“Ma, Lavia udah kenyang.” Erena tersenyum canggung dengan Meza –Mama Lavia yang terus menyodorkan berbagai macam makanan kemulutnya.
Meza tersentak, “Pasti rasanya pahit ya? Tunggu sebentar, Mama ambilkan sesuatu yang manis dulu.”
Ingin rasanya Erena berteriak kalau bukan itu yang dia inginkan. Ternyata mempunyai orang tua sangat sulit karena Meza terlalu baik hati dan perhatian kepadanya.
Sedikit menghela nafas, Erena mengambil bantal disampingnya lalu memeluknya erat.
Sudah sekitar dua hari Erena masuk ke dalam novel yang dia kutuk. Erena juga tidak tahu bagaimana caranya dia bisa sampai kesini.
Padahal Erena hanya tertidur setelah selesai menghilangkan buku itu dari pikirannya. Entah kenapa, saat membuka mata Erena terbangun di novel yang sudah dia baca.
Apakah ini hukuman dari Tuhan dengan menjadikannya sebagai salah satu pemeran novel ini yang mati mengenaskan?
Tapi, bukankah ini terlalu nyata jika dirinya benar-benar masuk ke dunia novel ini?
Bahkan rasa oksigen pun masih sama. Erena ragu apakah dia memimpikan masuk ke dalam novel karena sangking kesalnya dia ke novel ini.
Lavia Yunza Valley.
Nama antagonis dan juga tubuh yang telah Erena tempati di novel yang berjudul 'Everything is Yours'.
Tentu saja, kekesalannya terhadap novel ini pasti bertambah karena Erena sekarang menjadi tokoh antagonis bukannya protagonis.
Walaupun disuruh untuk memilih antara menjadi protagonis atau antagonis, Erena pasti memilih untuk menjadi peran figuran yang muncul sekali saja.
Alasan Erena tidak ingin memilih keduanya adalah mereka berdua itu sama-sama gila.
Protagonis yang memiliki hobi merangkai bunga dari daging manusia dan memiliki sifat yang sangat berkebalikan saat sedang berada di kamar keramatnya.
Sementara antagonis yang sakit mental memiliki keinginan untuk membuat sang protagonis mati mengenaskan.
Keinginannya yang belum bisa tercapai membuatnya selalu menggambar protagonis dengan berbagai pose kematian mengenaskan.
Bahkan Lavia di novel tidak segan-segan mempraktekkan imajinasinya kepada manusia yang masih hidup, setelah itu menggambar setiap adegan yang dia lakukan demi mendapatkan eksekusi sempurna untuk sang protagonis.
Gila!
Bagaimana Erena yang menjadi pembaca tidak ikut menjadi gila? Adegan dimana Lavia membunuh orang dituliskan secara detail seakan-akan si penulis sendiri yang mengalaminya lalu menuangkannya di novel buatannya.
Walaupun begitu, Erena mengetahui dengan jelas kenapa Lavia melakukan hal seperti itu kepada sang protagonis setelah membaca satu novel khusus menceritakan tentang masa lalu mereka dan juga akhir dari cerita.
Dan semenjak itu, Erena yang selalu memuja-muja protagonis yang baik hati seperti Dewi berbalik mengumpat dengan sifat aslinya yang tertutupi dengan sempurna.
Sampai Lavia Yunza Valley yang dijuluki antagonis terjahat, menjadi protagonis dalam waktu sekejap.
Karena nyatanya disini, protagonis itu adalah antagonis sebenarnya.
Tunggu sebentar, bukankah ini bagus? Satu dunia dengan sang protagonis... tidak, antagonis sebenarnya, Erena tersenyum miring, jantungnya mulai berdetak cepat.
“Benar-benar, gue bisa menyiksa protagonis menjijikkan itu bukan? Rasa darahnya pasti menyenangkan.”
Ya, tentu saja Erena Laurel yang merupakan pembaca novel 'Everything is Yours' bisa dikatakan sama-sama gila dengan para pemain utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Main Villain [On Going]
Teen FictionErena Laurel, seorang pekerja kantoran yang sangat menyukai semua genre novel. Tapi Erena merasa ditipu setelah membaca novel khusus bagian akhir berjudul 'Everything is Yours'. Akan tetapi, Erena bangun keesokan paginya dan langsung menjadi seorang...