Aturan saat membaca!
1. Berdoa sesuai keyakinan masing-masing!
2. Bacalah dengan hati-hati, nikmati kata per kata, jangan terburu-buru ingin keluar dari cerita.
3. Siapkan mental!
4. Dianjurkan membaca sendiri, di tempat sepi, dan pada malam hari!
5. Sangat dianjurkan memutar instrumen pemacu jantung dengan menggunakan headset.6. Jika berani, lakukan semua yang di atas. Jika tidak, kalian boleh skip.
7. Jagalah adab membaca, dan semoga tidak kecewa!.
.
.
.
.
.
.
-----------------------
"Satu ... dua ... tiga ... Booo!!!"
@iamdarshine123
-------
Aku mengerang sangat kuat hingga memekakkan sekitar yang terasa lengang. Jalanan memang sepi, tapi gemuruh jantung yang terpacu sejak kejadian tadi membuatku semakin tak dapat mengendalikan diri.
Tepat di depan mataku, hunusan pisau itu menancap bebas ke tubuh kecil yang terlihat tanpa dosa. Dengan tubuh yang mulai lemas karena otot tak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, aku pun menyeret kaki untuk menjauh dari lokasi tersebut.
Kejadian macam apa ini? Sepertinya kesialan menguntitku tanpa henti; sejak pagi hingga tengah malam yang seharusnya dapat kubaringkan tubuh lelahku di kasur yang empuk di dalam kosan. Aku tidak ingin menjadi saksi mata, aku harus segera pergi agar tidak ada orang yang melihat atau yang ingin meminta penjelasan tentang kejadian gila ini.
"Bangs*t!!" pekik lelaki yang mungkin saja menjadi kata terakhir saat meregang nyawa, aku tidak menoleh atau menghentikan langkah; sesegera mungkin keluar dari masalah yang tidak tahu mulanya ini. 'Jika esok ada mobil polisi yang terparkir di depan kosanku bagaimana?' Sepertinya pertanyaan ini tak dapat kugubris terlebih dahulu, yang terpenting sekarang adalah pulang dan menikmati secangkir minuman panas yang nikmat.
***
Aku melihat ke sela jendela yang menyembulkan terik matahari, dengan agak malas langsung kubuka jendela tersebut dan melihat sesuatu yang membuat darah segarku berdesir hebat.
Ya, ada sosok dengan tubuh menggoda di depan sana. Peluh yang membanjiri perut kotak-kotaknya membuat air liurku hampir turun dari singgasananya. Sudah lumayan lama aku mendambakan dia, hampir setiap malam lelapku dipenuhi warna tentang dia, bahkan setiap pagi aku hampir tak pernah absen keramas karena dia. Ya, dia memang sebej*t itu dalam mimpiku, atau mungkin aku saja yang terlalu menginginkan ulet tubuhnya dalam diriku. Ah, sepertinya aku harus keramas juga pagi ini, meski tadi malam tidak memimpikan dia.
Aku mengambil handuk saat dia sudah tidak ada di depan kosannya, biasanya dia akan melakukan olahraga pagi hingga jam menunjukkan pukul 07.30, tapi masih tersisa lima belas menit dan dia sudah tidak ada di sana. Aku sedikit kecewa karena belum puas melihat pahatan tubuhnya yang sempurna itu, bahkan dia memang tidak pernah memakai sehelai kain pun untuk menutupi tubuhnya itu saat olahraga; kecuali celana pendek tentunya.
Aku memang tidak terbiasa bangun terlalu pagi, jadi aku pun membiasakan diri untuk memulai hari pada jam 08.00, karena pekerjaanku pun tidak berada di kantor atau tempat yang diharuskan tepat waktu masuknya. Pekerjaanku hanya menghadap ke depan laptop dan berselancar untuk mencari referensi sebagai bahan tulis untuk buku-buku biru bahkan hitam yang bahkan namaku sendiri tak pernah kumunculkan.
Sebut saja 'Darkysh', nama pena yang kugunakan untuk sampul buku dan beberapa akun media sosial yang menjadi penunjang promosi buku; tidak lebih, karena aku memang tidak suka bersosialisasi kecuali dengan para editor atau penerbitan yang mengejar-ngejar tulisan absurd-ku; bahkan aku kadang hanya terima beres dan mendapatkan royalti yang cukup fantastis dari penulis biasanya. Para penerbitku bukan mayor, tapi mereka memberikan kesejahteraan yang luar biasa pada karyaku, jadi aku mau saja bekerjasama dengan mereka untuk kontrak yang hampir lima tahun ini.
Lupakan, kita kembali ke aktivitasku yang sebenarnya unfaedah untuk diceritakan. Jika berkenan silahkan lanjutkan, jika tidak maka tinggalkan saja.
Ritual mandi pagiku harus diiringi lagu kematian—maksudku lagu yang bisa menambah gairah psychopath-ku bangkit—agar hari ini dapat menyelesaikan tiga bab untuk tiga cerita yang tengah kugarap. Bukan pamer, tapi semua ini kulakukan agar dapat mengejar target dan aku bisa tidur lebih awal malam harinya. Semua kulakukan seperti itu berulang-ulang, tapi terkadang harus ku-cancel jika ada sesuatu yang mendadak dan tidak dapat ditinggalkan.
Tubuh ramping yang selalu kubalut dengan baju lengan panjang yang longgar ini terasa nyaman diguyur air dingin yang sepertinya sangat merindukanku sejak kemarin, karena memang aku tidak pulang ke kosan saat ada meeting dadakan dengan seseorang, jadi aku harus menginap di hotel karena selesai pukul sekitar setengah dua dini hari.
Sok sibuk? Bukan, aku hanya menyibukkan diri agar tidak selalu terbayang-bayang dengan keuletan tubuh pujaanku itu, karena jika saja aku tidak punya kesibukan, pasti akan terjadi sesuatu hal yang dapat membuatku kelewat batas dan lupa waktu dibuatnya. Aku kesal karenanya, tapi hal itu juga salah satu stimulus hari-hariku agar tetap semangat menjalani hidup.
Aku seperti mendengar ketukan pintu, tapi tidak kugubris dan melanjutkan Ritual mandiku. Namun, ketukan itu semakin keras dan akhirnya kuputuskan untuk melilitkan handuk ke tubuh dan langsung membuka pintu kamar mandi.
Tiba-tiba tubuhku menegang, mataku juga agak menyipit karena shampoo yang belum sempat kubilas mengalir begitu saja melewati kelopak mataku. Kau bisa menebak siapa yang ada di depanku saat ini, dan itu benar-benar membuat gairah gilaku meningkat berjuta-juta persen.
Aku terperanjat kaget saat melihat dia tiba-tiba jatuh tepat di depanku; sepertinya dia pingsan, tapi aku tidak tahu apa masalahnya.
Aku memegang lengannya dan merasakan nadinya yang sangat lemah, aku yang terpaksa berjongkok untuk memeriksa keadaannya pun harus dibuat kaget saat dia menarikku dan lilitan handukku sedikit terlepas.
Shit! Kami seperti bergaya 'ladies on top', membuatku mati-matian untuk menahan diri agar tidak berbuat hal konyol di depannya.
"To-long ...." Dia benar-benar tidak sadarkan diri.
***
Aku bingung karena sudah berjam-jam dia tidak sadarkan diri, dan fokusku juga teralih setiap detik karena pemuda sepertinya ada di dalam kosanku. Bagaimana lagi, aku hampir khilaf jika tidak bisa mengontrol hasratku saat melihat tubuhnya; memang sangat gila otakku ini.
Aku tidak sengaja melihat ke arah benda persegi panjang yang memantulkan ragaku, dan saat itu juga aku terkejut bukan main melihat sosok lain di dalam sana.
'Boo!!' Aku seperti dikejutkan dengan seringai keji milik sosok tersebut yang menatapku dengan pandangan mengejek, dia bahkan seperti melucuti harga diriku karena tidak sekuat dia.
'Apa yang dibanggakan dengan wajah menakutkan itu?' pikirku saat dia tak sedetik pun mengubah posisinya, dan tetap mengejekku lewat senyuman sinisnya.
Dengar, aku tidak takut pada apapun, tapi kadang selalu terkejut jika tiba-tiba melihat sosok itu di depan wajahku; meskipun hanya lewat pantulan cermin. Aku bahkan muak melihatnya yang selalu memperlihatkan kemenangan dan kebolehannya dalam segala hal; salah satunya memusnahkan orang yang tak berdosa.
***
Sltg, 17/02/22
@iamdarkshine123
To be continue ....
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Inside You
Mystery / Thriller"Aku akan selalu ada di manapun kau berada, sebab aku ada di dalam dirimu yang durjana." @Iamdarkshine123