Pertemuan Jacob dan Jenar selalu menjadi cerita paling dramatis di hidup Jacob. Mungkin bagi sebagian orang akan biasa saja, tetapi di hidup Jacob yang hanya berisi garis lurus, bertemu dengan Jenar layaknya memasuki dunia novel. Jenar lah karakter...
Hey, the white horse prince, when will you save me? I'm ready. -Jenar-
Tulisan di meja membuat Jacob mendengus. Lucu baginya mengetahui fakta bahwa dia, sang babu, sedang membersihkan meja tuan putri yang ditulis dengan tipe-x meminta pangeran menjemputnya. Sedangkan si babu, harus berurusan dengan tiner yang menyengat baunya.
Sebentar lagi Jacob akan mengikuti Ujian Nasional. Setelah mengetahui letak meja ujiannya, dia segera mengecek kondisi meja itu. Dia tidak bisa mengerjakan ujian dengan tenang jika mejanya kotor. Bukan berarti Jacob pecinta kebersihan yang ekstrim, hanya saja tulisan dan noda di meja tidak bisa membantunya berkonsentrasi. Jacob mudah terdistraksi.
"Aneh banget nih cewek nulis di meja sekolah tapi namanya juga ditulis." kata Jeje, yang mau tidak mau menemani Jacob membersihkan meja.
"Biar pangerannya ga salah alamat. Gitu aja ga tau." celetuk Dio, yang tentu saja terpaksa dibawa kedua sahabatnya.
"Jacob pangerannya gitu?"
"Ngaco. Dia mana tau kalo ini meja ujian gue." tukas Jacob.
"Dia mana tau gue." batin Jacob.
Hampir seluruh murid, bahkan Jacob yang kelas 12 tahu tentang Jenar. Siswi kelas 10 yang kecantikannya selalu dibahas oleh pengurus OSIS saat masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.
Sebulan penuh, mungkin 2 bulan, topik di sekolah itu hanya Jenar, Jenar, dan Jenar. Padahal tidak terlihat sama sekali Jenar orang yang seperti apa. Mereka tidak tahu apakah Jenar pintar, baik hati, ataukah hal-hal lainnya. Cukup dengan satu, kecantikannya, Jenar bisa terus dibicarakan.
Lagi, Jenar cantik, tetapi dia jarang berbicara. Siswa lain yang tidak sekelas dengannya pernah merumorkan bahwa Jenar bisu, tentu saja hal itu langsung ditepis oleh teman-teman sekelas Jenar.
Jenar seperti tuan putri yang anggun, malaikat yang rupawan, dan patung dewi yang diam penuh kharisma. Bahkan trio Jacob-Jeje-Dio, yang sehari-hari tidak memedulikan rumor di sekolah, ikut membicarakan Jenar barang 1-2 kali.
Jenar seterkenal itu, dan Jacob tidak mungkin dikenal Jenar.
🍐
Pangeran tidak akan datang menjemput kalau tuan putri tidak pernah memperlihatkan batang hidungnya sedikit pun. Siapa yang akan dia jemput? Bayangan yang meminta pertolongan? Dia pangeran, bukan Batman. -J- +Jangan ngotorin meja.
Pipi Jenar memerah. Tidak pernah dia membayangkan tulisan kekanak-kanakannya akan mendapat balasan. Secarik kertas kecil yang menempel di kolong meja itu sudah dia pindahkan ke dalam tempat pensil mungilnya.
"J" pikir Jenar.
Entah skenario apalagi yang memasuki otaknya kali ini. Dia ingin tahu banyak tentang J. Dia ingin menunjukkan batang hidungnya kepada J.
🍐
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jenar
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jacob
🍐
Don't forget to listen I Belong by Jacob on SoundCloud.