orang-orang akan percaya dengan perkataan mu? Reputasi mu saja sudah buruk, mereka tidak akan percaya perkataan dari berandal seperti mu."

Ya, Singto memang tampan tapi sifatnya sudah terkenal buruk bahkan ia sampai di cap berandal oleh para dosen dan juga mahasiswa lain karena selalu terlibat perkelahian. Tentu saja tidak akan ada yang mudah percaya dengan perkataan Singto meski Singto digilai oleh para wanita sekalipun.

Krist pikir dirinya sudah menang namun wajah Krist kembali pucat saat melihat Singto semakin melebarkan seringai mengerikannya itu. Singto mengeluarkan ponselnya dari kantung celana, menunjukkan sebuah foto yang membuat jantung Krist seolah berhenti berdetak saat itu juga. Foto yang Singto tunjukkan tersebut adalah foto Krist berada di rumah bordil rahasia itu barusan.

"Ba-bagaimana kau bisa memiliki fotonya?! Disana jelas-jelas dilarang mengambil foto!"

Sudah jelas di rumah bordil itu ada larangan mengambil foto karena banyak tindak kriminal yang terjadi disana, seperti perdagangan manusia, obat-obatan terlarang dan juga perjudian.

"Entahlah bagaimana aku bisa mendapatkannya ya." Bisik Singto pelan masih dengan seringai liciknya, Krist sudah tidak bisa lagi berkelit.

"Oke apa mau mu sebenarnya, katakan dan aku akan memenuhinya tapi dengan syarat kau harus menghapus foto tersebut." Krist sudah menyerah, sekarang semuanya bergantung pada Singto.

"Mudah saja, malam ini. Tidur lah dengan ku."

Krist mengepalkan tangannya kuat-kuat, seperti dugaannya permintaan Lucius pasti akan mengarah ke arah sana. Krist menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, lagi pula hanya tidur dengan Singto. Itu bukan hal yang sulit bagi Krist.

.

.

Singto dan Krist sudah berada di hotel, sekarang ini Krist tengah mandi membersihkan dirinya. Sengaja memang Krist meminta untuk membersihkan diri dulu sebelum mereka benar-benar berhubungan badan. Saat Krist keluar dari kamar mandi, Krist mendapati Singto tengah duduk di atas ranjang, sebelum Krist, Singto sudah mandi lebih dulu dan Singto tidak memakai pakaiannya hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya semetara Krist hanya mengenakan bathrobe yang melapisi tubuh telanjangnya.

Krist tidak tahu harus bersikap bagaimana meski ini bukan pertama kalinya Krist berhubungan badan dengan laki-laki namun melakukannya bukan karena pekerjaan membuat Krist merasa canggung. Singto bangkit dari posisi duduknya dan melangkah mendekati Krist, telunjuk Singto terulur mengangkat dagu Krist hingga mendongak menatapnya.

"Kau terlihat terlalu malu-malu untuk seorang pelacur, bukan kah ini keahlian mu? Kenapa kau memasang wajah memerah seperti perawan yang belum pernah disentuh."

Singto melumat bibir Krist namun dengan sekuat tenaga Krist menolak. Krist mengerang kesakitan karena Singto meremas kejantanan Krist dengan keras, kesempatan itu Singto gunakan untuk memasukan lidahnya ke dalam mulut Krist. Percobaan pertama Krist tidak membalas ciuman Singto hingga membuat Singto berdecak dan menatap Krist kesal.

Allure [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang