Kali ini malam begitu sunyi. Membuat suasana menjadi tenang dan damai, tak ada lagi yang berceloteh kesana kemari. Namun semua itu bertolak belakang dengan pikiranku. Semuanya berputar bak kaset rusak, memutar semua peristiwa dari terbitnya sang Surya hingga tenggelam. Pikiran yang kian mengudara dan hati yang sedang dilanda gundah tiada henti. Sesekali helaan nafas ku keluarkan beberapa kali menghalau rasa sesak tak terbantahkan. Semuanya tampak kacau, kalau diingat-ingat kembali. Tak ada euforia yang hadir, tak ada teman, tak ada seseorang pun yang mampu menjadi sandaran untuk sementara. Semuanya hanya semu, tak terlihat warna apapun selain abu-abu, bukan lagi hitam dan putih melainkan semu. Aku ingin, sangaaaatt ingin sekali bercerita akan apa yg telah terjadi hari ini dan bagaimana aku melewati nya sekeras yang aku bisa. Namun kelihatannya bahasa yang aku gunakan untuk bercerita atau hanya sekedar berbincang dengan mereka terlalu berat untuk dipahami. Yaaa semenjak aku melihat dan mengamati sekitar gaya bicaraku bukan lagi seperti anak usia 15th pada umumnya, yang membicarakan tentang lelaki tampan atauu yaa sekedar berbincang tentang tempat nongkrong mereka. Ahh apalah aku ini hanya seorang anak yang tak tahu tempat nongkrong ini-itu kecuali diajak oleh anggota keluarga sendiri, aku hanyalah anak rumahan, mempunyai orang tua yang overprotektif, tak seperti kalian yang bisa pergi kemana pun kalian mau. Yaa aku tauu niat mereka baik untuk menjaga, mungkin tak jarang terbesit rasa iri didalam diriku :v. Karna itu mungkin otak ku yang bekerja dengan sendiri nya sekalinya aku pergi entah kemana dengan org rumah maka mata ku tak tinggal diam untuk mengamati sekitar, bahkan hal sekecil apapun itu aku dapat memahaminya. Tak apa jika kalian menyebutku 'sok pintar' karna kalian tak merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Cobalah sesekali berada diposisi ku, mungkin akan sedikit menarik jika begitu.
Entah begitu atau mereka memang tak ingin mendengar keluh kesahku. Karna nyatanya didunia ini tak ada yang mengeti dirimu selain dirimu sendiri kan. Lagi dan lagi teringat akan klise tadi pagi.
Kesendirian...
Kesendirian yang begitu menyiksa sekaligus candu bagiku.
Aahhh yaa berharap apa aku ini tentang dunia
Hmmm....Berharap bahwa akan ada orang yang benar benar mendengarmu begitu?...
Mimpimu terlalu jauhh sobat.
Tidak akan pernah adaa... Ingat itu! Tidak akan pernah ada!!!!
Bahkan kekasih mu saja belum tentu menjadi pendengar untukmu.
Semua orang memang seegois itu untuk mendapat yang mereka mau.Merintih kesakitan setiap malam?
Sudah biasa, bahkan sampai tak terhitung sudah berapa tetes yang aku keluar kan tiap mlm.
Terlihat begitu rapuh bukan?..
Begitulah aku di mlm hari, jangan terkejut dan khawatir aku tak apa tenang saja. Ini hanya sekedar rasa sesak tak lebih.
Tak hanya malam hari terkadang pagi, siang, ataupun sore. Aku sudah menahan sesak, sungguh percayalah itu begitu menyiksa untukku.
Aku menahannya agar tak tumpah saat itu juga aku menahannya. Sakit! Itu yang kurasa.Lelah.
____________________________
Haii gapapa kan kalo aku cerita disini?
Euhmmm semoga boleh ya, tak apa jika tak ada yang melihatnya.
Kurasa ini sudah lebih dari cukup aku bisa menuangkannya disini.
Aku tak berharap banyak pada kalian
Jika mau tak apa bacalah.Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ricuh Pikiran
Short Storyditengah sunyi nya malam, pikiranku mulai mengudara. Memikirkan segala hal yang telah ku lalui dari terbitnya fajar. Helaan nafas berkali-kali aku keluarkan. Lelah, yaa hanya itu yang dapat aku ungkapkan hingga detik ini.