"Arghh!" Kazimierz mengerang marah, dia menyentak semua peralatan yang berada di atas meja. Hingga membanting berbagai barang yang bisa dia temukan di sekitarnya.
Setelah menemui Eira untuk memberikan penjelasan-yang tidak sesuai dengan harapannya-Kazimierz kembali ke Dark Alpen. Mengeluarkan semua amarah pada tempat yang lebih terlihat seperti penjara tahanan ketimbang kamarnya. Dindingnya disusun dari bebatuan basalt, sedangkan pintu kayunya terbuat dari mahoni bertekstur kasar.
"Dasar sialan kau, Asmodeus! Aku tidak merencanakan hal ini!" Amarah membanjiri setiap kata-katanya.
Dengan napas yang membara, lelaki itu berusaha untuk duduk dan tenang. Namun, ingatannya terlintas pada Eira kembali, yang justru membuatnya semakin ingin meluapkan amarah yang tidak terbendung. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menemui Leviathan.
Saat sampai di lembah bebatuan-tempat Leviathan berusaha mengumpulkan kekuatannya kembali-Asmodeus telah lebih dulu berada di sana. Kazimierz baru akan melangkahkan kaki untuk mengintruspi saat dia tidak sengaja mendengar percakapan keduanya.
"Dia lemah, Leviathan! Kau tidak ada di sana untuk melihatnya. Dia bahkan tidak sanggup untuk membunuh Dhampir itu!" Suara Asmodeus menggebu-gebu.
"Kazimierz tidak melakukannya, karena aku yang memerintahkan untuk membawanya hidup-hidup," bela Leviathan yang tengah duduk di atas singgasana. Suaranya cukup tenang, namun matanya mengisyaratkan kekejamaan yang tidak dapat dibayangkan.
"Jangan membelanya! Kau tahu dia lemah! Karena dia tidak seperti kita. Dalam dirinya ada sebagian darah manusia yang menjijikkan. Dia tidak lebih dari sampah seperti ibunya yang manusia!"
Memejamkan mata sesaat, Leviathan mulai tidak sabaran dengan sikap Asmodeus yang sudah keterlaluan. "Cukup! Aku yang berkuasa, aku yang memiliki hak untuk bertindak!"
Menyeringai, Asmodeus seolah merendahkan perkataannya. "Berkuasa? Kekuatanmu bahkan belum pulih seutuhnya!" cemoohnya.
"Ya, tapi kuingatkan sekali lagi padamu, Asmodues. Aku yang memimpin pasukan iblis saat Lucifer berpaling pada kita," tegas Leviathan, suaranya begitu berat dengan napas yang dipenuhi kemarahan.
Sambil mendekat pada singgasana, Asmodeus mendengkus. "Ya, dan kau kalah. Sekarang, para iblis bayangan akan berpihak padaku. Dan pada saat semua kekuatan telah kudapatkan, akulah yang akan duduk di sana," ancamnya.
Mata keduanya saling beradu untuk waktu yang cukup lama, seolah mereka siap untuk berperang mendapatkan tahkta. Namun, Asmodeus tahu bahwa dia belum cukup kuat untuk mengalahkan Leviathan. Butuh sedikit lagi usaha untuk mengumpulkan pasukan dan mengambil alih kepemimpinan.
Asmodeus akhirnya berjalan meninggalkan ruangan. Di depan jalan masuk, dia bertemu Kazimierz yang tengah menguping. Wajahnaya menyisaratkan kebencian. Bukan karena perkataannya mengenai dirinya yang lemah, melainkan karena menyamakannya dengan makhluk yang menyiksanya bagaikan binatang. Tidak ada penghinaan yang lebih Kazimierz benci selain disamakan dengan manusia.
Menghadap Leviathan, Kazimierz membungkuk untuk memberi salam pada tuannya. "Maafkan aku karena tidak bisa memenuhi tugas yang kau berikan," ujarnya.
Leviathan tidak membalas, namun matanya menatap Kazimierz lekat-lekat. "Bagaimana Asmodeus bisa mengetahui tentang hal itu?" tanyanya.
Menunduk, Kazimierz berusaha memalingkan wajahnya. "Para iblis bayangan berada di pihak Asmodeus, mereka mengetahuinya dan melaporkannya."
"Para iblis bayangan tidak akan mengetahui hal itu jika kau tidak mengizinkannya. Kau membiarkan mereka masuk pikiranmu untuk mengacaukannya. Atau kau terlalu lemah untuk tugas sekecil ini?" Nada yang cukup tegas membuat Kazimierz tidak berani menatap Leviathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eira And The Last Human
Fantasy[Epic Fantasy] - Eira Book 2 Setelah semakin meluasnya kegelapan dan menutup hampir setengah Afemir, iblis semakin berkuasa. Para monster bermutasi dan menjadikan mereka susah untuk dibunuh. Eira yang tengah didorong oleh rasa bersalahnya akibat kej...