01| Prolog

20 10 3
                                    

01| Prolog

Sekitar lima tahun yang lalu, ada seorang laki-laki yang entah keberadaannya datang dari mana dengan sebuah buku folio besar di tangan kanannya, tiba-tiba saja mendekatiku yang sedang duduk sendirian di salah satu anak tangga. Tatapan matanya yang sayu dan raut wajahnya yang berseri membuat aku bertanya-tanya dalam benak siapakah dia.

Dia berkata. "Sedang apa kamu? Ini sudah waktunya untuk melaksanakan pembelajaran, pasti di atas sana sudah di mulai belajarnya."

"A-anu kak, maaf sebelumnya, saya lupa bawa kertas lembar folio garis-garis yang sudah di perintahkan sama guru pengajar saya, makanya saya bingung, mau masuk atau tidak."

Dia menatapku dengan tatapan bingung, padahal waktu itu yang sedang bingung dan tidak tahu harus berbuat apa adalah aku, tapi entah kenapa dia justru menatapku dengan tatapan seperti itu.

Laki-laki itu membuka sebuah buku folio besar yang ada di tangannya, lalu merobek satu halaman buku tersebut, dan sambil tersenyum tipis dia melihat ke arahku.

"Ini, bawa saja kertas ini, butuh satu saja kan?"

"Iya kak, makasih ya kak."

"Iya sama-sama, lain kali kalau sudah diberi perintah harus dilaksanakan, karena itu sudah jadi amanah untuk kamu."

"Iya kak saya minta maaf."

"Minta maaf sama guru pengajar kamu, bukan dengan saya."

"I-Iya kak."

"Ayo naik bareng, saya juga kebetulan pengajar baru, sebagai pengganti ayah saya."

"Oh, kakak beneran pengajar baru?"

Dengan lembutnya dia tersenyum dan mengangguk. "Iya."

"Kakak emang gak sekolah? Keliatan kakak masih muda banget."

Dia tertawa pelan lalu berkata. "Sebenarnya saya juga masih harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tapi karena ini amanah ayah saya, jadi saya turuti."

"Oh gitu yah."

"Iya, ayo jalan kembali."

Setelah perbincangan yang cukup panjang itu, akhirnya kita berdua melanjutkan menaiki anak tangganya dengan bersama-sama.

Di awal pertemuan dan perbincangan, tidak ada hal aneh yang ku rasakan, yang ku tahu tentang dia hanyalah seorang pengajar muda yang datang untuk mengajar.

Setelah kejadian kertas lembar folio waktu hari itu tidak ada interaksi di antara kita berdua lagi, dan pengajar muda itu hanya bertahan sampai seminggu saja setelah itu datang kembali pengajar baru di kelas pengajian ku, saat itu aku tidak merasakan kehilangan dia atau hal macam lainnya, dan yang aku pikir waktu itu, mungkin dia sedang melanjutkan pendidikan nya seperti yang dia bilang waktu itu, sebabnya dia tidak bertahan lama mengajar.

Dan ya, itu kejadian lima tahun yang lalu di saat pertama kalinya kita memulai percakapan, walaupun sedikit memalukan, karena aku melakukan sebuah kesalahan di hadapannya. Tapi, meskipun begitu aku senang mengingat-ingat kembali kejadian itu.

Andai aku tidak melakukan kesalahan itu, kita mungkin sampai saat ini tidak pernah berbicara sedikit pun, karena setelah hari demi hari berlalu kita terpisahkan dan sampai saat ini aku tidak dapat menemukan informasi tentang kamu sedikit pun.

Tiga tahun berlalu setelah aku dan kamu terpisah, sampai di detik ini juga aku belum dapat menemukan seseorang yang dapat menggantikan posisi kamu, karena sesungguhnya saat pertama kali kita berbincang dan saat pertama kali aku melihatmu, aku menaruh sedikit rasa pada dirimu.

Aku harap kita dapat di pertemukan kembali entah di kehidupan seperti apa nantinya.

⪼✎⪻

Bersambung…

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lembaran Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang