Bulan sedang indah, ombak pasang surut menyapu pasir, oceana namanya, anak kecil yang lahir disaat momen seperti ini, ia sangat senang melakukan hal ini, hampir tiap malam, ia rela berlama-lama menemani bulan dengan musik desiran ombak, kakinya tergenang air laut, wajahnya sedikit basah akan cipratan itu.
Ia sedang berdiri tepat didepan bulan, sambil mengangkat tangan menutup pandangannya sedikit, seolah ia sedang bermain petak umpet dengan bulan, ia sedikit tersenyum sebelum langkahnya kembali menyapu beberapa air lalu duduk dibawah pohon itu.
Ditangannya sudah ada 10 kerang yang ia pegang, dengan warna dan bentuk berbagai macam, mulai dari yang sudah sering ia jumpai hingga satu yang memiliki corak dan warna yang unik.
"Yang ini ku simpan aja deh, mungkin bisa menjadi keberuntungan ku" Ucapnya sederhana dibawah pohon, ia kembali menghitung kerangnya dan ternyata sisa 9.
Dari kejauhan ada satu kapal yang mendekat di dermaga, tatapannya fokus pada kapal kecil itu, warna biru mencolok, ia memandangnya lebih lama, setelah beberapa orang terlihat berjalan lalu muncul.
Ia kembali dengan kerang yang ia hitung tadi, memilih setiap warna dan corak untuk keluarganya masing-masing di rumah.
"Malam-malam ngapain disitu? Tidak dicariin keluarga lu?" Ucap lelaki berjas hitam, wajahnya belum terlihat.
Oceana hanya terdiam, menengok sebentar.
"Rumahku hanya 30 meter, lagipun aku yang harus bertanya memang kamu tidak dicariin keluarga mu? Kamu baru saja turun kapal kan, pasti mereka butuh bantuan." Jawabnya panjang tapi matanya masih fokus pada kerang.
"Ia sih, mungkin rumah kita sampingan, yaudah bye, besok kita bakal ketemu lagi di tempat ini, di malam yang sama." Ucap lelaki itu.
"Memangnya kamu siapa? Kenal saja tidak, kamu hanya membuat ku terganggu, bye" Jawaban singkat dan sedikit tajam.
Lelaki itu pun kembali ke kapalnya, untuk mengambil beberapa barang, tak lama 5 menit ia kembali dengan kantong hitam ditangannya.
Lelaki itu berdiri tepat didepan oceana, oceana terdiam dan mencoba menatapnta sedikit.
"Katanya besok? Kok malah datang lagi" Ujar oceana
"Kenalin gua yagsa, bakal temen baru mu disini, salam kenal" Tangannya menjulur untuk menjabat oceana.
"Hmmmm yagsa? Hai" Jawabnya tajam lagi.
"Santai aja kali, garang banget macan" Ujar lelaki itu lagi, sambil memegang kepalanya.
"Kenapa lagii sih, jangan ganggu aku ihh" Ia kembali terdiam, hanya suara desiran ombak yang kembali menerjang gendang telinga mereka.
Orang-orang kapal itu telah selesai menurunkan barang dari tadi, tapi lelaki ini tidak kembali ke dermaga ataupun ke rumah mereka, lelaki itu mencoba untuk mendekat dan meminta izin untuk duduk disampaing oceana.
"Na? Boleh aku duduk?"
"Duduk? Hmm duduk aja" Oceana terdiam lagi.
Yagsa baru saja duduk, oceana sudah beranjak berdiri untuk pergi.
"Heii mau kemana? Main pergi aja, baru juga duduk" Tanya yagsa
"Mau pulang, dicariin pasti, kamu pulang aja" Jawab oceana.
Oceana pun menjauh lalu pergi, yagsa mencoba untuk mengikuti sampai belakang dengan hati-hati, oceana hanya merasakan ada beberapa gerak-gerik aneh, sesekali ia membalikkan badan, lalu mengecek kapal itu dengan matanya.
Yagsa, masih terdia dibalik kapal itu sambil melirik sedikit demi sedikit.
Yagsa terkaget, oceana telah berdiri di depannya, "Kenapa kamu mengintip? Apa mau mu? Pasti aneh kan" Tanya oceana tajam.
"Yaelah kek macan aja, santai, baru juga ngikutin belum juga nyulik."
Tangan oceana melambung, akan menampar pipi yagsa, dengan cepat tangan yagsa menahannya, "Kurang cepat, sorry." Ganggu yagsa.
"Ihh apasih, ganggu aja, baru juga ketemu dan kenal udah kek gini, apasih mau mu?" Tanya oceana dengan wajah murung.
"Pengen kenalan aja, cuman kamu agak beda, ketus, cuek, membuatku ingin bertanya lebih banyak" Jawab yagsa tenang.
"Katanya mau nyulik tdi, ihhh, maaaa" Teriakan oceana, membuat seseorang berteriak lagi, memanggil nama ana, yagsa cukup kaget mendengar teriakannya seperti singa.
"Yaudah, yaudah, gua pulang nih, byee na, nanti kita ketemu lagi" Jawab yagsa lalu pergi.
Lelaki itu sudah pergi sejauh 5 meter pandangan, memasuki rumah pas samping rumah oceana, hanya tatapan heran yang ia datang kan, dan pertanyaan, "Siapa sih dia, yagsa? Namanya aja bikin mual."
Oceana kembali duduk pada pasri pantai itu, bukannya kembali ke rumah, justru kembali menghitung kerang itu lagi, bersama buku yang ia pegang.
"Whaaaaa" Oceana kaget, melihat temannya baru saja datang, dia hana, teman baiknya semenjak masuk SMA.
"Tadi kamu teriak kan, mamamu dengar loh sampai kaget gitu" Ujar hana.
"Ituu tadi ada lelaki aneh yang mengganggu ku, berlagak kenalan, tapi rasanya aneh saja" Jawab oceana.
"Ana, ana, itu seperti biasa, masih belum bisa lepas dari belenggu pikiran dan masa lalu kan?" Ucap haba kembali.
"Ada-ada aja kamu, namanya masa lalu, hanya memberi sebuah warna, tapi maaf warnya transparan." Hana hanya terdia dengan jawaban oceana barusan.
"Btw besok mau kepasar gak temenin aku, mau nyari ikan, besok kan ada acara besar di rumah mu" Ucap hana lagi.
Mendengar ucapan hana itu, oceana sponta kaget, mengingat kalimat ibu nya tadi pagi, "Nanti malam kamu bakal ketemu ama seseorang, jangan kamu cuekin lagi, dia calon mu"
Oceana menceritakan sedikit apa yang mamanya itu katakan tadi pagi waktu dirumah, wajahnya memucat, ia lalu berdiri.
Tak lama ia berlari meninggalkan hana, lalu menuju rumah.
"Assalamu'alaikum, maaa" Salam oceana sampai terdengar diseluruh rumah, mengangetkan beberapa orang yang ada di ruang makan juga saat itu.
"Kamuu kenapa, dari tadi teriak mulu" Ujar mamanya.
"Haii ana"
Wajah itu lagi, "hah kok dia? Dia berarti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna, Bunyi, dan Bentuk
General FictionSebuah kisah yang bercerita tentang anak kecil yang lahir saat bulan sedang datang dan ombak sedang menyapu halaman pasir. "Nak saat kau besar nanti kamu pasti paham hidup itu hanyalah tentang warna, bunyi, dan bentuk yang akan berpadu menjadi hal i...