CHAPTER 2

46 6 0
                                    

...

...

...



Seorang pria terduduk menatap kosong sebuah pusara, membersihkan rumput-rumput membandel yang terus tumbuh dan tumbuh.


    "yoongi hyung sering mengunjungi psikiater" ucapan namjoon terngiang-ngiang di telinga jin "dengan paksaan jungkook"



Flashback

Jin dan namjoon berada di sebuah minimarket, pemuda itu bersikeras menolak ketika jin mengajaknya sarapan di tempat yang ia pilih. Namjoon hanya meminta satu cup ramen dan sebuah minuman bersoda padanya.

Namjoon memang tidak suka merepotkan orang lain, apalagi meminta.. dan itu adalah sifatnya sejak dulu..

Tapi bukan jin namanya jika tak memaksa, ia memesan burger dan beberapa makanan lain untuknya.. tentu namjoon menolak.


"Berlebihan sekali" nada suara namjoon sedikit meninggi "Kau tidak boleh membuang-buang makanan, banyak orang di luar sana yang tak bisa makan"


Jin tersenyum samar, memang ini maksud dari perbuatannya "Maka habiskan"


"Aku?" namjoon menunjuk dirinya sendiri.


"Banyak orang diluar sana yang tak bisa makan namjoon-ah" .

Jin tersenyum samar melihat bagaimana lahapnya namjoon makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jin tersenyum samar melihat bagaimana lahapnya namjoon makan.

Mereka telah membicarakan banyak hal, bagaimana namjoon kuliah dan bagaimana ia menghidupi dirinya selama ini........termasuk ..




apa yang terjadi pada sahabat-sahabatnya yang lain.

Flashback end..





Jin memperhatikan dari bawah pohon tak jauh darinya, sambil mengingat setiap ucapan yang namjoon katakan saat ia menemuinya tadi pagi.

    "Orang tua mereka meninggal karna sebuah kecelakaan" ucapan namjoon kembali terngiang di telinga, perbincangan terakhir mereka berfokus tentang kehidupan jungkook dan yoongi.


Jin mendekat perlahan. Menyambar sebatang rokok yang hampir menempel di bibir yoongi, melemparnya jauh. Membuat si empunya rokok kaget atas perlakuan tiba-tiba yang ia terima.


"kau?"


.....



"Jadi kalian tinggal bersama?" mereka berdua telah berpindah tempat, duduk bersandar pada sebuah pohon di tepi sungai.

Yoongi mengangguk, mengemut lolipop yang jin serahkan di depan mulutnya beberapa saat yang lalu.

Pandangan jin tak lepas pada sosok sahabatnya ini. Masih sama, yoongi tak senang melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya.

Dia masih sama seperti dulu, terutama rambut yang sering bergonta-ganti warna, kulit yang semakin pucat dan tentu saja.. Masih bersikap acuh.

Ada satu kesan yang tak akan pernah ia lupakan tentang yoongi hingga saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada satu kesan yang tak akan pernah ia lupakan tentang yoongi hingga saat ini...

Dia adalah pria paling tegar di antara mereka semua. Tak pernah sekalipun airmata menetes bahkan dalam situasi paling ekstrim.

Yoongi adalah satu-satunya orang yang paling dapat bersikap waras dan menenangkan mereka apapun kondisinya.


    "Aku ingat bagaimana yoongi hyung berteriak-teriak melihat jasad terbungkus berisi orang tua mereka di ruang jenazah" Suara namjoon terngiang-ngiang lagi, memecahkan semua kesan tentang yoongi.


Jin menatap lengan jaket yoongi yang tersingkap sedikit, menampakkan sesuatu yang semakin melunturkan kehebatan-kehebatan yang yoongi miliki.


    "dia bahkan berlutut, menangis memohon maaf pada jungkook" 


Jin mencengkram pergelangan yoongi, menatap wajah pemuda itu nanar.

Yoongi melotot, melihat jin menyingkap lengan jaketnya dengan kasar.


Air mata jin menetes begitu saja....

...Sayatan panjang di lengan yoongi membuatnya sadar akan satu hal-

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

- Yoongi sudah tak setegar dulu.






~Healing~

HEALINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang