Surat untuk Libra

12 1 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nao?" Libra mengetuk pintu kamar Nao yang tertutup sembari memanggil nama pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nao?" Libra mengetuk pintu kamar Nao yang tertutup sembari memanggil nama pria itu. Sekali dua kali, tak ada sahutan. Kali ketiga wanita itu mengetuk tetap hening, jadi ia mengambil langkah untuk membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.

Tak ada siapa-siapa di sana. Termasuk pria yang menempati kamar berukuran 5x6m itu. Hanya ada hening. Libra mengernyit, seingatnya tadi Nao mengirimkan chat padanya kalau dia ingin tidur karena mengantuk. Tapi kasur pria itu kosong, tak ada yang menempati.

Libra berkeliling, mencari keberadaan laki-laki itu. Namun nihil. Nao tak ditemukan di mana pun. Satu-satunya tempat yang belum sempat ia periksa adalah kamar mandi di dalam kamar milik Nao. Pintunya tertutup.

Libra mengetuk, kembali memanggil nama pria itu tak ada sahutan. Hatinya resah, tak tenang. Seperti ada sesuatu yang salah. Gadis itu kembali memanggil untuk kali kedua dan ketiga, sebelum mencobamemutar kenop pintu dan penampakan yang ia dapati sukses membuat tulang-tulang penyangga tubuhnya terasa seperti jelly.

Hal pertama yang ia lihat adalah darah. Banyak sekali, memenuhi bathtub putih di tengah-tengah ruangan. Dan setelahnya adalah tubuh Nao yang tampak tak sadarkan diri di dalam bathtub dengan kedua lengan terkulai di sisi-sisi bathtub.

Libra bisa merasakan tubuhnya bergetar hebat campuran takut, panik, dan cemas. Ia mendekat, mengguncang tubuh Nao yang tampak ditinggalkan nyawa secara perlahan itu, memanggil-manggil nama Nao dengan histeris dan suara bergetar menahan tangis, atua malah mungkin sudah menangis? Entahlah, Libra tak bisa berpikir kini.

"Nao! Nao, Tuhan. Nao, please bangun. Nao, tolong jangan lakuin ini." Pakaian Libra basah dan menyerap warna merah dari tempias air yang bercampur darah dari dalam bathtub. Tapi gadis itu tak peduli, ia tak punya waktu memikirkan pakaian basah dan berubah warna kini. Tangannya dengan rusuh dan gemetar meraih saku bajunya, menemukan benda persegi yang ia cari-cari dan gadis itu secara tergesa menekan-nekan layar ponsel pintarnya, menelfon nomor darurat. Bibirnya bergetar sembari ia menyebutkan alamat pada operator panggilan emergensi di seberang sana.

"Nao, Nao. Jangan gini, Nao. Kamu udah janji sama aku." Libra terisak. Dan matanya yang kabur tiba-tiba menangkap sebuah pergerakan lemah dari kedua mata Nao.

Surat-surat NaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang