Kiss

296 42 12
                                    

Warning!

Mentioning of kiss, alias nyerempet nganu, dah gitu aja.

•••

"Yah!"

Yujin sedikit berontak karena kaget ketika Xiaoting memeluknya dari belakang saat selesai menaruh payung disamping pintu masuk.

Gadis jangkung itu menendang pintunya agar tertutup lalu menguncinya.

Tanpa peringatan ia mendorong Yujin ke dinding menyebabkan punggung perempuan itu sedikit tersentak.

"Maaf." ujar Xiaoting saat mensejajarkan wajah mereka.

Yujin mendengus, melingkarkan tangannya di bahu Xiaoting. "Kenapa?" tanya perempuan yang sedikit lebih pendek dari Xiaoting itu.

"Boleh?"

"Ck, biasanya juga tidak minta izin."

Si gadis jangkung terkekeh. Kemudian mulai mencium bibir Yujin yang menurutnya lebih manis dari permen kapas sekalipun.

Melumat dan mengemutnya bagaikan permen. Lidah mereka berperang satu sama lain untuk mendominasi, sama-sama bertukar saliva.

Xiaoting merapatkan tubuh Yujin pada miliknya, mulai menggendong perempuan itu seperti koala menuju sofa ruang tengah.

Yujin mendorong bahu sahabatnya. "Kenapa tidak dikamar?"

"Lama." balasnya.

Tanpa basa-basi kembali Xiaoting menyerang bibir perempuan mirip kelinci itu.

Pergulatan itu berlangsung hingga berhenti saat mereka kelelahan.

○○○

"Xiaoting bodoh!"

Yujin berteriak dari sofa ruang tengah sehingga bisa didengar oleh Xiaoting yang sedang membuat kopi didapur. Hingga ia langsung menghampiri gadis itu, menyandarkan tangan dipinggiran sofa.

Memperhatikan Yujin yang cemberut terduduk disana hanya dibalut oleh selimut yang Xiaoting berikan saat ia terbangun.

"Apa? Masih pagi sudah teriak-teriak."

"Huh, dasar. Tidak bertanggung jawab sekali kau, Shen Xiaoting. Aku tak bisa berjalan. Setidaknya bersikap manis dengan menggendongku ke kamar mandi."

Gadis yang lebih tinggi itu memutar bola matanya malas.

"Iya-iya. Sabar sedikit kenapa. Kau juga baru bangun, kan." Xiaoting menghampiri Yujin dan duduk disampingnya, menyalakan televisi dan menonton kartun.

"Sudah besar masih saja suka menonton kartun," ledek Yujin sambil menyandarkan tubuhnya pada Xiaoting.

"Kau meledekku atau dirimu sendiri?" Xiaoting kesal tapi tetap mendekap tubuh mungil sahabatnya kedalam pelukan hangat.

○○○

Minggu pagi memang paling cocok untuk bermalas-malasan sama seperti yang dilakukan oleh kedua sahabat ini.

Xiaoting yang sedang duduk bersandar pada sofa dan Yujin yang tiduran pada pahanya sedang menonton youtube sambil sesekali mengambil snack yang sengaja mereka berdua siapkan.

Yujin merasa bosan, menggembungkan pipinya ia berbalik tengkurap menatap Xiaoting.

"Apa tidak bosan?" tanya perempuan itu.

"Bosan sih," jawabnya.

"Lalu-"

Belum sempat Yujin menyelesaikan kalimatnya, sudah terpotong oleh suara dering handphone miliknya sendiri. Ia pun terduduk ketika melihat nama kontak yang menelponnya. Sementara Xiaoting masih bergulat dengan gamenya.

"Halo...ibu?"

Menderngar suara Yujin atensi Xiaoting sedikit teralihkan, ia menaikan satu alisnya sambil sesekali melirik sahabatnya.

Dilihatnya kerutan didahi Yujin dan ekspresi yang selalu perempuan manis itu tunjukkan ketika sedang kesal.

"Ibu, tolong. Aku sudah besar! Jangan memaksaku untuk melakukan hal yang tidak kusukai, aku punya keputusanku sendiri.....maaf."

"Yah! Choi Yujinㅡ"

Tut

Xiaoting bisa sedikit mendegar teriakan ibu Yujin diseberang sana. Karena battlenya sudah berakhir, perempuan tinggi itu mengalihkan sepenuhnya atensi kepada orang yang sedang memeluk lengannya erat saat ini.

"Kenapa lagi?" tanyanya.

Yujin tak menjawab. Ia menggembungkan pipinya. Xiaoting yang paham langsung berdiri meninggalkan Yujin yang hampir terjatuh dari sofa karena pergerakan yang tiba-tiba.

"Yah! Mau kemana?" tanya Yujin saat ia melihat Xiaoting mengambil kunci motor scoopynya.

"Jalan-jalan, cari angin. Ayo pergi."

Tanpa banyak tanya Yujin hanya mengekori si jangkung karena memang suasana hatinya sedang tidak bersahabat juga.

○○○

Selesai membeli permen kapas Xiaoting menghampiri sahabatnya yang terduduk melamun dikursi taman.

"Ini."

Yujin melirik sekilas lalu mengambil permen kapas dari tangan Xiaoting. Sebenarnya tanpa banyak bicarapun mereka sudah bisa saling paham kondisi masing-masing. Apalagi mereka sudah bersahabat sejak masih dibangku sekolah menengah pertama.

"Ibu menyuruhku pulang." Akhirnya Yujin buka suara.

"Lagi, ya? Dia memarahimu?"

Yujin mengangguk. "Ibuku kan memang begitu. Kau sendiri tahu bagaimana egoisnya dia terhadap anaknya yang satu ini."

Xiaoting sedikit tertawa. "Yang penting kau tidak disuruh diet ketat lagi olehnya, kan? Haha."

Yujin memutar bola matanya malas. Terkadang ia terheran mengapa ibunya begitu terobsesi padanya. Padahal kan ia anak perempuan satu-satunya. Bahkan adik laki-lakinya tidak pernah dididik seketat dirinya.

"Benar."

Sementara itu keduanya terdiam menikmati pagi menjelang siang disana. Melihat anak-anak bermain, pedagang yang berniaga, pasangan yang bermesraan.

Sementara tangan mereka sendiri sudah saling bertautan, saling menguatkan tanpa adanya kata.
























- TBC -

Dighosting lagi nih sama anak-anak padahal udah seneng banget dikasih konten kemarin wkwk:")

Tapi gapapa selama mereka sehat. Semoga kedepannya gak ada yg sakit2 deh:(

Kalian juga sehat-sehat ya xixixi^^

See ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blank Space | XiaoJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang