Kalandra dan Rayyanza

105 19 0
                                    

Di sini, di ruangan dalam sebuah gedung mewah yang dihias dengan indah dan elegan. Kalandra melihat setiap sudut ruangan itu, lalu ia terpaku pada satu tempat pelaminan yang didekorasi dengan gaya minimalis bernuansa putih. Meski tak terlalu penuh dengan dekorasi di bagian backdrop pelaminan itu, bunga-bunga serta daun-daun yang ditata sedemikian rupa cukup menjadi pemanis. Lampu yang disusun secara paralel dan menjulur ke bagian bawah juga memberikan kesan aesthetic. Resepsi pernikahan sudah selesai beberapa menit yang lalu, para tamu pun sudah meninggalkan tempat ini, yang tersisa hanyalah para pekerja yang hendak membereskan ruangan ini.

"Andra, ayo kemari, nak."

Pria jangkung dengan kemeja putih berbalut jas hitam itu pun menoleh dan berjalan mendekati bundanya dengan senyum manis yang terukir indah diwajahnya—ya, yang memanggilnya adalah sang bunda dan pria jangkung itu adalah Andra, Arjuno Kalandra Bagaskara.

"Ayo, Andra. Kita pulang sekarang." 

Kali ini yang mengintrupsi bukanlah bundanya, namun seorang laki-laki paruh baya yang beberapa jam lalu sudah resmi menjadi suami ibundanya--yang artinya, sekarang laki-laki paruh baya itu adalah ayahnya.

Di sisi lain, seorang remaja laki-laki berperawakan mungil dengan mata yang sedikit sipit menatap Andra dengan datar dan dingin, ia nampak tak menyukai laki-laki jangkung itu. Ayahnya terlihat sangat menyayangi laki-laki itu ketimbang dirinya. Hadirnya seakan tak terlihat, ia ada namun tiada.

Atharazka Rayyanza Shankara, remaja laki-laki berusia 19 tahun yang tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tuanya. Saat usianya menginjak 16 tahun, kedua orang tuanya berpisah karena suatu hal. Sebelum perceraian itu, Rayyanza selalu menyaksikan keduanya bertengkar hebat. Sehingga, mereka memutuskan untuk berpisah. Mama-nya kini tak ada kabar sama sekali setelah perceraian itu. Ia tumbuh menjadi sosok laki-laki datar dan dingin, ia selalu membangkang, hobinya balapan dan tawuran. Saat masih sekolah, ayah Rayyan berkali-kali dipanggil oleh sekolah karena ulah putra-nya itu. Rayyan melakukan itu semua agar mendapat perhatian dari ayahnya yang selama ini selalu sibuk bekerja.

----

Suasana meja makan pagi ini sangatlah harmonis, terlihat Kalandra, bundanya, serta papanya sedang sarapan sambil bersanda gurau, papa Rayyan yang menatap Kalandra dengan kasih sayang serta mengusap kepala Kalandra sembari tersenyum. Serta bundanya yang sedang menghidangkan makanan untuk anak dan suaminya itu.

"Andra, coba tengokin Rayyan dong, udah bangun atau belum adikmu itu." Perintah sang bunda kepada Kalandra.

"Oke, Bun." 

saat hendak beranjak, Rayyan sudah turun dari kamarnya, namun ia berjalan melewati meja makan begitu saja tanpa menghiraukan keluarganya.

"Ray, kamu enggak sarapan dulu? sini sarapan bareng-bareng."

"Nggak, buru-buru, ada kelas pagi." Jawab Rayyan ketus.

"RAYYANZA!! KALAU DITANYA SAMA ORANG TUA ITU YANG SOPAN JAWABNYA!" Bentak papa Rayyan.

"ya." jawab Rayyan singkat kemudian berlalu begitu saja.

"RAYYAN!"

"Udah, Pa. Jangan marah-marah terus sama Rayyan, ya?." ucap bunda Andra tenang. 

----

"DARI MANA SAJA KAMU? JAM 12 MALAM BARU PULANG?? BALAPAN LAGI? IYA? MAU JADI APA KAMU TIAP HARI BALAPAN, BERANTEM TERUS KERJAANNYA? HAH? JAWAB!! KALO DITANYA ITU DIJAWAB, RAYYANZA! KAMU INI UDAH KULIAH MASIH AJA NGGAK BERUBAH-BERUBAH. MAU JADI APA KAMU?! UDAH KULIAH TELAT SATU TAHUN, NGGAK PUNYA PRESTASI SAMA SEKALI! LIHAT ABANGMU ITU, DIA UDAH BERKALI-KALI MENGHARUMKAN NAMA KAMPUSNYA, JADI KETUA BEM, IPK NYA SELALU DIATAS 3, DAPAT BEASISWA PULA. DI KAMPUS TERNAMA. SEDANGKAN KAMU? UDAH KULIAH DI KAMPUS YANG BIASA-BIASA AJA, NGGAK PERNAH DAPAT PRESTASI. NGABISIN UANG PAPA AJA! NIAT KULIAH NGGAK SI, KAMU HAH? DASAR ANAK NGGAK TAU DIUNTUNG!"

BertautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang