Malam Kedua

5.5K 285 7
                                    

cerita ini hanya fiksi belaka. Yang ini aku tambahin, biar full. Wakakakakakak. Semoga nggak ilang. Lagi 😑

•••
Entah karena kebetulan atau bagaimana, sepanjang hari ini Jaemin terus mendapat tatapan aneh dari rekan kerja wanita, si Koeun.

Alis simetris yang kerap jadi bahan olokannya, bergerak naik-turun dengan pandangan menggoda. As lelaki yang suka batang penis, Jaemin jadi merinding bulu badan. Benaknya muncul pertanyaan seperti kemungkinan Koeun menaksir dia. Terlalu percaya diri memang, tapi 'kan siapa tempe? Biar manis mendekati cantik begini, jakunnya bisa bikin wanita dan anak gadis meraung minta di tiduri.

Perkataannya bukan isapan jempol. Apalagi cuma bualan. Minggu lalu saat makan malam bersama setelah target penjualan mereka melebihi ekspektasi, Jaemin nyaris menghabiskan malam panjang bersama wanita yang adalah pekerja baru divisi mereka. Jaemin kira dia bakal menjadi ayah muda karena meniduri wanita dalam keadaan mabuk. Tidak mungkin dong keluarnya di luar.

Nyatanya Jaemin mendapat pengakuan mengejutkan dari wanita tersebut.

"Kau—submisif? Astaga! Tahu begini aku menggunakan strap on dildo saja supaya bisa menggagahimu."

Iya, wanita itu ternyata punya kecenderungan dominan. Katanya saat wanita itu menciumnya, Jaemin justru balas mengalung lengan pada si wanita. Bukannya berbalik mencumbui. Ck, benar-benar pengalaman tak terduga.

"Pagi ini cerah sekali ya, Jaemin."

Tidak tersenyum, tidak juga membalas, Jaemin melotot horor pada Koeun yang masih tersenyum lebar padanya.

"Heh, kesurupan ya?"

"Tidak kok! Oh iya, Jaemin—” Koeun mendekati pemuda itu lalu berjinjit sedikit dan mengarahkan bibirnya tepat di samping telinga Jaemin, "—milik manajer Jeno besar?"

Hm. Bangsat.



Selain menghindari Koeun, hari ini Jaemin juga mati-matian menjaga jarak dengan Jeno. Alasannya sudah jelas. Ia terlalu malu mengingat malam panas waktu itu dan ketahuan menikmati tanpa tahu diri. Jika kalian mau tahu, mereka tidak selesai hanya dengan satu kali saja. Dan sayangnya tidak berpindah tempat. Lantai kantor malam itu—dibuat sangat kotor.

Jika tadi Koeun yang menggodanya, kali ini giliran salah satu tim cctv yang tersenyum-senyum mesum pada Jaemin.

"Wah, ternyata kau jago berkuda juga ya Jaeminnie," celetuk pemuda itu ketika tak sengaja bertemu Jaemin di dapur lantai empat.

"Berisik!” Jaemin dengan cepat menyeduh kopinya untuk segera kembali bekerja.

"Aku simpan videonya loh~"

Jaemin yang sudah hampir mencapai pintu, langsung berbalik.

"Kirim ke emailku ya, Eric!"

Biasa. Buat koleksi, tidak untuk dijual. Siapa tahu nanti Jaemin kangen.



Namanya menghindar itu tak mungkin berjalan mulus. Apalagi Jaemin harus menyadari kenyataan bahwa ia dan sang manajer berada di lantai yang sama. Ketika sudah lelah terus-terusan menghindar dan nyaris kehabisan akal, Jaemin tiba-tiba mendapat panggilan dari Jeno untuk segera menghadap. Jantungnya seperti sudah mau melompat keluar.

Ruangan Jeno hanya dilapisi kaca dua arah. Kesan mengintimidasi begitu terasa ketika sebelah kakinya menginjak lantai ruangan dingin tersebut.

Tapi dalamnya hot. Ehe.

"Sajangnim memanggil saya?"

Sore begini sudah banyak karyawan yang pulang. Dan Jeno biasa memberi teguran khusus pada saat seperti sekarang. Minimal tidak menciutkan nyali dan mental seseorang—menurutnya.

✓ 🔞ne NITE STANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang