Too Late

295 24 6
                                    

.

.

.

Kim Taehyung tengah duduk menghadap meja belajarnya. Melipat kertas berwarna kuning membentuk origami burung dengan hati-hati. Ia kemudian membuka toples kaca di depannya dan memasukan burung kertas berwarna kuning itu. Taehyung menatap keluar jendela kamarya, tersenyum tipis saat langit masih gelap dengan sedikit semburat keunguan di ufuk timur. Taehyung kemudian berdiri, bersandar pada bingkai jendela dengan tangan memeluk tubuhnya sendiri. Taehyung memutuskan untuk menunggu matahari terbit sambil menatap ke arah jendela diseberang kamarnya. Itu kamar Jeon Jungkook, teman masa kecilnya, tetangganya, juga cinta pertamanya.

Taehyung ingat saat pertama kali dirinya datang ke sini. Seorang bocah bermata bulat bersembunyi dibalik tubuh besar ayahnya saat mereka mengunjungi tetangga baru. Taehyung yang saat itu berumur 10 tahun hanya menatap bocah kecil itu yang seperti habis menangis. Bahkan Kim Woobin, ayahnya harus meminta maaf sambil menunduk ke arah Ayah Jungkook karena tak sempat mengunjungi kediaman mereka. Sejak saat itu Taehyung lebih sering bertemu dengan Jungkook. Bermain bersama kedua kakak Jungkook, hingga melakukan hal nakal bersama mereka. Taehyung bahkan masih ingat saat mereka pergi ke sekolah yang sama. Jungkook saat itu terlihat bahagia melihat Taehyung yang juga berada di sekolahnya. Diperkenalkan sebagai murid baru dan duduk disampingnya.

Namun, Taehyung tak mengerti. Saat memasuki sekolah menengah, sikap Jungkook mulai berubah. Pemuda itu mulai bersikap dingin padanya, berbicara dengan kasar, bahkan terkadang menjauhi Taehyung tanpa alasan yang jelas. Hingga saat ini, bahkan mereka duduk di bangku kelas dua SMA pun sikap Jungkook bahkan jauh lebih buruk. Pemuda itu akan bersikap seolah mereka tak pernah saling mengenal. Entah apa yang terjadi, namun Taehyung sempat mendengar Jungkook marah pada ibunya karena memberitahu Taehyung sekolah pilihannya. Taehyung pikir masuk di sekolah yang sama lagi akan membuat hubungan mereka membaik. Namun nyatanya justru memburuk. Taehyung menghela napasnya dengan berat. Matahari perlahan mulai beranjak naik. Ia kembali menatap ke arah jendela diseberang sana yang masih tertutup.

"Taehyung-ah," suara Ayah Taehyung terdengar dari balik pintu. Mengetuknya pelan kemudian membuka pintu untuk melongokkan kepalanya di sana.

"Kau sudah selesai membereskan barangmu?" Ayah Taehyung menatap sekeliling kamar putranya. Ia kemudian mengangguk singkat saat melihat beberapa dus yang terletak disudut ruangan.

"Nikmati waktu bersama teman-temanmu. Ayah akan mempersiapkan semuanya."

Taehyung mengangguk. Ia kemudian kembali menoleh ke arah jendela kamar Jungkook. Belum ada tanda-tanda jendela itu akan dibuka oleh sang pemilik. Atau mungkin Jeon Jungkook kembali tak akan membuka jendelanya seperti beberapa waktu belakangan ini.

Woobin menghela napasnya, ia paham jika Taehyung merasa berat untuk meninggalkan tempat ini. Sebenarnya ia tak tega membuat Taehyung harus berpisah dengan teman-temannya, namun apa boleh buat. Pekerjaannya mengharuskan ia turut membawa Taehyung ikut pindah.

"Kau sudah mengatakan tentang ini pada Jungkook?" Woobin melangkah mendekati Taehyung. Putranya itu menggeleng pelan, membuat Woobin kemudian mengikuti arah pandangan Taehyung.

"Cobalah untuk bicara dengan Jungkook." Woobin kemudian menepuk bahu Taehyung pelan. Memberikan kekuatan melalui usapan sayangnya.

Taehyung hanya mengangguk. Ia tak tahu harus merespon apa pada ayahnya. Jauh disudut hatinya Taehyung tak ingin pergi, namun di sisi lain ia tak bisa membiarkan ayahnya sendirian.

"Ayah," Taehyung memanggil pelan.

Dirinya menatap sang ayah dengan senyuman tipis yang terlihat begitu pahit bagi Woobin.

Too Late [Taekook] Oneshoot✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang