40- End

10.1K 689 304
                                    

Warning!!
Chapter panjang dan banyak drama.

Selamat membaca ^_^

••••

"Penyesalan adalah harga dari kesempatan yang berulang kali
diabaikan."
*
*
*

Waktu itu adil untuk semua orang. Hanya saja, ada yang memanfaatkannya dengan baik, ada juga yang menyia-nyiakannya seolah waktu tidak memiliki arti apa-apa dalam hidup mereka.

Jaemin menatap kosong lembaran putih yang tadi Haechan sodorkan padanya.

Surat Pernyataan Sebagai Donor Ginjal.

Begitu yang tertera di sana, membuat Jaemin tidak bisa membendung air matanya lagi. Dia terduduk lemas di lantai, mencengkram kertas itu dengan erat. Amarahnya menguap begitu saja, digantikan oleh perasaan sesak yang kini memenuhi rongga dada.

Tidak. Ini pasti salah. Jisung tidak mungkin melakukan hal segila ini. Dia membaca sekali lagi deretan kalimat yang tertera di dalam kertas tersebut, memastikan kalau ini hanyalah penglihatannya saja yang salah--- namun, sebanyak apapun Jaemin mengulang membaca, kata-kata dalam kertas itu tidaklah berubah.

Isinya tetap sama. Menjelaskan seberapa besar pengorbanan yang Jisung lakukan untuknya.

Jaemin menggeleng kuat. Dia berusaha bangkit dari posisi duduknya. Dia harus menemui Jisung.

Apapun yang terjadi, Jaemin harus mendapat penjelasan dari sang adik.

Lantas, dengan langkah yang sedikit sempoyongan, cowok itu berusaha mengatur napasnya dan mulai berlari kencang. Dia mengabaikan semua orang yang masih menatap penasaran sebab perdebatan yang sempat terjadi beberapa saat yang lalu. Yang ada dipikirannya saat ini hanya Jisung dan Jisung.

Jaemin mengendarai motornya seperti orang kesetanan. Persetan dengan aturan lalu lintas. Jaemin tidak peduli. Dia harus cepat, atau dia -- mungkin -- akan kehilangan kesempatan untuk menatap mata sebening kristal milik sang adik--- yang kini baru Jaemin sadari, kalau tanpa dirinya, dia bukanlah apa-apa.

"Jisung... Selama ini, dia bertahan hidup..."

"... Cuma dengan satu ginjal. Yang bahkan udah mengalami kerusakan parah karena kanker ganas yang dia derita."

Jaemin menahan isakannya. Dia menyesal.

Dia menyesal telah mengabaikan kesempatan yang berulang kali Tuhan berikan padanya.

Kesempatan untuk mengetahui kondisi sang adik dari awal.

Kesempatan untuk membuat dirinya terhindar dari perasaan bernama penyesalan.

Kesempatan, untuk menyadari seberapa pentingnya peran sang adik dalam hidupnya.

Jaemin benar-benar menyesal. Dia mengutuk dirinya sendiri yang terlalu pengecut untuk menerima kenyataan. Mengakui kalau apa yang terjadi adalah bentuk dari takdir yang Tuhan gariskan padanya.

Jisung berhak membencinya.

Gue mohon, kasih gue kesempatan satu kali lagi buat memperbaiki semuanya.

Gue mohon, kasih gue kesempatan satu kali lagi buat memperbaiki semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Forgive Me | End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang