JANGAN PERCAYA!

1 1 0
                                    


"Pagi Yah..." sapa Naffa sambil menuruni satu persatu anak tangga, lalu menghampiri Harry yang sedang makan dimeja makan. "pagi sayang, ayo sarapan dulu!" ajak Harry lalu menggigit sepotong roti ditangannya. "ok!" sahut Naffa sambil duduk di kursi meja makan.

-------

"Yang semangat ya belajarnya!" ucap Harry yang sedang mengantar Naffa sekolah. 

"Siap bos!!!" jawab Naffa penuh semangat. 

Belum sempat Harry pergi, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang memanggil dan menghampiri Naffa dengan berlari.

"Eh, omm." ucap laki-laki itu sambil nyengir pada Harry, Harry membalasnya dengan senyum tipis. 

"Apaan sih." ucap Naffa sambil menepuk pundak laki-laki itu. 

"Siapa, Fa? Pacar kamu?" tanya Harry. 

"Iya om." ucap laki-laki itu singkat, namun segera ditepis oleh Naffa. 

"Bukan kok, Yah. Jangan percaya!" sanggah Naffa lalu mendorong laki-laki itu.

Melihat tingkah lucu kedua remaja itu membuat Harry tersenyum. 

"Ya sudah, sana masuk kelas!" ucap Harry lalu berbalik arah meninggalkan Naffa dan temannya itu. 

"Iya Yah, pulangnya hati-hati!" ujar Naffa sambil melambaikan tangannya, lalu dibalas Harry dengan lambaian namun tidak berbalik arah.

Tanpa mereka sadari sedari mereka berbincang-bincang tadi ada seseorang yang memperhatikan mereka, yaitu itu orang yang sama yang ada di rumah Naffa tadi malam.

Naffa pun menyusuri lorong-lorong kelas meninggalkan laki-laki itu, namun dia tetap mengikuti Naffa. "lo ngapain sih ngikutin gue!" ucap Naffa sambil mempercepat langkahnya. 

"Fa, lo jangan ngehindar terus dong dari gue! Please!" ucap laki-laki itu dengan nada lelah.

"Kenapa? Lo capek ngejar gue? Kalo capek nggak usah!" ujar Naffa setelah menghentikan langkahnya dan menatap laki-laki itu lalu melanjutkan kembali langkahnya. "Fa, nggak ada kata capek dalam kamus gue, jika itu berhubungan sama lo. Gue mohon sama lo, jangan menghindar dari gue!" ujar laki-laki itu yang masih mengikuti Naffa.

"Terserah lo!" sahut Naffa lalu masuk ke dalam salah satu kelas. Namun laki-laki itu terus mengikuti Naffa, hingga Naffa duduk dibangkunya dan dilihat teman-teman sekelasnya.

Laki-laki itu bernama Raymond, dia adalah anak dari pemilik sekolah. Raymond adalah salah satu dari ribuan orang yang naksir sama Naffa. 

Uwowww secantik apa tuh si Naffa?

Raymond menyukai Naffa karna baginya Naffa itu berbeda dengan gadis-gadis lainnya.

Untuk itu, Raymond bertekad untuk mendapatkan Naffa dan memilikinya. Namun entah kenapa Naffa tidak tertarik sedikit pun padanya, padahal Raymond itu idola para gadis disekolah.

"Udah deh Ray, sana lo ke kelas lo! Gue capek lo ikutin terus! Please!" pinta Naffa dengan sangat memohon. Kemudian Raymond pergi keluar kelas itu meninggalkan Naffa.

"Semoga Raymond bisa ngertiin gue." Gumam Naffa lalu mengusap-usap wajahnya dengan kedua tangannya. 

Kemudian sahabatnya yaitu Anvitha, menghampiri dan menenangkannya. Anvitha memang ada di kelas sedari tadi, dia memang sengaja membiarkan Naffa menyelesaikan masalahnya sendiri, karna dia memang tidak bisa ikut campur.

"Fa, sebaiknya lo jangan keras gitu sama Ray, kasihan!" saran Anvitha.

