GO-FOOD

20 4 12
                                    

Gadis itu tersentak dari tidurnya, dengan posisi duduk di atas ranjang, keringat berpeluh-peluh menghiasi pelipis serta napas yang masih memburu hebat. Sekar, gadis itu, lagi dan lagi kembali mengalami mimpi buruk yang membuatnya harus terbangun kaget dan berteriak seperti yang baru saja terjadi.

Mendengar pintu yang terbuka dengan keras, Sekar merasa sedikit lega. Itu pasti Gibran. Lagian siapa lagi yang ia punya selain Gibran.

Detik selanjutnya, datanglah Gibran dengan bareface-nya yang terlihat panik.

"Kar, lo gapapa?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Gibran Sekar justru flirting.

"Selama ada mamas Gibran mah dedek Sekar gapapa," jawab Sekar namun suaranya yang masih bergetar tak bisa membohongi bahwa gadis itu belum merasa tenang.

"Heh, jupri, lo lupa siapa gue? Mana bisa lo boong ke gue." Jangan lupakan kenyataan bahwa Gibran adalah mahasiswa prodi psikologi.

Sekar yang mendengarnya hanya tertawa, baginya muka kesal Gibran itu lucu sekali. Apalagi masih ada beberapa cap bantal dimukanya, kalau Sekar lihat lebih dekat, mungkin masih tersisa kerak bekas ilernya, eww.

Sekar bangun dari kasurnya, melipat selimut bergambar gurita lalu meletakkan di antara kedua bantalnya. Ia juga merapikan sepreinya agar rapih kembali, maklum saja Sekar kan tidurnya tidak bisa diam. Apalagi aktivitas sebelum tidurnya selalu membuat sepreinya berantakan dengan buku-buku dan laptop yang kadang lupa dia kembalikan ke tempat semula.

Seperti sekarang ini contohnya, beberapa buku paket dan novel kesukaannya memenuhi bagian bawah kasur. Bukannya malas, ia hanya lupa untuk membereskan kembali. Namanya juga manusia, pasti banyak lupanya. Tapi porsi lupaan Sekar terlalu banyak.

Gibran duduk di tepi kasur, lalu berucap, "Kar, gue serius. Kalau lo butuh apapun lo bisa minta ke gue."

"Termasuk beliin SM?"

Kesal, Gibran menjitak gadis di depannya. Padahal ia sedang serius. Dibalik itu, Gibran bersyukur karena sikap tengil Sekar kembali, itu artinya gadis itu tengah baik-baik saja. Sangat gampang untuk menebak isi hati gadis itu.

"Ya gak gitu juga. Kalau nanti ketemu Irene terus dia naksir gue gimana dong."

"Eww, ngomong suka ke kak Abigail aja susah lo."

"Sejak kapan lo manggil dia dengan sebutan kak, sementara ke gue la lo la lo?" protes Gibran merasa tak adil. Gibran kan lebih tua dari Abigail.

"Sejak kuntilanak beranak dalam kubur. Dah lah mau sarapan, sarapan dah jadi belum, Gib?" tanya Sekar sambil menyisir rambutnya dan memakai sandal rumah bergambar gurita tak lupa dengan bulu-bulu.

Gibran menggaruk tengkuk lehernya. Sekarang ia merasa seperti pembantu yang sedang ditanyai oleh majikannya.

"Belum, gue aja baru bangun. Go-food aja sana, biar gue yang bayar."

Malas untuk berdebat, Gibran berbalik ke kamarnya. Niatnya sih mau mandi dan bersiap-siap untuk kuliah karena ia hari ini ada kelas pagi.

"Wah kesambet nih anak. Lo mau apa biar sekalian gue pesenin?" tanya Sekar yang sedang mencari makanan untuk sarapan di aplikasi hijau itu.

"Kayak biasa aja. Jangan lupa mandi lo, Kar. Biar gak nyisain laler di mobil gue."

Sekar hanya bersungut-sungut. Apa maksudnya coba, masa iya bau sampai laleran. Memangnya Sekar itu semangka busuk apa. Enak saja, cantik begini dikatain laleran.

"Bawel banget, sih. Kayak emak-emak tupperwarenya ilang."

Sekar memencet tidak tahu diri, memesan apapun yang ia ingin makan, mumpung gratis 'kan. Lumayanlah. Setelahnya dia bergegas untuk mandi. Hari ini bukan hari Senin, tapi tetap saja ia tidak diperbolehkan untuk masuk telat oleh Gibran. Meski kadang galak, sebenernya pria itu seseorang yang sangat perhatian.

Tak sampai lima belas menit Sekar sudah selesai mandi dan mengganti bajunya dengan seragam sekolah, tak lupa ia menjadwal untuk mapel hari ini.

Bagi Sekar, Gibran adalah orang paling berarti yang kini ia miliki. Sekar beruntung karena Tuhan mengirimkan Gibran untuknya disaat yang sangat tidak terduga. Kalau waktu itu Gibran tidak melepas earphone-nya, Sekar tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Untung saja Gibran melepas earphone-nya, melihat Sekar dengan ekspresi sangat ketakutan saat dikejar oleh beberapa pria dewasa berpenampilan mengerikan, tubuh besar bertato dengan seragam serba hitam. Kira-kira begitulah cara takdir bekerja.

"Go-food!"

Cepat sekali, perasaan Sekar baru memesannya, pasti kurirnya naik buroq.

"Gibran, tolong cepet ambilin! Kasian bapak kurirnya nunggu kelamaan."

Belum lima detik Sekar berteriak, dia berteriak kembali lebih keras.

"GIBRAN, UDAH DIAMBIL BELUM? KOK LAMA?"

"UDAH DEDEK SEKAR, UDAH."

Tanpa merasa bersalah, Sekar hanya ber-oh ria. Ia meneruskan kegiatannya menyisir rambut membiarkan rambutnya yang masih setengah basah tergerai dan menambahkan beberapa jepit lidi warna-warni di rambut kirinya.

"Ah, kiyoWOOOOOOOK," ucap Sekar setelah berkaca, memuji diri sendiri. Apakah ini yang di namakan the real love my self kebablasan?

Sekar kembali melihat kaca, merasa ada yang kurang. Ah, ia belum mengenakan lipgloss ternyata, pantas saja mirip mayat hidup. Segera Sekar memoles sedikit lipgloss berwarna peach di bibirnya.

"SEKAR, INI LO MAU MUKBANG APA GIMANA?" Gibran berteriak dari ruang tamu. Bukannya menjawab gadis itu malah asyik ber-selfie ria.

"SEKARRR!" teriak Gibran yang sudah rapi menggunakan kemeja hitam dengan inner putih, celana krem selutut tak lupa dengan tas yang menggelantung di lengan kanannya.

"Iya-iya ish, bukan lagi emak-emak ilang tupperware, ini mah kek emak-emak ngelabrak pelakor."

Sekar menenteng tasnya asal-asalan, memakai kaus kakinya dengan berlari tak lupa mengambil cermin dan sisir kecil di nakasnya.

"Ini lo mau mukbang apa gimana?" Gibran mengulangi pertanyaannya.

"Iya mau mukbang sama anak sekelas," jawab Sekar sekenanya.

"Pesenan gue mana?" Gibran bertanya pada Sekar, pasalnya kresek di tangannya banyak sekali.

"Kata mbak MCD-nya gak ada menu yang kayak biasa aja."

"Ohh lagi kosong?" tanya Gibran kembali.

"Bukan, emang gak ada menu kayak biasa aja." Sekar segera mengambil semua kresek ditangan Gibran, dan berlari menuju parkiran setelah memakai kedua sepatunya.

Sementara Gibran masih saja ngebug. "Makasih Gibran makanannya, i love me," ucap Sekar dari kejauhan.

"Gak ada menu kayak biasanya?"

Astaghfirullahaladzim.

"SEKAAAAAAAAAR!"

***

Halo semuanya, apa kabar, ada yang penasaran dengan kelanjutannya? Ayo, absen. Oh iya disini Arcalya mau bilang tolong jangan latah untuk membawa karakter yang dibuat Arcalya ke dunia nyata para cast EUNOIA, ya. Apalagi sampai mengotori kolom komentar Instagram mereka.

Karena ini tulisan pertama Arcalya jadi mohon dimaafkan jika banyak typo atau salah kata. Bagi kalian yang mau memberikan pendapat mengenai karya Arca, boleh sangat huhu. Silakan hubungi Arca di kontak berikut:

Telegram: @tianyiiwaang
Whatsapp: +62 81232259343

Let's be my friend!

EUNOIA (NAKOMOTO YUTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang