"Kecintaanmu pada Al-Qur'an telah membuat diriku mau menjaga jarak denganmu. Kusimpan segala isi hati bersama Tuhan. Tak mungkin aku mampu merebut dirimu dari-Nya;
kamu, yang selalu kupinta kepada-Nya. −sepenuhearty
Di setiap sujud tahajudnya, Dinar selalu memohon kepada Allah Swt. agar semuanya lekas mendapatkan titik terang. Sejak penolakan Zaki akan dirinya, jiwanya sering gundah gulana. Ia jadi tidak fokus dengan revisi proposalnya. Belum lagi tahap penelitian lapangan, tidak masuk ke pikirannya sama sekali. Untungnya seminggu kemudian, Rosyida mengajak untuk makan siang bersama di kantin kampus ma'had putri sembari membicarakan hasil pertemuan antara Zaki dan pamannya.
"Assalamualaikum, Rosyida" Dinar datang dan menjabat tangan Rosyida.
"Waalaikumussalam. Kamu mau makan apa, Din?"
"Lalapan ayam saja deh."
"Minumnya?"
"Gak usah, Ros. Aku bawa air kok."
"Ok sip, aku pesenin dulu, ya."
"Iya, syukron, Ros."
Sekitar tujuh menit Rosyida kembali dengan nampan yang berisi makan siang mereka.
"Gimana hasilnya, Ros?" tanya Dinar dengan tak sabar.
"Jadi gini, Din. Aku minta maaf sebelumnya. Pamanku gak bisa berbuat banyak. Selain alasan belum mapan, Zaki merasa gak pantas bersanding dengan kamu. Kata Zaki, kamu putri Ustaz tersohor di desa kamu. Sementara ia, hanya anak buruh pabrik. Zaki merasa bahwa Abahmu pasti menolaknya dengan mentah-mentah."
Tak terasa bulir-bulir air mata Dinar jatuh secara perlahan. Rosyida mengelus punggung tangan Dinar dengan lembut sambil turut prihatin akan sahabatnya.
"Aku kecewa dengan Zaki. Secara gak langsung dia sudah nuduh abahku. Abahku bukan tipe yang melihat seseorang dari latar belakang ekonomi keluarganya. Selagi dia beriman dan memiliki pekerjaan halal, aku yakin abah akan menerima apa adanya. Abah sering berpesan padaku bahwa yang Allah lihat adalah ketakwaan seseorang, bukan nasab atau kekayaan."
"Iya, Din, aku ngerti. Tapi 'kan kita gak hidup hanya antar dua keluarga. Kita hidup bermasyarakat. Mungkin Zaki gak ingin kamu malu punya suami seperti dia," ujar Rosyida membalas argumen Dinar.
"Kamu kok malah belain si Zaki sih. Jelas-jelas pola pikir seperti itu salah. Kita hidup gak harus nyenengin semua orang 'kan? Esensi kita hidup untuk meraih rida Ilahi, bukan rida manusia!" Dinar menanggapinya dengan berapi-api.
"Iya, Din, kamu benar. Afwan, Din. Mungkin bagi Zaki ini semua terlalu mendadak. Makanya dia seperti kaget dan gak siap. Kamu ngertiin dia, ya. Kita berdua gak lagi di posisi Zaki, jadi kita gak tahu apa yang sebenarnya Zaki rasain."
"Iya Ros. Aku ngerti. Aku juga gak maksain. Setidaknya aku telah ikhtiar dan berjuang semampuku. Allah Maha Tahu yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Makasih banyak ya Ros, maaf ngerepotin terus."
"Santai, Din. Kayak ke orang lain saja. Ya sudah, ayo makan dahulu."
"Iya, Ros."
Mereka berdua pun makan siang dengan lahap, walau hati mereka tidak terlalu tenang. Usai makan siang, mereka pergi menuju perpustakaan kampus untuk mengerjakan skripsi masing-masing. Sambil berjalan, Rosyida kembali menanyakan tentang Zaki pada Dinar.
"Kamu dan Zaki memang gak pernah pacaran sebelumnya? Atau setidaknya jalan bareng?"
"Gak pernah sama sekali, Ros. Zaki orangnya sangat menjaga, dan itu salah satu hal yang bikin aku luluh. Lagi pula prinsip hidupku tentang menikah, bahwa menikah merupakan hal yang baik. Jadi aku ingin memulainya dengan cara yang baik dan suci pula."
"Masya Allah sekali kalian berdua ya. Ah, andai pemikiran Zaki gak seperti itu, pasti urusannya gak akan serumit ini," puji Rosyida walau dengan hati yang sedih.
"Doakan hatiku semoga lapang ya, Ros," pinta Dinar.
"Pasti, Insyaa Allah, Din. Entah kenapa, aku yakin aja, perempuan cantik lahir batin kayak kamu, pasti dapat jodoh yang tampan lahir batin juga, Din."
"Aamiin...aamiin. Kamu juga, Ros."
Akhirnya mereka berdua tiba di perpustakaan kampus. Di luar agak hangat, namun di dalam terasa dingin berkat AC yang disediakan. Mereka fokus mengerjakan progress masing-masing dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikayat Duha
ChickLitHikayat Duha merupakan cerita pendek Islami yang memuat romansa cinta halal antar pemuda-pemudi kampus Islam. Cerita bermula saat Ning Dinar mengajukan taaruf dengan teman KKN-nya, Zaki. Namun, karena suatu hal, Zaki pun menolaknya. Ning Dinar terpu...