"Ben.. udah berapa tahun ya, aku nggak lihat wajah kamu?"
Aku termenung, apa yang bisa dilakukan arwah sepertiku kalau bukan termenung dan membisu, bahkan menangis saja tak mampu.
"Benjamin, besok aku udah nikah. Aku harap kamu bisa datang dan lihat aku di altar,"
Kila, aku tau, aku pasti ada.
Hanya saja, tidak terlihat.
9/12/2008.
"KILA AHAHAHAH"
"JANGAN KETAWA BEN, INI SERIUS"
Aku tidak bisa menahan gelak tawaku saat Kila mengutarakan perasaannya.
Aku sayang kamu, ucapnya tiga menit dua puluh tujuh detik lalu.
"Emangnya kamu nggak sayang aku ya, Ben?"
"Sayang,"
"Terus kenapa ketawa?"
"Ketawa kan bukti kalau aku sayang kamu, Kila,"
"Kila," panggilku.
"Umur kita tujuh ya?"
"Enggak, kamu lebih tua satu tahun dari aku," jawabnya.
"Dasar kecil." ledekku yang dihadiahi pukulan kecil dari Kila.
"Aku nggak mau besar Ben, kata kakak jadi besar itu bikin pusing tau!"
"Aku mau kecil terus saja, biar bisa main setiap hari, tidak perlu cuci piring heheheh!"
"Seru ya kalau Kila sama Ben selamanya, pasti bisa! Rayain ulang tahun Ben kaya gini setiap tahun,"
Sayangnya tidak.
Ada insiden besar yang menimpaku satu tahun setelah hari itu terjadi. Hari dimana aku merasa perasaanku pada Kila tidak biasa, umurku baru tujuh tapi rasanya seperti sepuluh tahun lebih tua setiap bersamanya. Hari ulangtahunku.
Kila adalah cinta pertama, dan terakhir dalam hidupku.
Aku juga sayang kamu, Kila.
Andai saja aku bisa melamarmu, andai saja aku yang berdiri tepat disampingmu hari ini, andai aku tidak sakit dan mati, maafkan aku Kila.
Tepat dua belas tahun kematianku, dan tiga belas tahun perbincangan hangat kita waktu itu.
Perasaanku masih sama Kila, selalu mencintaimu.
Tugasku sudah selesai, akhirnya ada lelaki yang bisa kamu percaya setelah sekian lama aku harus merasa sakit mendengarkanmu menangisi pria-pria brengsek diluar sana.
Jika saja aku bisa melindungimu Kila, tapi aku hanya hantu.
Aku pamit, sampai jumpa di Nirwana. Aku akan sangat senang melihatmu dan anakmu kelak.
Benjamin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
