12. Every Rose Has Its Thorn (END)

1.5K 105 22
                                    

Sunoo datang ke alamat yang dikirim oleh Sunghoon. Jika dilihat dari luar, tempat ini nampak terbengkalai, cahaya di dalamnya pun hanya diterangi lampu seadanya.

Sunoo memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Terdengar suara Sunghoon yang menyuruhnya langsung masuk.

Dan disanalah berdiri Park Sunghoon  dengan baju putih dan rambut blond tampak sangat tampan, membuat Sunoo terngangga melihatnya.

"Kak Sunghoon ganti warna rambut?"

Sunghoon berjalan menuju Sunoo
"Iya, biar samaan sama lo."

Sunoo tak dapat menyembunyikan rasa senang. Senyum merekah menghiasi wajah putihnya.

Sunghoon refleks mengelus pipi Sunoo, membuatnya bergetar hebat karena sentuhan lembut itu. Wajah Sunghoon perlahan mendekat, jaraknya hanya beberapa senti dari bibir Sunoo.

"Boleh?"

Sunoo mengangguk, tanpa basa basi, diciumlah dengan ganas bibir Sunoo yang merekah, Sunghoon bahkan menggigit bibir bawah Sunoo hingga rasa amis darah bercampur dengan saliva mereka. Namun hal itu tak menghentikan ciuman yang makin ganas.

Hingga Sunghoon yang memutuskan ciuman itu. Nampak kaget namun senyum tak hilang dari wajah tampan itu.

"Lo manis banget. Oh ya, lo suka mawar kan? Gue bawain banyak."

Sunoo yang masih terbuai dengan ciuman tadi serasa tersadarkan dengan banyaknya bunga mawar yang berserakan di lantai.

Sunoo memungut satu, tak sengaja duri mawar itu menusuk jari telunjuknya. Sunghoon lantas merebut bunga itu dan menjatuhkannya ke lantai. Menarik pelan telunjuk Sunoo dan memasukkan ke mulut.

Wajah Sunoo benar benar terkejut.

"Lo kenapa suka banget sama mawar?" Tanya Sunghoon yang kini mengelap jemari Sunoo dengan sapu tangan.

"Every rose has its thorn, bahkan bunga mawar yang begitu indah menyimpan duri tajam sebagai perlindungan. Sama seperti aku, terlalu banyak duri dan luka dalam diriku hingga tak ada satupun orang yang berani mendekat. Hingga suatu hari, aku melihat Kak Sunghoon yang membeli bunga mawar di pinggir jalan. Bahkan wajahmu yang senang masih terpatri jelas di ingatan, membuatku menginginkan hal yang tak mungkin. Bagaimana jika kamu yang memberiku bunga itu setiap kali hatiku sedih. Dan hari itu terwujud sekarang. Terima kasih,"

"Sekarang bunuh aku. Aku sudah siap." Lanjut Sunoo

Tubuh Sunghoon mematung, wajahnya berubah gelap. Bagaimana bisa Sunoo tahu hal ini?

"Kenapa kaget? Kakak pikir aku nggak tahu? Kakak udah membunuh banyak orang yang suka padamu dan mengambil jantung setiap orang untuk koleksi. Jadi sekarang cabut nyawaku dan jadikan aku orang terakhir yang kau bunuh."

Intonasi Sunoo tak berubah, suaranya masih terdengar ceria. Membuat Sunghoon berlahan mundur. Niatnya untuk membunuh Sunoo sirna sudah.

"Lo beneran terobsesi sama gue ya sampai lo tau perbuatan keji gue?" Tanya Sunghoon ketus.

"Ah obsesi, mungkin bisa dibilang begitu,"

Sunoo mengendikkan bahu, menyeringai dan berjalan mendekati Sunghoon.

"Aku sudah menyukaimu jauh sebelum tahu bahwa kakak perempuanku sudah menjadi korbanmu. Aku seharusnya tak sebodoh kakakku tapi hati ini menolak perintah tuannya."

Sunoo lantas meraih pinggang Sunghoon dan mengambil sebuah pisau yang ada di saku belakang celana Sunghoon.

"Ayo tikam aku. I'd love to be your last victim."

Sunoo menarik paksa tangan kanan Sunghoon dan mengarahkan pisau tajam itu ke dadanya. Bagai robot Sunghoon melakukan hal itu.

Sepercik darah mengenai wajah Sunghoon. Ia bergegas menarik pisau itu, membuat darah mengucur tanpa henti.

"I'm so sorry."

Tubuh Sunoo ambruk ke dada Sunghoon Berakhir sudah segala penderitaannya. Ia sudah menanti hari ini tiba.

Sunghoon meletakkannya di lantai. Sunoo telah tiada dengan seutas senyuman di wajah.

Sunghoon meraih tiga bunga mawar dan meletakkan di dada Sunoo, guna menutup luka menganga itu.

Tak terasa air mata turun di wajahnya. Selama ini tak pernah sekalipun ada yang menyerahkan nyawanya begitu saja. Semuanya memberontak. Tak ada yang seperti Sunoo.

Sunghoon merogoh ponsel yang ada di kemeja putih yang kini penuh dengan darah Sunoo. Menelpon speed dial nomor Jay.

Nada tunggu yang terasa menyesakkan.

"Halo? Kenapa telepon?"

"Halo Jay, Sunoo udah mati."

Tak ada jawaban apapun dari seberang sana. Keheningan yang membuat napas Sunghoon tercekat.

"Oke, gue siapin dulu peralatannya." Jawab Jay dengan suara parau.

"Jangan! Kali ini beda, cari baju terbaik dan cara terbaik buat ngawetin dia. Gue mau tubuh Sunoo tetap utuh, karena dia korban terakhir gue.

"Oke." Dan sambungan telepon itu terputus.

🎉 Kamu telah selesai membaca Rose / Sunghoon x Sunoo x Jay Short AU (END) 🎉
Rose / Sunghoon x Sunoo x Jay Short AU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang