1. Sekolah

235K 1.3K 15
                                    


Arin atau yang bernama lengkap Darine Angel baru saja pindah sekolah.

Ia pindah ke sekolah ini karena sang pacar berada di sekolah ini, karena terlalu diperbudak oleh cinta membuat ia sangat kekeuh untuk bersekolah di sekolah yang sama dengan pacar.

Saat ini, ia masih duduk di kelas dua SMA. Dengan mengambil jurusan yang sama dengan sang pacar, membuat mereka semakin dekat.

Besok adalah hari pertama ia sekolah di Bina Nusa. Sekolah swasta yang dipenuhi oleh anak-anak pintar dan berkelas.

Arin tidak sabar. Arin bukan tidak sabar untuk melihat sekolah barunya, melainkan tidak sabar menemui sang kekasih yang akhir-akhir ini tampak sibuk.

Dering ponselnya mendadak berbunyi, membuat ia segera mengambil ponselnya.

Nada dering yang ia buat khusus untuk kekasih membuat ia tak bingung siapa yang menelponnya.

"Kamu jadi juga pindah?'

"Iya. Aku gak sabar ketemu kamu besok."

Wajah Arin berseri-seri karena sang kekasih.

"Segitu pengen dekatnya sama aku."

Laki-laki diseberang sana terkekeh, sedikit gemas dengan sang kekasih. Namanya Alvaro Drendal. Biasanya dipanggil Al.

"Aku tuh kangen sama kamu, apalagi akhir-akhir ini kamu sibuk. Jahat tau gak?" Arin merungut kesal karena sang kekasih.

"Kan udah aku bilang, aku lagi sibuk, sayang. Ada hal yang harus aku selesaikan secepatnya."

"Kamu udah kaya papa aku aja yang suka sibuk. Sibuk beneran apa nyibukin diri?" Arin sedikit menyindir, kesal karena sibuknya Al membuat Al tak sempat mengabarinya.

"Kamu tau gak sih kalau aku tu rindu sama kamu?!" lanjut Arin dengan kesal.

"Kamu rindu aku? Besok kita lepasin rindu-rjndu kita."

*

Arin sudah tiba di sekolah barunya, ia diantar Papanya. Tidak Al. Al lebih memilih untuk menyelesaikan tugasnya agar waktunya dengan Arin lebih lama.

Banyak tatapan tanda tanya mengarah kepadanya. Berbagai macam tatapan mengarah padanya.

Tak jarang Arin menemukan tatapan julid ke arahnya, mungkin takut tersaingi dengan adanya murid baru di sekolah ini.

Lagipula Arin tidak berani untuk berkencan dengan cowok-cowok di sini, bisa-bisa ia akan dihukum oleh pacarnya nanti.

"Eh, anak baru?" Salah satu cowok yang Arin tau namanya adalah Rev dari name tag di bajunya.

Arin hanya mengangguk, tidak terlalu merespon ucapan pria itu.

"Salam kenal, Revandra. Panggil aja Rev." Cowok yang bernama Rev itu menjulurkan tangannya, membuat Arin menerima uluran tangan itu.

Tanpa Arin ketahui, Al telah berdiri tak jauh di belakangnya dengan senyuman yang seperti sedang merencanakan sesuatu.

Mendadak ponsel Arin berbunyi, membuat ia melepaskan tangannya dari Rev dan mencek ponselnya.

"Ke kamar mandi perempuan, sekarang. Paling ujung."

Itu pesan singkat dari Rev, ada apa?

"Lo tau gak dimana kamar mandi perempuan?" tanya Arin seraya memasukkan ponselnya.

"Dari sini lo belok kiri, lurus aja habis itu belok kanan, kamar mandinya di sebelah kiri."

Arin menjauh seraya berucap terimakasih.

*

Arin terkejut saat Rev menariknya masuk ke salah satu bilik kamar mandi.

"Baru sehari masuk sini, udah gatel aja pengen dekat cowok sini," gumam Al seraya meremas salah satu payudara Arin, membuat Arin mendesah.

"Al ... jangan. Ini-- ahh ... di sekolah~ Al, ahh...."

Arin mendesak keenakan. Jujur ia rindu sentuhan ini.

"Nungging," pinta Al membuat Arin membuka matanya yang terpejam.

"Al-- ahhh janganhh. Ini di sekolah," ulang Arin memohon. Ia tau, Al pasti menghukumnya.

"Gak ada bantahan, Arin!" geram Al segera meremas pantat Arin dengan kuat.

Tak berani melawan sang kekasih yang sedang marah, membuat Arin pasrah dan segera menungging.

Al membuka celana dalam Arin dengan buru-buru. Pandangan yang sangat ia rindukan.

Vagina yang pink dan wangi itu begitu menggoda iman. Al terlebih dahulu membasahi vagina itu dengan menjilatnya.

Sedikit bermain-main dengan klitorisnya membuat Arin mengejang.

"Ahh Al ahhh." Arin terus mendesah keenakan. ini benar-benar nikmat dan ia rindu sentuhan ini.

Al menyudahi kegiatannya dan melanjutkan dengan memasukkan tiga jarinya sekaligus.

"Tahan desahan mu, bitch!"

Arin menggigit bibir nya saat Al semakin mengaduk vaginanya, ia semakin becek. Basah.

Desahan yang tertahan membuat Al benar-benar horni.

"Ahh, Al, mhhh, ahh, i will cum."

Gelombang kenikmatan segera menghampiri Arin, hingga tak lama setelah itu cairan putih kental keluar dari vaginanya.

Al menyudahinya dan memasukkan vibrator berbentuk penis pria dengan ukuran yang besar.

"Ahhh, Al!" Arin kaget karena Al melakukannya secara tiba-tiba.

"Al, ahh ... ini di sekolah, nsnti ketahuan orang." Arin memohon, namun percuma.

Al sedang dalam modd yang tidak baik.

"Sampai pulang sekolah."

Ahh"
Desah Arin refleks saat Al menekan tombol vibrator getar itu dengan mendadak.

OneShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang