"Hidup itu perihal belajar. Belajar hal baru yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya."
Namaku Anastasya Hilary Christie Theofilus, tapi kebanyakan orang hanya memanggilku dengan sebutan Tasya. Kalau kata ayah, hidup itu perihal belajar. Aku setuju dengan kalimat itu. Belajar. Ah, kata yang terdengar sangat klasik dan membosankan. Sebagai seorang pelajar pada umumnya, aku sempat beberapa kali merasakan jenuh dan lelah dalam belajar. Sudah membaca materi berkali-kali, namun, hasilnya tetap zonk. Setelah kuingat ingat lagi, hampir setiap tahun aku selalu mengeluh tentang bagaimana susahnya materi pelajaran pada tingkat yang sedang ku duduki. “Matematika dan fisika berkolaborasi? Yang benar saja?! Bukankah ini pembunuhan berencana?” Hahaha, iya, aku tahu itu terdengar sangat berlebihan. Namun, itulah yang kurasakan beberapa kali. Melihat angka saja sudah sangat pusing, dan kini aku harus melihat angka dan huruf X,Y secara bersamaan? Ah, kepalaku sakit seketika. Namun, kau tahu kan, bahwa ketakutan yang berlebihan itu tidak baik? Ketakutanmu tidak akan menyelesaikan masalah. Yang ada, mereka hanya menghantui pikiranmu. Guruku pernah berkata, “Untuk apa mengeluh? Itu hanya akan membuat dirimu semakin lelah. Yang perlu kamu lakukan hanyalah berani melawan masalah itu.” Itulah kalimat yang masih kuingat hingga detik ini. Benar kata guruku, mengeluh memang tidak akan ada gunanya. Jika kita hanya mengeluh dan melihat ke arah atas saja tanpa melihat ke bawah, tidak akan ada puasnya. Bersyukur adalah salah satu kunci bagaimana kita bisa menikmati hidup dan itulah yang sekarang sedang kulakukan. Menjadi seorang pelajar remaja di tengah-tengah pandemi memanglah sangat tidak menyenangkan. Dari yang sudah terbiasa dengan luring, ini harus beradaptasi dengan suasana daring. Tapi aku yakin, bukan hanya aku saja yang merasa kesulitan. Bapak dan ibu guru pasti juga merasakan hal yang sama. Beruntungnya aku, Tuhan memberikan bapak dan ibu guru yang sangat sabar. Mulai dari mengajarkan materi, mengkoreksi tugas, mengadakan penilaian harian, dan sebagainya. Dan itu semua harus dilakukan secara daring hingga saat ini. Berat? Tentu saja berat. Namun, Tuhan masih saja begitu baik.
1 Korintus 10:13 (TB) Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Gila! Tuhan sebaik itu, ya? Kalau kita perhatikan lebih lagi, di ayat itu Tuhan mencoba untuk memberi tahu umatNya bahwa kita tidak perlu khawatir akan yang namanya pencobaan atau masalah karena Dia tidak akan memberikan pencobaan yang melampaui kekuatan kita. Aku kini mulai sadar bahwa guru-guru di sekolah itu memang diutus Tuhan untuk membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik. Kebaikan Tuhan tidak akan pernah ada habisnya, dan Ia akan senantiasa bersama-sama dengan kita dan menolong kita, umat pilihan Allah.Aku ada 1 hal yang bisa aku share-in lagi ke kalian, nih. Seperti yang kalian tahu, aku bersekolah di SMP Kristen Petra 4 dan saat ini aku duduk di bangku kelas IX. Kalau kita ngomongin kebaikan Tuhan, sudah pasti tidak akan ada habisnya, dong? Iya! Sama banget. Aku, bisa menjadi bagian dari keluarga besar PPPK Petra, juga merupakan salah satu anugerah dan kebaikan Tuhan dalam hidupku. Kisah kasih cinta Tuhan itu luas dan dalam banget. Dan itu semua dapat aku rasakan di keluarga besar ini. Mulai dari bapak/ibu guru, bapak/ibu karyawan, dan teman-temanku di sekolah. Bapak/ibu guru yang membimbing dengan rasa penuh kasih, tanggung jawab, tegas, dan yang paling penting adalah takut akan Tuhan membuat aku sadar bahwa merekalah orang-orang yang dipercayai Tuhan untuk membimbing beratus-ratus murid di sekolah, termasuk aku. Bapak/ibu karyawan di sekolah juga sangat ramah dalam mengerjakan tanggung jawabnya. Teman-temanku, ah mereka. Kehadiran mereka di hidupku menciptakan suasana baru. Aku jadi dapat belajar berbagai macam karakter dan sifat yang bahkan belum pernah aku temui sebelumnya. Kami memang beragam, dan itu lah yang membuat semuanya terlihat indah. Sebagai manusia normal pada umumnya, tentu aku tidak luput dari yang namanya berbuat kesalahan. Akan tetapi, yang membuatku semakin tercengang adalah di saat aku melihat bahwa guru-guru dengan begitu sabar mengkoreksi kesalahanku. Wahhh... Tuhan sangatlah baik, bukan? Aku dipertemukan dengan orang-orang baru, yang dari awalnya merasa canggung, kini kami merasa bahwa kami ada keluarga, yang harus saling tolong menolong, saling berbagi, dan saling menguatkan iman di dalam Tuhan Yesus Kristus. Rasanya kata terima kasih ku tak cukup untuk mengungkapkan perasaan bahagiaku kepada Tuhan. Bahagia karena aku bisa mempunyai berbagai pengalaman baru bersama dengan mereka, keluarga PPPK Petra.