"Sudah, hei astaga! Kau benaran tuli, ya?" tegurnya dengan nada yang lumayan tinggi.
Perkataan yang menyakitkan, entah mengapa kali ini sang gadis jadi langsung terdiam. Jika tanpa sadar perkataan tersebut, telah mengikis organ pendengaran. Kata-kata fatal sudah bisa didengar oleh telinga.
Menjadikan puncak kekesalan berada diposisi tertinggi untuk saat ini. Bahkan, seketika pergerakan mulai menjadi saksi bisu antara kejenakaan dan juga kekesalan beradu.
Membendung bulir bening yang tidak lama lagi akan mengguyur wajah. Bagaimana bisa lelaki yang meski dia sendiri tahu, sifatnya memang seperti itu. Tetap saja diri akan menjadi keras kepala, dan tetap mengikuti figur tersebut.
"Hei, dirimu tak benar-benar menangis, 'kan?"
Sudah terlambat jika bertanya hal itu sekarang, terlalu menyesakan hati perkataan tersebut memasuki pendengaran. Dia hanya kesal, gadis itu tahu sekali. Tetapi perkataannya yang seperti itu, terlalu menyayat bagian terdalam diri.
"Akh, mou! Kau akan semakin jelek, jika menangis kau tau," lanjutnya seraya ibu jari mulai mengusap sudut mata, yang air matanya ternyata memang telah menguyur pipi.
Dia yang tadinya, mendecak kesal akibat sosok yang selalu saja mengikutinya, hanya untuk mendapatkan perhatian. Mungkin saja kini, kendati perkataan tersebut menyakitkan.
Sesaat rona merah mulai menghampiri wajah pemuda berwajah cantik itu. Dia memang tak terlalu bisa berada didekat wanita, namun mungkin ini yang ketiga kalinya dia bisa berada didekat seorang gadis lebih tepatnya.
Iris mata yang menatap sosok figur dihadapan, yang kini mulai memperlihatkan dirinya. Berpikir apakah ini akhirnya? Jika berhenti hingga disini, apakah mungkin untuknya bisa mendapatkan perhatian sosok lelaki tersebut.
"Oh, Kyouka-san! Ah, dan [Name]-san juga."
Ah, merasakan kehadiran sosok lain. Berpikir bahwa itu sedikit mengusik. Tetapi syukurlah, diri tidak berpikir lebih dari itu. Setelah melihat sekaligus mendengar ekspresi dan perkataan yang sepertinya jarang.
Langsung saja menatap sosok seorang gadis disana. Lelaki yang tadinya mengusap sudut mata dia, langsung bungkam dan malah mengucapkan beragam kata-kata aneh tak masuk akal.
"Mei-san! Aku sedih, Kyouka-san bilang aku tuli, huhu."
Yah, benar. Inilah kesempatan bagi si gadis tersebut jikalau gadis yang awalnya dikata mengusik ketentraman antara sosok lelaki tadi; Izumi Kyouka dengan dirinya.
Menoleh ke arah pemilik nama [Full Name] itu, si gadis yang memanggilnya sebagai Mei-san, bernama Ayazuki Mei. "Lho, Kyouka-san?! Kok tega sama [Name]-san sampai berkata seperti itu," balas Mei sepertinya telah berada dalam larutan emosi.
Sementara [Name], dia berlindung dibalik punggung Mei. Seraya menjulurkan lidah mengolok terhadap pemuda yang mengatakan hal seperti itu padanya. "Ha?! Kenapa jadi aku yang disalahkan? Kalian pasti sengkokolan 'kan pasti!"
Untung [Name] sosok yang sabar, meski perlu akting sedikit. Beruntunglah dia karena ada Mei disini. Kalau tidak? Mungkin mulutnya sudah habis kena imbasnya, beradu mulut dengan sosok Kyouka disana.
Sejujurnya, [Name] benar-benar merasakan sesuatu yang aneh akibat perkataan dari Kyouka sendiri. Hanya saja, dia tak tahu mengapa berakhir bulir bening air matanya, mengalir setelah mendengar perkataan tersebut. Jadi sekalian saja, akting!
Figur itu tetap berpegang teguh, bagaimanapun caranya agar bisa diperhatian. Meski keyakinan untuk mendapatkan perhatian dia, sudah lah tak berujung lagi. Tidak tahu mau sampai kapan? [Name] bukan sosok yang mudah menyerah, tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING! Izumi Kyouka. ✓
FanfictionPerkataan yang menyakitkan, tanpa sadar didengar oleh telinga. Membendung bulir bening yang tidak lama lagi akan mengguyur wajah. Kendati perkataan tersebut menyakitkan. Figur itu tetap berpegang teguh terhadap keyakinan untuk mendapatkan perhatian...