-
"Mending lo pulang deh jun. Gw nggak butuh." Yoonbin mengusir halus pada Renjun yang masih keukeuh untuk duduk di sofa kosannya.
Pria berbadan masih dengan wajah manis itu langsung menatap marah pada Yoonbin, tapi itu sama sekali tidak membuat Yoonbin takut karena mereka berdua itu mirip.
Sama-sama galak.
"Nggak sopan. Niat gw baik mau coba bantu lo, mending sekarang lo jelasin detail mimpi lo ke gw sebutin ciri-ciri orang itu nanti gw gambar visualisasi nya."
Yoonbin menghela nafasnya lelah. Berdebat dengan Renjun adalah hal yang paling dia hindari, pasalnya mau seribut cekcok mereka berdebat pasti tidak akan ada yang ingin mengalah. Jadi kali ini Yoonbin akan mengalah.
"Apa mimpinya?"
"Gw nggak bisa liat jelas keadaan mimpinya, tapi yang pasti orang itu selalu datang ke mimpi gw sambil minta tolong dan paksa gw untuk tolongin dia. Gw juga liat ada panggung tari yang besar juga banyaknya orang yang asik nonton penampilan penari."
Renjun menaikan sebelah alisnya. "Okey..., terus?"
"Kapal tenggelam. Lautan yang gelap, dadanya yang sesak akibat terlalu banyak nelan air laut. Juga ada samar teriakan orang-orang yang mencoba untuk lari menyelamatkan diri masing-masing."
"Ada lagi?"
Yoonbin menggeleng. "Nggak ada. Cuma itu, dan sering terulang di dalam mimpi gw."
Sekarang Renjun sudah siap dengan buku gambar serta pensilnya untuk menggambarkan visualisasi orang yang berada di dalam mimpi Yoonbin.
"Lo pasti inget kan muka orang yang minta tolong ke lo? Maksud gw walaupun samar mukanya tapi lo inget kan sedikit?"
Yoonbin mengangguk pelan. "Inget."
"Lo jelasin visualisasi itu nanti gw coba gambar. Oke, mulai."
Yoonbin mulai menjelaskan dari awal hingga akhir bagaimana bentuk rupa laki-laki yang di dalam mimpinya itu. Walaupun mukanya samar tapi setidaknya dia masih ingat sedikit.
Dahi Renjun mengernyit bingung dengan gambarannya, bukan jelek tapi wajah pria yang dia gambar ini cukup tidak asing untuknya.
Mata pria manis itu menatap kearah sekeliling kamar kosan milik Yoonbin dan langsung terhenti di pojok meja belajar milik Yoonbin. Pria yang dia gambar beberapa menit yang lalu, sedang tersenyum manis kearahnya.
'Ah.., dia hantu yang baik.'
Renjun sama sekali tidak merasakan hawa negatif dari hantu itu, melainkan dia merasa sangat tenang dengan kehadirannya.
Tangan Renjun mengambil penghapus dan lansung menghapus sekitar wajah yang tadi masih terlihat samar sekarang di ganti dengan gambaran wajah hantu itu dengan yang asli.
"Ini lo bisa liat." Tangannya menyerahkan hasil gambarannya pada Yoonbin.
Yoonbin tidak mengambil hasil gambaran itu tapi dia hanya terdiam menatap dengan serius wajah yang selama ini masuk kedalam mimpinya.
Tidak seram.
Tapi cantik juga manis.
"Dia nggak jahat. Dia baik, tujuan dia masuk ke dalam mimpi lo itu karena dia mau minta bantuan sama lo–"
"– bisa ke yang lain. Kenapa harus gw?"
Renjun memutar bola matanya malas. "Kalau lo mau tau alasannya kenapa nggak lo tanya langsung aja ke dia?"
"Gila lo ya!? Gw bukan lo yang bisa liat begituan!" Sentak Yoonbin dengan dahi yang menekuk kesal.
Bukannya merasa kasian justru Renjun malah tertawa karena melihat muka Yoonbin yang lucu di matanya.
Muka orang ketakutan.
"Gampang. Kalau lo mau buka mata batin lo."
"Nggak nggak! Mending lo pulang sana!"
"Namanya Park Jihoon."
Yoonbin semakin dbuat kesal oleh Renjun, siapa Park Jihoon itu? Dia tidak tahu!!
"Hantu itu namanya Park Jihoon. Sekarang dia ada di belakang lo."
"HEH LO DIEM YA PENDEK."
"GW NGGAK PENDEK ANJING! GW NGASIH TAU!"
Yoonbin langsung berpindah tempat tepat di samping Renjun. Lalu menatap Renjun dengan wajah merahnya akibat menahan kesal sekaligus takut.
"Gw mau ini selesai. Kasih tau gw gimana caranya."
Mati-matian Renjun menahan agar tawanya tidak keluar saat melihat wajah Yoonbin.
"Sebenarnya bisa kalau lo mau bantu Jihoon. Percaya sama gw bin, dia baik. Nggak jahat. Ada satu hal yang mau dia kasih tau ke lo, tapi karena lo nggak bisa lihat dia jadi nggak ada cara lain selain lo buka mata batin lo."
"Kalau gw udah selesai bantu dia?"
Renjun mengalihkan perhatiannya pada hantu manis itu yang masih menatap mereka berdua dengan polos.
Gemas.
"Dia bakal balik ke tempat asalnya. untuk ini dia belum tenang, dan lo salah satu orang yang dia percaya untuk bantu dia."
Rasanya sangat bimbang antara ingin menolak atau tidak. Di satu sisi dia takut nanti akan melihat hantu lainnya, dia satu sisi dia ingin hidup dengan tenang seperti biasanya.
Jadi kalau sudah seperti ini tidak ada cara lain.
"Gw setuju. Buka mata batin gw sekarang." Final Yoonbin.
"Yakin ya?" Renjun bertanya memastikan.
"Bacot. Iya! Buruan!"
"Sabar. Babi."
-
Bonus.