Jangan Lupa Pakai Kondom

7.1K 425 12
                                    

—cerita ini hanya fiksi belaka. Dibuat ulang karna lunas direport akibat terlalu vulgar dan komentar tidak -berbudi- SooOo, jaga komentar kalian 😶🔪🔪🔪 kalo nggak tau caranya, biar dedek ajarin 😑🔪





_
"Sudah kubilang, pulang sana!"

Jaemin mendorong bahu rekan kerjanya yang ngotot untuk menemani lembur.

"Baiklah!"

Wanita itu mendengus kasar. Niatnya baik untuk menemani Jaemin yang lembur sendirian.

Aa. Maksudnya berdua dengan manajer. Tapi beliau tentu di dalam ruangannya sendiri.

"Oh, Jaem! Kau tidak takut hantu, bukan? Kudengar ada hantu jahil bernama Jisung di lantai empat. Selamat tinggal!"

Wanita itu ngacir dengan cepat sebelum Jaemin menimpuk kepala cantiknya. Gelak tawa samar-samar masih bisa Jaemin dengar dari ruang kubikal.

"Geez, anak itu benar-benar."

Siapa yang takut sama rumor begituan? Paling-paling cuma omong kosong semata.

Ngomong-ngomong, ruangannya kan lantai empat. Hm.



Satu jam berlalu begitu saja. Kantuk mulai menggantung. Jaemin menuju dapur untuk membuat kopinya sendiri.

Mungkin karena terlalu mengantuk, fokusnya teralih.

"Kamu tidak apa-apa, Jaeminsii?"

Jaemin buru-buru menggeleng kepala cepat. Hampir saja ia menabrak manajer dengan kopi ditangan. Melihat dari kepulan asap tipis di mulut cangkir, Jaemin bersyukur dadanya selamat dari cairan panas itu.

"Maaf. Saya hanya sedikit mengantuk," balas Jaemin sembari menunduk.

Lelaki itu hanya berdeham sedikit lalu pergi meninggalkan Jaemin, dengan jantungnya yang bertalu-talu.

"Untung saja tidak di semprot."


Pekerjaannya sudah rampung sepenuhnya. Tinggal menyimpan ke folder seperti biasa, lalu selesai.

Jaemin menatap sejenak monitor didepannya. Hampir pukul sembilan malam. Suasana lebih sunyi dibanding satu jam lalu, mungkin sudah banyak pekerja lain yang pulang.

Tanpa aba-aba, Jaemin melonggarkan sabuk celananya. Menanggalkan bawahan yang ia kenakan dan membiarkan kejantanannya bebas. Nafasnya memberat. Kedua kaki ia tumpu pada kedua sisi kursi. Nampak jelas kejantanannya yang setengah mengeras, sedikit tertutup oleh kemeja putihnya.

"My god. Ini gila."

Bulir keringat mengalir di pelipis. Ranum bibirnya terbuka mengais pasokan udara. Jaemin mendadak high. Padahal ia sedang lelah.

Jaemin bersandar, tangannya mulai meremas kejantanannya sendiri. Sementara tangan lainnya memilin putingnya bergantian. Desahannya tertahan namun nikmat di bawah sana melemaskan tubuhnya. Perlahan ia mulai mengocok kejantanannya dengan tempo sedang, memberi waktu dirinya menikmati sentuhannya sendiri.

Jaemin hampir gila.

"Ahh~" tubuhnya sedikit merosot dengan kaki masih terbuka lebar. Jaemin mulai terlena oleh permainan solonya sendiri, hingga tak menyadari desahannya lolos begitu saja memenuhi ruangan.

"Oh ..."

"Angh ..."

"Eugh ..."

Matanya mulai berair. Tapi pelepasan itu tak kunjung dekat. Jaemin merasa sedikit putus asa, meski sudah mempercepat tempo kocokannya. Ada yang kurang. Jaemin butuh penis mengisi lubang belakangnya.

"Perlu bantuan?"

Netra Jaemin membulat besar-besar mendengar suara berat menginterupsi kegiatannya.

"Woah, apa ini kebetulan yang gila?" batin Jaemin mulai berpikir yang tidak-tidak.

"Manajer?"

"Wae?" tanyanya kemudian. Jaemin bisa mendengar kekehan gemas dari bibir lelaki itu. Gasp! Dia tertangkap basah.

"Anda ti- oh, please."

"Kau belum menjawabku, Jaemin."

Jaemin merasa pusing. Bagaimana ia bisa menjawab sementara tangan kasar lelaki itu memijat batang kenikmatannya lembut? Tidak munafik, rasanya benar-benar nikmat.

"Jenh—" sial. Jaemin menatap manajer disampingnya dengan tatapan sayu. Mungkin kewarasannya sedang tertawa keras. Tanpa pikir panjang, Jaemin menarik kasar tengkuk Jeno dan menciumnya terburu.

Jeno dengan senang hati membalas. Pemuda itu melumat kasar belah tipis ranum Jaemin sambil masih mengocok kejantanannya.

Nyatanya itu masih belum cukup untuk Jaemin mencapai pelepasan. Lubang belakangnya berkedut frustasi butuh atensi.

"Jeno, lakukan," masa bodoh dengan status, ini kepalang tanggung.

"Kau tidak akan menyesal."

Jeno merebahkan Jaemin ke lantai kayu yang tak begitu dingin. Gemerincing kancing kemeja berjatuhan mengiringi nafas birahi kedua anak adam yang saling tengah bergumul. Keduanya kembali memagut satu sama lain.

Suara berat Jaemin terdengar lebih halus. Ia membiarkan lehernya digigit keras oleh Jeno. Lain lagi bagian selatan dirinya yang saling bergesekan dengan kekerasan Jeno.

Begitu menyiksa namun Jaemin menyukainya.

"Kau lebih suka kuperlakukan seperti ini, eh?" Jeno menampar keras pinggul Jaemin.

"Ya. Ya! Lecehkan lubang belakangku, Jeno. Sepuash—muh. Mhh," titik airmata muncul dari sudut netra Jaemin. Cumbuan Jeno begitu memabukkannya.

"Ssh, tenang dulu Jaemin."

Jaemin tak lagi fokus ketika Jeno mengerjai tulang selangkanya. Kesadarannya menipis karena stimulasi yang Jeno lakukan.

"Ahh, Jen please. Ini sangat menyiksa," desahnya frustasi.

"Tidak ada lube di sini."

Tanpa diduga, Jaemin melempar sebungkus kondom pada Jeno.



Keringat sebesar biji jagung mengalir di pelipis keduanya.

"Mhh ahh Jeno ngh ..."

Desahan Jaemin menggema tanpa bisa dicegah. Juga bunyi kecipak pertautan di lubang belakang Jaemin. Birahinya semakin menjadi. Merasakan kejantanan Jeno keluar masuk di dalam sana membuatnya gila.

Padahal malam belum terlalu larut. Bisa saja ada seseorang memergoki. Tapi tampaknya mereka tak perduli. Jaemin terpekik saat Jeno meletakkan lipatan jas untuk mengganjal pinggulnya.

"Aku hampir sampai," Jeno mendorong miliknya lebih dalam.

"Oh, Jeno!"

Jaemin terkejut ketika titik manis didalam sana dihantam telak. Jeno mempercepat temponya sembari meremat pinggul Jaemin. Pelepasannya dekat. Jaemin melenguh. Pusat kenikmatan didalam sana bereaksi.

Desahannya semakin intens, dahinya mengerut. Jeno tahu Jaemin semakin dekat.

"Bersama Jaemin."

"Nhh ahk ... oppa!"

Untuk bagian terakhir, Jaemin bersumpah ia kelepasan! Namun biar saja. Pelepasannya terlalu melegakan juga terlampau nikmat. Jaemin tidak perduli bagamana reaksi terpukau Jeno melihat pemandangan didepannya.

Jeno melayangkan kecupan singkat di bibir terbuka Jaemin.

"Tidak disangka. Kamu begitu manis."

Malam itu, Jaemin merasa benar-benar gila melakukannya dengan Jeno. Ia tidak menggubris perkataan sang manajer. Dirinya lebih khawatir penjaga cctv mendapat tontonan gratis dan menyebar rekaman ini kepada yang lain.

'Mati aku.'

•selesai•

✓ 🔞ne NITE STANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang