Confess

79 15 0
                                    

iceparkie

Krakk

Tersentak, aku yang saat itu tengah mengembalikan buku yang aku pinjam ke salah satu rak menoleh dengan cepat. Apa perpustakaan ini berhantu? Kenapa ada suara aneh seperti itu?

"Siapa itu?" ujarku dengan nada gemetar.

Sepi, sunyi, ini sudah sore dan penjaga perpustakaan sedang meninggalkan tempat untuk memeriksa satu persatu kelas.

Srakk Srakk

Jantungku berpacu dengan cepat, netra ini terus mengedarkan pandangannya penasaran, padahal saat itu rasa keberanianku menciut. Mungkin sudah seharusnya aku keluar dari perpustakaan dan pergi pulang, toh mau apapun itu tidak akan berpengaruh pada kehidupanku.

Kecuali jika sesuatu itu datang dan melakukan hal yang tidak dapat dibayangkan.

"Shhh ...." Aku meringis, memilih menunduk dan melangkah ke luar perpustakaan. Membayangkannya saja sudah membuat tubuh gemetar, aku tidak tahan.

Brughh

"Woi-woi! Slow down, girl."

Sialan, batinku saat tanpa sengaja menubruk seseorang yang tengah berjalan berlawanan.

"Santai, enggak usah main seruduk gitu." Sunghoon tertawa kecil sambil mengibaskan tangannya untuk menenangkanku.

Aku menghela napasnya, "Ada Setan."

"Loh?" Sunghoon mengerutkan keningnya bingung, "Kok Nenek Moyang Setan takut sama Setan?"

Ctakk

"Aduh!"

"Bodo!"

"Eh! Tunggu!"

Aku melangkah cepat, meninggalkan Sunghoon yang memekik kencang di koridor sepi. Hanya ada kami berdua, entah kemana siswa lainnya hingga sekolah se-sepi ini. Mungkin sudah pulang? Atau melakukan kegiatan lain?

"Hey!"

"Apa, Sunghoon?!"

"Asik, namaku disebut," ujar Sunghoon percaya diri setelah ia berdiri di depanku. "Duduk dulu, yuk? Jangan buru-buru."

Aku merasa dipaksa kalau begini, padahal aku sendiri memang ingin duduk karena butuh ketenangan diri.

"Tadi kenapa?" Sunghoon memulai percakapan, melihatku sudah agak tenang dari sebelumnya.

Aku menoleh, "Ada suara aneh di Perpus."

Remaja lelaki itu bergeming, menatapku dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.

"Aku piket sekolah hari ini." Sunghoon berujar demikian, "ke Perpus lagi, yuk? Takut ada tikus."

Aku menggeleng cepat, "Kamu aja, aku takut."

Sunghoon beranjak dari duduknya, berdiri di depanku dan membuat kepalaku mendongak. Ia tersenyum kecil, mengulurkan tangannya sambil memainkan alis.

"'Kan ada aku, lemah banget."

"Ish! Yaudah hayu!"

Mau tidak mau, terpaksa tidak terpaksa, suka tidak suka, aku melangkah mengikuti Sunghoon kembali ke perpus, lebih tepatnya kami berjalan beriringan. Tak lama akhirnya sampai, surga buku pelajaran ada di depan kami, tapi juga beberapa remaja yang terkejut melihat kedatangan kami berdua.

"Kalian ngapain pada keluar!?" ketus Sunghoon merasa tidak puas, "Aku belum mulai!"

"Lah? Kirain dia udah balik!" Lelaki dengan rahang tajam di sana melontarkan alasannya.

Berbeda denganku yang bergeming, tidak mengerti dengan situasi. Kenapa perpustakaan mendadak ramai? Padahal belum 15 menit aku meninggalkan perpustakaan yang sepi tadi.

Ada yang aneh.

"Ini ada ap—a?" Nada bicaraku menurun ketika melihat rangkaian bunga dikeluarkan dari kolong masing-masing meja.

Sunghoon berdecak sebal, "Aku mau confess, ayo masuk."

Aku terkejut, "Gimana?"

Lelaki itu menghadap ke arahku, mengubah wajah kesalnya menjadi senyum lebar, "Aku suka sama kamu, ini mau confess tapi seksi acaranya abal-abal semua."

"Kamu?"

"Mau jadi pacar aku enggak? Kalau enggak karena rencana confess yang gagal, aku saranin kamu jambak Jay aja, jangan aku."
















END

⌗ Ice Prince ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang