Hallo readers Dandelion, apa kabs ni?
Masih setia sama Dandelion 'kan?
Cuus, baca gaskeun!
Sebelumnya, jangan lupa vote, comment and share ya!
Luv u all❤️✿Stuck with u—Chill Mix✿
CHAPTER.9 || Pulang Bareng
—Lagi pengen matcha latte, dapetnya malah matcha depan—
~Dandelion。◕‿◕。🌸🦋🌸。◕‿◕。
Pukul 15.30 WIB adalah waktu yang paling di tunggu-tunggu oleh siswa-siswi SMA Cendrawasih.
"Bin, Lo jadi 'kan ikut balapan ntar malem?" Tanya Uranus sambil menggendong tas ransel nya yang besar. Tas doang besar, isinya mah buku sebiji.
"Gue usahain," balas Bintang.
"Bin, btw cewek tadi yang ke kelas siapa?" Tanya Leksana.
Bintang menaikkan alisnya. "Siapa?"
"Njir pikun. Itu, tadi yang kesini, adek kelas."
"Oh, Dinda, sepupu gue. Why?"
"No why-why, Bin. Agak pdkt sabi kali yak," balas Leksana sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Benar saja, Leksana sedari tadi gagal fokus dengan Dinda. Awalnya dia pikir Dinda adalah pacar Bintang, tapi setelah dipikir dua kali kayaknya selera Bintang bukan gitu deh. Sok tau emang sih Leksana ges.
"Anjay ..., Gak salah denger ni? Waduh, calon adek ipar Bintang dong kalo gitu," ledek Uranus sambil bersiul-siul.
Leksana mengibaskan rambutnya sombong.
"Dih, Na. Jangan sombong, di restuin juga belum." Kali ini Jupiter yang ikut pula meledek.
"Sialan Lo!" Maki Leksana.
Di kelas itu hanya bersisa mereka berempat dan dua orang siswi yang tengah piket menyapu kelas.
Tidak lama kemudian mereka berempat pun bersama-sama keluar kelas. Di depan kelas sudah ada Dinda yang menunggu sambil memainkan ponselnya.
"Eh, Kenalin, Leksana," ucap Laksana sambil tersenyum manis.
Tidak seperti biasanya, Leksana yang sifatnya hampir sama dengan Uranus di tampak lebih cool.
Dinda tersenyum manis membalas senyuman Leksana. "Hai kak, nama gue Dinda, salam kenal," jawab dinda sambil tersenyum ramah.
"Hai, neng Dinda, kenalin gue Uranus sahabat baiknya Bintang," kali ini Uranus ikut-ikutan.
"Dih, sok kenal sok dekat," cibir Jupiter.
Dinda menoleh ke arah Jupiter. "Hai, Kak. Gue Dinda," ucap Dinda sambil mengulurkan tangannya.
"Iya, Hai," balas Jupiter cuek.
"Yaelah, Jup. Cuek amat lu kayak batu," sulut Uranus.
"Jadi 'kan ke toko buku?" Tanya Bintang yang sudah mulai muak dengan teman-temannya.
"Jadi dong! Gue udah bikin list novel yang mau dibeli!" Balas Dinda semangat.
"Hmmm, jangan bilang Lo mau ngabisin duit gue?" Sindir Bintang.
Dinda menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sekali-kali minta ke kak Bintang, yayayaya?" Tutur Dinda sambil menampikkan pupil eyesnya.
Bintang hanya berdeham.
"Lo tunggu gue di depan. Gue mau ambil mobil di parkiran."
"Dinda, kapan-kapan kalo ke toko buku sama gue aja ya?" Ucap Leksana tiba-tiba.
"Dih, modus-modus. Jangan, Neng jangan. Cowok modelan kayak Leksana mah, hobinya nge-ghosting, entar Neng Dinda jadi korban," balas Uranus memanasi.
"Kurang ajar!" Maki Leksana.
"Tapi, kalo di liat-liat sih, Kak Uranus deh yang modelan tukang Ghosting," ucap Dinda membalas perkataan Uranus.
"Sumpah demi alek, gue gak gitu Neng, ya Allah!"
。◕‿◕。🌚🦋🌝。◕‿◕。
Di lain tempat, tepatnya di depan pintu gerbang sekolah. Bulan dan kedua sahabatnya tengah duduk dibawah pohon rindang untuk menunggu jemputan. Ralat, lebih tepatnya Senja dan Indah menemani Bulan untuk menunggu Pak Aryo menjemput gadis itu.
"Kalian berdua duluan aja. Aku beneran gak kenapa-kenapa kok."
"Gak kenapa-kenapa gimana? Kalo Lo pingsan kayak tadi, siapa yang bakal nolongin?" Sahut Senja.
"Bener yang dibilang Senja," sahut Indah.
"Indah bukannya ada eskul olimpiade Biologi ya hari ini?"
Indah mengangguk. "Iya, tapi gue udah izin kok sama Pak Wahyu."
Bulan semakin merasa tidak enak. "Udah gak apa-apa, aku beneran bisa sendiri ih."
"Hai Kak Bulan!" Sapa seorang gadis dengan suara cemprengnya. Siapa lagi jika bukan Dinda.
"Hai," balas Bulan sambil tersenyum.
"Kakak kok belum pulang?"
"Ini masih nunggu jemputan, Dinda. Oh, iya, kenalin ini dua temen Bulan. Namanya Senja sama Indah," tutur Bulan memperkenalkan kedua sahabatnya.
"Hai, Kak. Kenalin aku Dinda, tetangganya kak Bulan, hehe."
"Hai Din, btw, kok Lo belum balik juga?" Tanya Senja.
"Iya, Kak. Lagu nungguin supir yang lagi ambil mobil di parkiran."
"Wih, gue bisa titip ni anak gak sama Lo? Lama amat jemputan nya soalnya."
"Eh, apaansih Senja?! Ngga Dinda ngga," sahut Bulan cepat.
"Ih ..., Ayo Kak! Tapi, Dinda mau ke toko buku dulu, mau belanja beberapa novel."
"Ng—"
"Gapapa, Din! Bulan juga suka beli novel!" Potong Senja.
"Wah ..., Ayo deh Kak. Eh itu dia Supir aku!" Ucap Dinda.
"BINTANG?!"
Senja dan Indah membelalakkan matanya.
"Tuhkan, udah deh, gak jadi Dinda. Bulan nunggu supir Bulan aja," tolak Bulan. Malas sekali dirinya jika harus bertemu cowok tengil seperti Bintang.
"Eh-eh-eh, gak boleh nolak Lo. Udah, Lan, sekali-kali juga. Bener 'kan, Dinda?" Kali ini Indah yang ikut-ikutan.
"Indah ...," Desis Bulan kesal.
"Iya, Kak. Ayo!" Tutur Dinda sambil menarik tangan Bulan.
"Hati-hati ya, Lan!" Teriak Indah dan Senja sambil melambaikan tangan.
"Sejujurnya gue gak rela kalo Bulan deket sama tuh anak," ucap Senja.
Indah mengangguk. "Valid, gue juga ngerasa gitu. Tapi mereka cocok banget aaaa gak kuat!" Pekik Indah.
"Gue punya dosa apa sampe Tuhan pertemuin gue sama manusia kayak Lo, Ndah?" Ucap Senja meratapi nasib.
°
°
°
See u next part
Vote, comment and share jangan lupa!
Salam manis by Author Dandelion :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionIni tentang Bulan. Gadis yang terkenal ceria, namun sebenarnya menyimpan banyak luka. "Aku seneng bisa kenal kamu, Bintang." -Lathasa Bulan Aurora "Jangan suka gue. Gue itu luka buat Lo, Bulan." -Bintang Alghaisha Malik Bulan. Gadis itu tak selemah...