"Gue bukannya mau ikut campur loh ya, apa salahnya kalau lo menerima dia, lagian gue liat dia tulus banget sama lo. Ayo lah Fa, buka lagi hati lo! Lupain aja orang yang udah nyakitin lo!" ujar Anvitha sambil menggenggam tangan Naffa.

"Gue risih aja sama dia Vi, dia tuh ngejar-ngejar trus." sahut Naffa dengan lesu. 

"Ya udah, terserah lo aja." ucap Anvitha lalu mengambil buku dari dalam tasnya.


-----------------------------------------------------------


"Fa, ayo buruan! Gue udah laper, mau cepat pulang." ucap Anvitha yang sedang berdiri didepan pintu nenunggu Naffa yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. 

"Iya, iya." ini udah selesai kok." sahut Naffa lalu menghampiri Anvitha.

Di waktu yang bersamaan dan arah berlawanan, Raymond datang menghampiri Anvitha. 

"Yuk kita pulang!" ucap Naffa sambil membenarkan bajunya. 

"Vi, Naffa mana?" ucap Raymond yang hampir berbarengan dengan Naffa.

Raymond terkejut melihat kehadiran Naffa hanya mendadak, begitu pun Naffa terkejut melihat Raymond dan menanyakan dirinya. 

"Ray." ucap Naffa. 

"Fa." ucap Raymond tidak sengaja berbarengan lagi dengan Naffa. "lo duluan!" lanjut Raymond. 

"Fa, gue pulang duluan ya, gue laper banget." ucap Anvitha sambil nyegir mengganggu suasana.

"Lo sama Raymond aja, ya! Ray, jagain Naffa trus anterin pulang!" lanjutnya lalu berlari menyusuri lorong-lorong kelas, Raymond membalasnya dengan anggukan. Melihat Naffa yang membisu, Raymond kembali menanyakan apa yang mau dibicarakan Naffa tadi.

Namun Naffa tidak menyahutnya, melainkan duduk di sebuah kursi panjang yang ada didepan kelas lalu Raymond duduk disampingnya. 

"Ray, maafin sikap gue yang udah jahat sama lo ya. Sebenarnya gue--" ucap Naffa. Namun, terputus karna ada seseorang yang telah melemparnya dengan sesuatu namun tidak terlihat benda apa yang mengenai Naffa, dia tidak sadar kan diri.

"Fa, Fa lo kenapa? Fa, sadar Fa!" ucap Raymond panik, lalu digendongnya Naffa sambil berlari menyusuri lorong-lorong kelas, kemudian di masukannya ke dalam mobilnya dan dihantarnya ke rumah Naffa.


-----------------------------------------------------------


Harry panik melihat Naffa yang tidak sadarkan diri, dan langsung mengambil alih Naffa dari gendongan Raymond. Harry membawa Naffa ke kamarnya dan melihat leher Naffa yang terluka. Raymond yang sedari tadi mengikutinya dan sedang berdiri disamping nakas, Harry langsung menyuruhnya untuk pulang. Raymond pun pulang dengan hati yang sangat berat.

Harry membersihkan luka itu, setelah bersih luka itu terlihat membentuk simbol 'L' yang sangat cantik. Harry segera memberi obat pada luka itu, lalu menutupnya dengan hansaplas. Harry sudah paham dengan simbol yang terbentuk dileher Naffa itu, makanya Harry segera menutup luka itu agar tidak ada yang mengetahuinya, bahkan Naffa sekali pun.

Setelah menutup luka itu, Harry pergi ke balkon kamar Naffa, karna dilihatnya ada seseorang yang sedang berdiri dibalik pintu kaca itu. 

"Apakah ini sudah waktunya kau memberi simbol itu?" tanya Harry pada orang itu. 

"Iya, ini sudah perintah." jawabnya singkat.

"Ya sudah, pulanglah! Biarkan Naffa istirahat. Besok jemputnya jangan telat!" ucap Harry dengan orang itu. 

"Baiklah." jawabnya lalu menghilang dengan sekejap.

"Aku sudah sangat menyayangi Naffa," gumam Harry lalu masuk lagi ke kamar Naffa dan mengunci pintu itu.

Laurenia AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang