Sena Point of View
"Sen, lo udah di station?" tanya Rey setelah aku mengangkat panggilan teleponnya. "Yes, I have been sitting in here for ten minutes." ucapku sambil menatap jam tangan di pergelangan tangan kiriku. "Sebentar lagi gue sampai, tunggu ya." Setelah mengakhiri panggilan aku kembali menatap sekeliling.
Sudah hampir satu tahun aku di Italy sekaligus hampir satu tahun aku dan Farell harus LDR-an. Agak susah memang –bukan agak susah, tapi memang susah untuk LDR-an. Aku dan Farell berpacaran mulai SMP hingga saat ini dan minggu depan anniversary kami yang ke sembilan. Mulai dari SMP sampai kampus pun sama, hanya dia ambil majorteknik informatika dan aku teknik industri.
Setelah menjadi supply planner untuk beberapa bulan, akhirnya aku melanjutkan S-2 management engineering di salah satu politeknik di Italy. And here I Am, duduk di tengah-tengah orang asing yang sedang sibuk dengan kesibukannya masing-masing. "Sen!" Aku menatap ke arah sumber suara. Rey sedang berjalan ke arah ku. "Kita tunggu lima menit lagi ya?" tanya Rey dan aku mengangguk.
Rey, anak S-2 arsitektur di politeknik yang sama denganku. Hari ini aku dan Rey janjian di station untuk pergi ke Sempione. Hari ini ada webinar mengenai scholarship dan work life balance in Italy, tentu saja yang ngadain acaranya itu HPI atau himpunan pelajar Indonesia di Italy dan kebetulan aku, Velyn, dan Rey juga menjadi panitianya.
Setelah sampai di Parco Sempione, terlihat Velyn yang sedang duduk di rumput hijau yang biasa kami bertiga duduki. "Guys, speaker buat materi work life balance in Italy di ganti." Rey melongo, tentu saja karena dia MC sekaligus moderator. "Kok bisa? bukannya udah di bikin poster?"
"Kak Angelnya mendadak nggak bisa, di ganti sama temannya Kak Abimanyu. Untungnya temannya mau." ucap Velyn sambil menyuruh kami untuk duduk. Aku menatap Velyn, anak blasteran Jerman dan Surabaya ini juga salah satu anggota HPI, Velyn ambil major fashion design disalah satu institut di Milan.
"Rey, lo udah dapat CV dari Kak Abimanyu atau Kak Gideon?" Rey mengangguk sambil membuka laptop miliknya. "Tarendra Tjiptapranata... M.Eng, Msc, dan MBA." Aku menoleh ke arah Rey yang sedang sibuk membaca CV. "Itu S-2 tiga kali?" tanya Velyn sambil mengerutkan dahinya. "Iya, sekarang dia kerja di insurance and finance company, padahal dia sebelumnya kerja di oil and gas company di Qatar."
Aku melongo sebentar sampai akhirnya sadar saat Velyn langsung mencari nama pria itu di LinkedIn. "Masih kepala dua akhir dong! Pantes aja bisa cepet dia ambil dual degree terus ambil MBA di Saïd Business School cuman satu tahun kan?"
"Lo tahu dia masih 30-an dari mana?" celetukku binggung kenapa bisa Velyn bisa jadi detektif secepat itu. "Dear, please ralat perkataan lo yang masih 30-an. Dia-masih-kepala-dua-akhir. Dia tuh lulus dari internasional high school-nya 12 tahun yang lalu." Rey mengeluarkan cengirannya. "Gila, kayaknya FBI atau syukur-syukur Intel perlu hire lo deh, Vel."
"Dia ambil course-nya banyak juga. Tapi paling banyak di bidang finance sih."
Aku mengintip sedikit layar ponsel Velyn, banyak juga kolega yang kasih rekomendasi Kak Tarendra. I think he's smart but on another level. "He looks so hot, right?" tanya Velyn sambil mengarahkan layar ponselnya ke arahku. Okay, haircut dia rapi, hidung mancung, blazernya boleh juga and ... "Ah... I forgot lo kan udah punya pacar, jelas lo bakalan bilang dia B aja. Buat gue aja ya?" canda Velyn sambil menyengir menunjukan gigi putih yang rapi miliknya.
"Ya udah lo kontak dia aja lewat LinkedIn, bilang bisa move ke WhatApp nggak?" ucapku sambil tertawa. "Inginnya sih gitu, tapi ya kali gue langsung kontak. Mau di taruh kemana muka gue." Rey menggelengkan kepalanya. "Vel, sekarang tuh zamannya cewek bisa first move duluan kali." Aku mengangguki perkataan Rey.
"Tapi gimana kalau gue di kacangin? Gue kan nggak pernah first move duluan."
"Astaga, Vel. Lo belum aja coba udah overthinking duluan." ucapku sambil membuka laptop. "Emang lo udah pernah first move duluan selain sama Farell, Sen?" Aku mengeluarkan cengiranku. "Belum, lagian gue dari SMP sampai sekarang sama Farell terus ya kali gue pernah first move duluan sama cowok lain." Mata Rey dan Velyn melotot ke arahku seperti tak percaya.
"Gila lo dari zaman SMP sampai sekarang?" tanya Rey yang tak percaya. "Lo belum pernah putus nyambung gitu?" aku menggelengkan kepala. "Oh nggak lah, ya kali gue putus nyambung udah gede kali." balasku sambil tertawa. Ya, sebisa mungkin jika ada masalah aku dan Farell akan membicarakannya baik-baik ya walaupun kadang kami harus saling diam tak memberi kabar untuk beberapa hari.
"Okay, tapi nanti aja deh, gue belum lihat babat-bibit-bobotnya secara keseluruhan, gue harus seleksi juga kali." Aku meringis mendengar perkataan Velyn barusan. Yes, she's bold –tapi kadang.
"Udah join?" tanya Rey yang tatapannya sudah fokus pada laptopnya. Aku dan Velyn kembali fokus pada laptop hingga Velyn menepuk pahaku. "Sen, kok Kak Tarendra ganteng sih?" tatapanku yang awalnya menatap Velyn beralih ke arah laptop dan sudah terlihat pria yang kami bicarakan sebelumnya.
"He looks so stunning." Bisik Velyn yang matanya terus terfokus pada pria yang ada di layer laptopnya. "Gue lebih fokus ke CV-nya sih daripada mukanya." Balasku dan diangguki oleh Rey. "For the first time, I Agree with you, Sen. Kayaknya CV Kak Tarendra lebih menggoda gitu."
"Tapi dia ganteng tahu. Lihat deh, hidung mancung, rambut rapi, tampilan rapi. Menurut lo dia blasteran nggak sih?" tanya Velyn lagi. "Udah, Vel. Fokus ke acara jangan ke speakernya." ucap Rey sebelum ia membuka acara.
Setelah beberapa saat acara berlangsung, giliran Kak Tarendra yang menjadi speaker tentang work life balance. He has a great voice. "Kayaknya definisi work life balance kita beda deh sama dia." Celetukku. "Kayaknya dirumah pun makanannya report gitu." Bisik Rey yang tatapannya masih terfokus pada laptop. "Anyway, suara Kak Tarendra agak mirip Elon Musk ya?"
Aku dan Rey melongo sebentar. "Kok lo bisa ..." Aku sendiri sampai kehabisan kata untuk membalas perkataan Velyn. "Emang agak mirip sih, tapi kok bisa-bisanya lo mikir sampai sana sih, Vel?" tanya Rey yang mulutnya sudah gatal ingin menanggapi perkataan Velyn yang Out of topic.
"Udah guys, gue mau fokus dulu sama materi." Aku menggelengkan kepala sambil tertawa pelan. "Materi atau pemateri?" celetuk Rey sambil nyegir. "Shtt..." kata Velyn sambil menaruh telunjuk di depan bibirnya.
Ya, Tarendra mulai membahas seritifikasi, course, jam kerja, CFA, dan lain-lain. Penjelasannya gampang ditangkap terus kayaknya dia humble and of course he's smart.
-AN-
12 December 2021
Happy reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meriggiare
RomanceSetelah bekerja beberapa bulan di salah satu perusahaan di Jakarta sebagai Supply Planner, Sena akhirnya melanjutkan program masternya di salah satu Politecnico Italia. Selama hampir 1 tahun ia melakukan hubungan jarak jauh dengan kekasihnya, Farell...