Jika kembali diingat, Taehyung tak pasti tahu kapan mereka terakhir berjumpa. Kapan terakhir kali telapak tengannya menggenggam jemari Hara. Untaian kasih yang Taehyung yakini hingga kini masih terjalin erat.
Semangkuk ramyeon dan sebotol air mineral dingin menjadi santapannya malam ini sepulang bekerja. Praktis dan mengenyangkan. Terlebih harganya terjangkau dan mudah ditemui.
Jangan salah, Taehyung adalah pria berkepunyaan. Bisnis yang ia bangun bersama dua rekan sekaligus teman dekatnya sukses diluar dugaan. Yang mana Taehyung adalah pemilik saham terbesar hingga saat ini.
Taehyung tidak pandai mengolah bahan makanan menjadi sesuatu yang layak dikonsumsi. Hari ini dia tidak pulang ke apartemennya dan malah berbelok ke dalam minimarket dua puluh empat jam dan mengambil satu cup ramyeon untuk mengganjal perutnya.
Tidak ada hari yang tidak melelahkan bagi Taehyung. Kecuali saat Hara muncul dibenaknya dan menyadari ada alasan untuknya untuk tetap bertahan. Dia memiliki Hara untuk dibahagiakannya. Dia memiliki Hara untuk mengantarkan rasa lelahnya pergi.
Ia segera beranjak kala suapan terakhirnya masuk ke dalam mulut. Ia membuang cup ramyeon tadi dan membayar totalnya. Ia melangkah keluar sembari menenggak air nya hingga setengah.
Taehyung tidak terburu-buru. Hanya saja tengah berusaha menepati janjinya pada Hara untuk bertemu atau sekadar berjalan malam di sekitar taman kota.
Taehyung tidak lelah? Jelas sekali Taehyung lelah. Bahkan badannya pegal-pegal karena seharian bekerja. Namun mengetahui dia dan Hara akan segera bertemu, tentu ada alasan lain mengapa Taehyung mampu menepis rasa lelahnya sekiranya selama ia dan Hara bersama.
. . .
Hara menyukai langit malam. Hal yang dirindukannya setiap pagi. Suasana terbaik untuk segalanya. Ia merasa tentram. Tak berhenti ia menghitung butiran bintang yang bersinar malam ini sambil menunggu kedatangan Taehyung yang sudah berjanji akan menemuinya di taman kota tepat jam sepuluh malam.
Tidak masalah baginya. Menikmati angin malam yang dingin adalah salah satu kesenangan tersendiri untuknya. Terlebih tidak banyak orang yang datang, ia hanya melihat beberapa orang yang mabuk beberapa saat lalu.
Ini dia, Seoul. Terdengar keren bagi Hara. Ia lebih menyukai kota dibandingkan dengan pedesaan tempat neneknya tinggal. Ia dapat menemukan banyak orang dengan pemikiran maju di sini. Dan Hara menyukai itu.
"Hara!"
Seruan seorang pria yang tengah ditunggunya. Taehyung datang satu menit sebelum jam yang dijanjikan, "Sudah lama menungguku?"
Wanita itu mengangguk bersamaan Taehyung duduk di sampingnya, "Maafkan aku. Seharusnya aku datang lebih awal."
Hara kemudian menggeleng, "Bukan seperti itu. Kau bahkan tidak telat sama sekali. Aku sengaja datang lebih awal. Bukankah bintang malam ini terlihat begitu banyak daripada sebelumnya?"
Ia tersenyum dan menghela napasnya seolah satu beban dalam dirinya hilang begitu saja. Meraih jemari Hara, Taehyung mengusapnya perlahan. Berikutnya mereka saling diam. Cukup lama bahkan saat Hara menyadari kesunyian di antara mereka. "Kau tahu?" Sedikit menjeda, "Aku bahagia," suara itu keluar dari bibir Hara.
Taehyung terkesiap. Ia kembali mengulas senyumnya dan menatap jemari Hara pada genggamannya. Mungil dan lembut. Kulitnya putih seperti ayahnya, "Dan kau tahu?"
Hara menatap Taehyung, "Apa?" Suara dan tatapannya lembut sekali. Taehyung sangat menyukainya.
"Aku juga bahagia. Ada kau di sisiku. Bahkan kau rela keluar malam hanya untuk bertemu denganku. Terima kasih."
Wanita itu butuh waktu untuk mendengar kalimat Taehyung lebih lama sebelum ia menyunggingkan bibirnya dan memuntahkan kekehannya, "Kau bilang ingin bertemu, dan ini yang mau kau utarakan?"
Senyum Taehyung ikut melebar, "Begitukah?" Tawa kecilnya kemudian melayang. Begitu khas dengan suara beratnya, "Aku rindu padamu," pria itu merebahkan kepalanya di bahu Hara dan seketika wangi lembut itu semakin menyeruak ke dalam hidungnya. Jemari panjang itu perlahan mengisi setiap sela jari Hara. Merapatkannya dan saling menggenggam. Mereka saling diam beberapa saat sebelum Taehyung bersuara, "Hara-ya.."
"Hm?"
"Bukankah kita sangat cocok?"
Hara mengangkat alisnya dan mengangguk, "Tentu saja. Ada apa?"
Taehyung menggeleng, "Bukan begitu, hanya saja aku tidak sabar memperkenalkan dirimu pada orangtuaku. Pasti mereka senang sekali," ia tersenyum membayangkan sambutan orangtua Woo terhadap Hara nanti. Terbayang begitu hangat dan pasti menyenangkan.
"Tae.."
"Ya?"
"Kau mencintaiku, kan?"
Kepalanya tetiba bangkit dan menatap Hara sedikit bingung. Ia merasa diragukan, "Hei. Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku mencintaimu. Sangat!"
Hara menahan tawanya ketika melihat ekspresi kaget Taehyung yang menggemaskan baru saja, "Kau tidak perlu marah begitu!" Nadanya sedikit manja tetapi tetap lembut. Masih salah satu dari tingkah Hara yang Taehyung ketahui.
Kecupan singkat berhasil menghantam pipi kiri Taehyung dan giliran Hara yang merebahkan kepalanya pada bahu Taehyung, "Aku juga."
"Apa?" Balasan Taehyung terdengar sedikit jengah takut-takut kalimat yang selanjutnya dikeluarkan Hara juga tidak masuk akal.
"Cinta padamu."
Lantas raut Taehyung dengan lekas berubah dan pipinya memerah saat itu juga. Salah tingkah mendengarnya, "Kau pandai sekali membuat orang tersipu."
Tanpa mengubah posisi kepalanya, Hara menatap bentangan langit gelap di hadapannya, "Kau tersipu?"
"Aku baru saja mengatakannya."
Hara tersenyum. Menurunkan pandangannya dan menemukan tautan jari mereka di antaranya dan Taehyung, "Itu berarti, aku sudah berhasil membuatmu kembali jatuh cinta padaku, ya?"
Tangan Hara ikut terangkat saat Taehyung membawa genggaman jari mereka dan mengecup punggung tangan Hara beberapa kali dan menciumnya lalu berkata, "kau selalu berhasil melakukannya, Hara. Kau selalu membuatku jatuh cinta padamu setiap saat bahkan ketika aku melupakan diriku sendiri."
Taehyung menolehkan kepalanya pada Hara bersamaan dengan kepala Hara yang beranjak dari pundak Taehyung, "Hara-ya.. aku beruntung memilikimu."
||
Selamat datang! Jujur banget aku senang bisa buat cerita baru lagi di sini. Setelah sekian lama. Aku gak tahu cerita ini bisa selesai atau tidak sesuai kondisi ya. Tapi, let it flow aja. Aku buat ini juga gak mau konflik yang ribet banget juga kok. Dibawa santai aja ya.
Terima kasih! 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Wind Blows
RomanceTaehyung tak pernah sekalipun mengutarakan tentang hatinya yang terluka. Ia selalu menerima dengan cara yang manis dan memberi tanpa jejak penyesalan. Bahkan saat wanitanya membuat kesalahan besar yang tak termaafkan, Taehyung akan selalu tersenyum...