Pingsan

8 0 0
                                    

Dengan satu kali panggilan Tia mampu dihubungi, kebetulan Tia lagi online, dengan perasaan panik Sisil menceritakan kejadian Amira, dan meminta bantuan Tia, Tia bersedia membantu, ia segera menghubungi Anton untuk pergi ke lokasi kejadian, Anton setuju dan mengajak berangkat bareng. 


Kak Yuni yang melaksanakan ritual mandinya sambil bersenandung, ketika sudah selesai, ia mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya lalu pergi ke kamarnya sekedar berpakaian dan berdandan. 

Setelah dirasa cukup berdandan dan menyemprotkan parfum favoritnya, Kak Yuni meraih ponsel yang di simpan di atas nakas. 

Sepuluh panggilan tiga puluh menit yang lalu. Notif dari layar  Ponselnya. 

"What..." tumben Amira memanggil sebanyak  ini. Notif Whatshap pun muncul, dengan segera dibukanya. 

"Deuugh." Jantung Kak Yuni kaget pas membaca chat tersebut. 

Dan segera menghubungi ponsel Amira, Sisil yang kebingungan dari tadi segera mengangkatnya. 

Kak Yuni penasaran dengan Adiknya, Sisil menjelaskan kejadian tersebut. 


Setelah mendapat kabar dari Sisil, Kak Yuni segera menghubungi Papa. Sekertaris pun memberitahukan Papa bahwa ada pihak keluarga yang menghubungi. Papa segera menghubungi balik ke rumah. 


Kak Yuni dengan cepat menggulir ponsel yang bergetar di saku bajunya. Kak Yuni memberi kabar perihal Amira jatuh. Papa yang sudah janji sama kliennya akan mengadakan meeting di kantornya beberapa jam lagi, dan ia harus merelakan sekertarisnya untuk menghadiri meeting tersebut demi keselamatan buah hatinya. 


Papa dan Mama bergegas untuk menyambangi lokasi kejadian, sepanjang perjalanan Mama menangis, Takut terjadi hal yang tidak diinginkan. 

Papa menghiburnya dan sesekali mengusap pucuk kepala istrinya. Setelah mendengar saran dari Papa tangisan Mama agak mereda. 


Di lokasi kejadian Sisil merasa kebingungan karena seorang pun belum sampai ke sana. Apalagi sekarang suara Amira sudah tidak terdengar. 

Ia berusaha mencari jalan untuk turun tapi sayang terlalu tinggi dan rimbun oleh tetumbuhan. 


"Amira-a...!" Sisil berteriak, tetapi

tidak ada sahutan dibawah.

  "Waduh gawat ini!" bagaimana cara menolongnya? Amira pasti pingsan. Ya Allah selamatkan temanku," batinnya dalam hati. 


Tidak lama terdengar suara motor dari kejauhan. 

"Semoga Tia yang datang." Sisil berharap. 

Benar saja Tia datang sama Anton mengendarai Nmax kesayangannya. 

"Sil, bagaimana keadaan Amira?" tanya Tia. 

"Itu dia, Aku nggak tahu karena Aku tidak bisa turun. Kasihan dia dari tadi."

Tia dan Anton mencari cara untuk bisa turun. 

"Ayo, Kita kearah utara mungkin bisa kita turunin."

Mereka berdua menyusuri tepi kali untuk mencari jalan dan akhirnya menemukan juga. 

" Ton, mungkin bisa lewat sini!" tunjuk Tia

"Ayo, kita coba!" jawab Anton. 

Mereka mulai menuruni tebing pinggir kali dan menyibak rerimbunan yang tumbuh subur. 



Akhirnya mereka bisa menuruni kali, keduanya berusaha mendekati kolong jembatan tersebut.

"Amira-a...! kamu dimana? teriak Tia dan Anton. 

Nggak ada sahutan dari Amira, mereka terus mencari keberadaan Amira, 

"Ton itu dia!" kata Tia sambil menunjuk ke arah Amira. 


Amira tampak terduduk dan tersandar ke pinggir kali, dengan mata terpejam. Tia dan Anton mendekat. 

"Amira-a, bangun, Mir!" kata Tia. 

"Dia pingsan kayanya." balas Anton

"Ayo, kita cek kondisinya!"


"Kalau dilihat dari fisik, nggak ada yang serius cuma kaki kiri lecet tergores batu kayanya," kata Anton. 

"Bagaimana cara membawanya Ton?" ujar Tia. 

"Nggak ada pilihan lain, Kamu harus menggend*ngnya!"

"What...!Menggend*ng," Tia terkejut. 

"Ia, ini darurat banget." tukas Anton. 



Mau tidak mau Tia harus menggend*ng Amira. 

"Seumur-umur, Aku baru menggend*ng cewek." batinnya protes. 

"Ayolah, Tia, Aku akan mengikutimu dari belakang. Seandainya Kamu jatuh, Aku akan menahanmu," bujuk Anton. 

"Okay." balas Tia. 


Dengan susah payah, Tia mulai menyusuri kali 

dan berusaha menaiki tebing yang tadi mereka lewati. 

Sementara Kak Yuni datang mengendarai motor gojek.Langsung menemui Sisil yang terduduk di atas jembatan. 

"Ini teman Amira yang tadi menelepon?" tanya Kak Yuni. 

"Betul Kak, Kenalkan nama Aku, Sisil!"

"Yuni, Kakaknya Amira."

Kak Yuni menanyakan keberadaannya Amira. 

Sisil menjelaskan dari awal kejadian sampai sekarang kedua teman sekolahnya lagi mencari Amira dibawah sana.

Kini Tia berhasil membawa Amira ke atas. Kak Yuni lari memburu Amira. 

"Amira-a, Amira-a...!" tangisnya pecah. 







DIJODOHKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang