Rejection

2 0 0
                                    

Mungkin ini akhirnya...
Akhir dari penderitaanku selama ini..
Lebih baik begini...
Menghilang...

Kata-kata batinku yang terus berbisik di dalam sanubariku. Seolah meyakinkanku, bahwa apa yang akan kulakukan adalah keputusan yang benar.
Aku terlalu malu untuk menghadapi dunia.
Aku terlalu kotor.
Aku... Aku terlalu hina...
Aku tak bernilai..

Lakukan saja, kau bodoh!

Tiba-tiba terdengar suara dari sebelah kiriku. Aku spontan menoleh dan tak kudapati siapapun disebelahku. Sejenak aku heran dan termangu. Lalu aku meluruskan pandanganku kedepan, dan kebawah. Kulanjutkan memandangi hamparan air yang luas dibawah kakiku. Deburan ombak menghantam batu karang tempatku berpijak.

Istigfar, Lana! Ingat Allah..!

Kali ini terdengar suara dari arah kananku. Aku menolah kearah suara itu, tapi lagi, tak kudapati siapapun disebelahku.

"Aneh.." gumamku. Perasaan takut perlahan menyusupi hatiku.
" Tidak.. tidak.. harus kulakukan. Harus !" Hardikku pada diriku sendiri. Atau lebih tepatnya kepada dua suara yang tiba-tiba muncul baru saja.

Ingat Allah Lana, cukup ingat saja. Hidupmu tak selalu menderita. Coba kau pikirkan kembali masa-masa yang membuatmu tersenyum bahagia. Ingatlah..!

Suara dari sebelah kananku terdengar begitu dekat, dan lembut. Seolah membelaiku dan membuatku ingin menangis karena merasa hangat.
Seketika, ingatan itu muncul.
Aku tertawa bahagia bersama ibuku, Aku tertawa bahagia bersama saudara-saudaraku.
Tak terasa air mataku mengalir.
Hangat..
Memburamkan mataku..

Jangan dengarkan dia! Ingat saja apa yang sudah dilakukan orang lain padamu! Mereka mengoyak hatimu, menodai kesucianmu, merendahkanmu sampai kau tak sanggup menjalani hidupmu. Ingatlah itu Lana. Mari bergabung bersamaku. Akan kutunjukkan kebahagiaan yang membara..

Suara disebelah kiriku tak kalah lembut. Perlahan mengobarkan amarahku. Membuatku terhenti dari tangisanku.
Benar!
Manusia-manusia itu telah menyakitiku. Aku enggan hidup bersama orang-orang yang telah menyakitiku. Aku jijik untuk menghirup udara yang sama dengan orang-orang busuk itu.
Aku muak!

Kupejamkan mataku. Kurasakan angin yang menerpaku. Hantaman ombak dibawah kakiku.
Kubentangkan kedua tanganku.

Ya! Aku siap!

*******

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meleburnya EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang