15| Tamparan di tengah kantin

45 2 0
                                    

Saat masuk ke dalam rumah, Alana tidak langsung pergi ke kamarnya. Gadis itu justru berbelok arah menuju ke ruang tengah lalu menghempaskan tubuhnya di sana. Entah mengapa tubuhnya terasa begitu lelah hari ini?

"Umi?" panggil Alana, namun hening, tidak ada siapa pun di rumah.

Alano yang baru saja masuk dan melihat Alana berbaring, langsung menghampirinya.

"Umi lagi enggak ada, keluar bentar katanya," sahut Alano.

"Oh, yaudah deh. No, ambilin gue air minum dong, haus," perintah Alana dan dilaksanakan oleh Alano.

Alano pergi ke dapur untuk mengambil air minum, sekaligus beberapa camilan. Setelahnya, ia kembali ke depan lalu memberinya pada Alana.

Alana tersenyum dengan mata menyipit sembari menunjuk-nunjuk Alano. Bermaksud untuk mengejek pria itu karena ia mau menuruti perintahnya.

"Cewek gila."

"Gue pukul lo, sialan!"

Alano hanya tertawa lalu duduk di sofa yang lainnya. Pria itu meraih remot televisi kemudian memindahkan saluran.

"Ih, Alano! Kenapa lo pindahin sih? Ada drama bagus padahal."

Alano tidak menghiraukan, pria itu fokus menyaksikan saluran yang menampilkan sinetron indonesia.

"Lo enggak latihan emang?" tanya Alana kesal sembari memasukkan keripik ke dalam mulutnya.

"Enggak. Emangnya lo enggak takut kalo gue tinggal sendirian?"

"Dih, lo pikir gue penakut?" namun melihat tatapan lempeng dari Alano, Alana segera meralat kalimatnya. "Iya-iya, gue penakut. Tapi kalo cuma ditinggal sendiri, gue mah b aja. Udah, lo pergi aja sana! Ganggu aja gue mau nonton," usir Alana namun Alano justru menggeleng pelan.

"Enggak. Lagian latihannya batal. Kita disuruh fokus dulu sama ulangan awal semester minggu depan."

Alana yang sedang mengunyah langsung melotot kaget. "Lah iya, gue lupa! Senin depan ulangan, mampus!"

"Sisa tiga hari loh Na. Dan lo masih bisa santai-santai kayak gini, lo yakin emang bisa jawab ulangan minggu depan dengan lancar?"

Alana mendelik sebal. "Lo enggak percaya kalo gue bisa?" tanyanya.

Dan saat mendapat gelengan kepala dari Alano, Alana langsung berdiri lalu melotot marah. "Liat aja nanti!" setelahnya Alana langsung pergi menuju kamarnya, meninggalkan Alano yang terkekeh–merasa lucu.

***

Besoknya di sekolah, Alana terus-terusan membaca catatan pelajaran yang akan menjadi ulangan pertamanya di hari senin nanti.

Bahkan tanpa sadar, saat di koridor, Alana secara tidak sengaja menabrak seseorang. Gadis itu hanya menggumamkan kata maaf kemudian tetap melanjutkan langkahnya, bahkan tidak tertarik untuk melihat siapa yang ia tabrak.

Saat sudah berada cukup jauh, Alana menurunkan buku catatannya kemudian menoleh ke belakang, hanya untuk melihat punggung tegap seseorang yang kini kian menjauh.

Pria itu adalah Damian. Alana tahu dari wangi parfumnya, serta suara deheman pria itu.

Alana terdiam sebentar lalu kembali membaca buku catatannya sembari melangkah menuju ke kelasnya.

Lalu saat jam istirahat, ia dan Gabriel menuju ke kantin. Alana yang menggandeng lengan Gabriel dengan tatapan lelah, dan Gabriel yang sesekali akan tertawa mendengar curhatan Alana tentang ulangan senin nanti.

"Udah, tenang aja, 'kan ada gue."

Alana mendengkus sebal. "Lo lupa kalo masing-masing dari temen sebangku di kelas kita bakalan dipisah? Gimana gue bisa tenang? Sementara lo adalah satu-satunya penyelamat gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang