Ice Tea

28 2 0
                                    

Bertemu dengan Jenar sudah mengusik hari-hari Jacob. Sejak pertemuannya yang pertama, di hari Kamis dan Jumat kemarin, Jacob beberapa kali dengan tidak sengaja, berpapasan dengan Jenar.

Menganggu, bagi Jacob.

Dinantikan, bagi Jenar.

"Lo berdua inget Jenar?" tanya Jacob kepada dua sahabat karibnya.

Jacob, Jeje, dan Dio sayangnya menduduki bangku kuliah di kampus yang berbeda. Selama masih di daerah yang sama, hal itu tidak bisa menghalangi mereka untuk sesekali berkumpul di penghujung minggu, atau hari libur lainnya. Hari Sabtu ini menjadi salah satu hari untuk sekedar berkumpul, memainkan permainan di ponsel, atau membicarakan teman kampus yang tidak dikenal lawan bicara.

"Inget lah, adek kelas paling cakep. Di jurusan gue taun lalu pas ada adek tingkat cakep diomongin, gue langsung keinget Jenar." jawab Dio beserta informasi berlebihan yang biasa keluar darinya.

"Cakepan adek tingkat lo itu atau Jenar?" Jeje mengikuti pembicaraan.

"Adek tingkat gue. Gue sampe suka. Gue ga pernah suka sama Jenar."

"Yeh, sok-sokan nyebut adek tingkat, tinggal bilang aja Sara."

"Lah? Gue tanya nih, Sara adek tingkat gue bukan?"

Yang tadinya satu kalimat pertanyaan tentang Jenar, percakapan 3 orang itu sudah berbalik ke Sara. Selama hampir setahun penuh, Sara sudah diceritakan berkali-kali oleh Dio. Sara begini, Sara begitu, Sara seperti ini, Sara seperti itu.

Jacob bahkan mengingat sekelibat saat pertama kali Dio menceritakan bahwa Sara mengganggu pikirannya. Sedikit mirip seperti dirinya yang terganggu oleh Jenar. Hanya saja, Sara dan Dio dari tidak saling tahu. Sementara Jacob tahu Jenar, dan seharusnya, Jenar tidak tahu tentang Jacob.

"J for Jacob, right?"

Jacob membayangkan apa yang akan terjadi jika malam itu, dia menjawab pertanyaan Jenar. Jacob bahkan tidak mengerti dirinya sendiri yang langsung meninggalkan Jenar tanpa jawaban.

Tidak tahu apa yang terjadi pada Jenar malam itu.

Apakah Jenar memakai jaket dari Jacob dan berbalik pulang? Ataukah berdiam diri menatap Jacob dan Kevin, temannya, perlahan menjauh?

Yang pasti, Jenar aman. Mereka sudah berpapasan di kampus. Wajah Jenar tidak pucat, tidak ada bekas luka yang terlihat. Jaket hitam yang dikenali milik Jacob selalu dipakai.

🍐

"Gue udah mikir berhari-hari dan ga nemu jawaban kenapa Kak Jacob menghindar." keluh Jenar dengan mulut penuh bakso, sedang ia kunyah.

"Panas ga si di kantin jaketnya ga lu lepas gini?" tanya Varo.

Kantin kampus memang selalu ramai, apalagi saat jam makan siang seperti ini. Biasanya Jenar dan Varo makan siang di restoran atau kedai kecil di luar kampus, hanya untuk menghindari keramaian. Tetapi hari ini Varo mengidam-idamkan bakso panas di hari yang panas, dan menurut teman mereka, bakso kantin jurusan enak. Di sini lah mereka berakhir sekarang.

"Enggak. Jaketnya kan dari orang yang dingin." tukas Jenar.

"Ga nyambung."

"Roooooo. Gue 2 tahun usaha biar ketemu, pas ketemu dicuekin." keluh Jenar lagi, masih mengunyah baksonya. "Terus apa coba maksudnya ngasih jaket."

"Jenar yang gue kenal emang berisik pas lagi ngeluh ya." ejek Varo.

"Ro, arah jam 9!" seru Jenar.

Varo segera memutar kepalanya ke arah kiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jenar | Xiaoting, JacobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang