1. BIG DREAM

9 3 1
                                    

"Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan impian mereka" - Eleanor Roosevelt

"Shira, kalau besar nanti cita-citanya apa?" tanya seorang remaja jangkung. Gadis yang duduk dihadapannya itu mengetuk dagunya tengah berpikir.


"Nggak tahu kak Shira cuma pengen jalan-jalan. Eumm, besar nanti Shira pengen deh liburan ke Paris," Ujarnya.

Remaja laki-laki itupun mendekat lalu memeluk erat tubuh mungil Shira. Sejujurnya, saat ini ia tengah dilanda rasa sedih yang berkepanjangan. Minggu depan ia akan berangkat bersama kedua orang tuanya ke suatu tempat.

Demi keberlangsungan hidupnya, ia harus merelakan gadisnya. Meninggalkan Shira seorang diri ditempatnya.

Andai saja Shira tahu, bahwa Arthur pengidap gangguan mental berbahaya. Pasti gadis itu akan berpikir beberapa kali agar mau berteman dengannya.

"Kak Arthur kok diam aja," ujar gadis itu sambil menggoyangkan tubuh Arthur.

"Hah."

"Ada apa kak?" tanya Shira dengan raut penuh bingung.

"Nggak apa-apa."

"Kak Arthur cita-citanya apa?" Tiba-tiba gadis itu bertanya sembari menuliskan sesuatu diatas bukunya.

"Kak Arthur cuma pengen sembuh," ucapnya tanpa minat.

Gadis itu pun langsung menoleh ke arah Arthur. Ia meneliti setiap inci wajah serba tubuhnya. Lalu Shira mendekat ke dada Arthur, dari pendengarannya detak jantung Arthur masih normal.

"Semua sehat kok."

"Terus mana yang sakit kak?" tanya Shira.

"Disini sakit ra," Arthur menunjuk dada serta kepalanya. Arthur mengalami sebuah trauma karena suatu peristiwa.

"Sakit apa?" Arthur menggeleng, ia tidak mau Shira berpikir lain tentang kesehatannya.

Arthur meraih buku diary yang berada digenggaman Shira. Ia pun menuliskan beberapa rangkaian kalimat disana.

"Kalau kamu sweet seventeen nanti, kita liburan ya. Sebagai hadiah dari kak Arthur." janji Arthur pada gadis lugu itu. Ia pun mengaitkan jari kelingking mereka.

Namanya Arthur, remaja lelaki yang membekas erat dalam ingatan Shira bak sebuah prasasti. Saksi dimana Shira selalu merasakan hal-hal bahagia.

Ya, kini semuanya hanya tinggal kenangan saja. Masa itu, merupakan hari terakhir Arthur bertemu dengannya serta hari dimana pertama kali sebuah fakta yang baru Shira ketahui.

Hari ini, hari ulang tahun Shira yang ke delapan. Seperti tahun sebelumnya Arthur tak pernah absen. Mereka selalu merayakan ulang tahun Shira bersama dengan sederhana. Seperti biasa, Shira akan menunggu kedatangan Arthur. Ditempat itu, Shira masih setia menunggu hingga menjelang sore.

Dari kejauhan terlihat seorang pak tua yang berusaha menghampirinya. Sepertinya orang tersebut ingin menyampaikan sesuatu.

"Permisi non, sebentar lagi gerai kita akan tutup hari sudah mulai sore." tutur pak tua dengan garis keriput dibawah matanya.

PARIS IN MEMORIAM#WritonwithCWBPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang