"Jadi karena beberapa alasan itulah kehadiran klan-klan ninja sangat penting untuk- apa yang kau lakukan Naruto?" Haruno Sakura berkedip polos. Ia tidak bisa menangkap maksud gestur kecil yang pahlawan desa itu berikan padanya. Pemuda itu tengah asik memainkan poni rambut merah mudanya. Ia bisa tahu fokus pemuda itu tidak berada padanya... yah, hanya sebagian kecil darinya. Dahinya bisa merasakan sentuhan jari-jari itu saat memilin helai rambutnya. Rasanya mulai agak gerah. Dan sepertinya pipinya mulai menghangat.
"Hmm? Sakura-chan, kau mengatakan sesuatu?"
Gadis itu gagal paham. Ia sudah repot-repot membawa Naruto ke perpustakaan, menjelaskan panjang lebar posisi penting sebuah klan di desa ninja, namun nyatanya pemuda itu tak tertarik dengan gulungan yang ia bacakan. Ia merengut, barulah pemuda itu memberi perhatian yang seharusnya ia dapatkan sejak tadi.
"Kenapa?"
"Sejak tadi kau tidak mendengar apapun yang kukatakan? Padahal kau yang minta kutemani belajar."
Naruto tertawa canggung, menggaruk belakang lehernya. "Ehehe, maaf oke?"
Sakura menghela napas menghadapi tingkah kekasih pirangnya ini.
.
.
.
.
Itu terjadi lagi untuk kesekian kalinya akhir-akhir ini. Kekasihnya entah kenapa tak bisa menjauhkan tangan darinya. Bagian yang cukup aneh, pemuda itu bahkan seperti tak sadar saat melakukanya, sama seperti saat di perpustakaan. Sudah hampir menginjak tiga bulan ia dan Naruto memulai hubungan. Hubungan dalam konotasi romansa antara pria dan wanita. Kadang ia juga masih sering bertanya-tanya apa benar itu terjadi. Intinya banyak hal yang terjadi. Tidak sesulit yang dirinya bayangkan. Toh, mereka sudah bersama begitu lama. Hanya perlu membuka apa yang sebenarnya dirinya rasakan selama ini. Dan sekarang ia tengah berbahagia menikmati hubungan ini.Mereka berdua notabenenya baru dalam urusan percintaan. Tidak ada dari keduanya yang paham tentang apa saja yang dilakukan sepasang kekasih. Karena tidak ada dari mereka yang pernah menjalin hubungan sebelumnya. Dan karena pertimbangan itulah ia membutuhkan saran orang lain. Well, orang-orang lain. Para teman gadisnya. Seperti sekarang, girls time di kedai teh favorit mereka.
Tenten menggumamkan sesuatu dari majalah yang dia baca. Nampak tertarik, Ino ikut membaca rubik di halaman yang membuat gadis bercepol itu antusias. "Hei, disini tertulis tentang apa saja yang jadi bagian dari bahasa cinta."
"Hah?" Sakura sedikit cengo. Bukan salahnya tidak bisa mengikuti apa yang jadi ketertarikan gadis sebayanya. Sederhananya ia lebih memilih memberikan atensinya pada karier-nya sebagai ninja medis ketimbang horoskop atau mode fesyen terbaru.
"Kau sudah punya pacar, jidat. Apa kau tidak tertarik mengetahui hal-hal semacam ini?"
Ia pikir Ino ada benarnya. Lagipula dari mereka lah ia mempelajari satu dua hal tentang bagaimana menjalani hubungan. Terutama sahabat kecilnya yang sudah lebih dulu jalan dengan Sai. "Tapi apa memang semenarik itu?"
"Disini ada beberapa kategori bagaimana kau mengekspresikan rasa sayangmu pada pasanganmu."
Oke, ia mulai ikut penasaran. Bicara tentang bagaimana ia mengekspresikan cintanya pada Naruto... jujur ia tidak tahu apa sudah melakukanya dengan baik atau belum. Sedangkan pemuda itu... ah, ia gugup sendiri jadinya. "A-apa saja yang tertulis disana?" Ia mencoba mengalihkan pikiranya.
"Yang pertama, words of affirmation, kalimat yang menegaskan perasaanmu. Cukup jelas. Contohnya seperti 'aku mencintaimu' dan sebagainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Touch
FanfictionSakura tengah berbahagia menjalani hubungan dengan kekasihnya. Membicarakan tentang bahasa cinta diantara masing keduanya. Karena sejatinya tiap individual memiliki bahasa cinta masing-masing untuk menunjukan rasa kasih sayang kepada pasanganya. Fir...