Special Chap; peresmian

144 24 0
                                    

[Myb this chap can be so cringe, hope y'all like it]

[Myb this chap can be so cringe, hope y'all like it]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________________________

Tok tok tok

Cklek

Lea menatap laki laki dihadapannya dengan tatapan jengah, kini ia melipat kedua tangannya didepan dada. Kini tatapannya berubah galak, membuat laki laki dihadapannya agak menciut.

"Udah?"

"Ya, kayak yang lu liat" Gaza berujar, sembari mengangkat kedua tangannya sedikit untuk menunjukkan dirinya baik baik saja.

Lea meneliti setiap bagian tubuh Gaza yang kini masih bisa ia lihat. Tentu, jauh dari kata baik baik saja bagianya, walau pasti bagi laki laki itu kondisinya sekarang mendekati kata baik baik saja.

"Masuk." Setelah mempersilahkan sang tamu masuk, ia berbalik dan melangkah masuk kedalam. Disusul oleh sang tamu di belakang, tidak lupa Gaza juga menutup pintu.

Tanpa disuruh, Gaza mendudukkan dirinya diatas sofa ruang tengah. Sedangkan Lea mengambil segelas air putih dan kotak P3K untuk laki laki itu.

Kalau dengan Gaza, ia merasa menjadi perawat dadakan. Tiba tiba ia juga dapat mengenal setiap obat yang tepat untuk menyembuhkan luka laki laki itu.

"Gimana Javar?" Tanya Lea sembari mengambil tempat disamping Gaza, lalu posisinya menghadap kearah Gaza. Laki laki itu juga ikut menoleh padanya, namun alisnya tertukik, "kok nanyain Javar?"

Lea memberikan segelas air mineral itu pada Gaza, yang diterima dengan baik oleh laki laki itu. Lalu ia berkutat pada obat obatan didalam kotak P3K di atas meja kaca.

"Ya gapapa, kan dia yang dicegat?"

Ia kembali menoleh kearah Gaza, kini tangannya terangkat sembari memegang kapas yang sudah ia tetesi dengan obat merah. Tampaknya ucapannya membuat laki laki itu jengkel.

"Yaiya, kenapa lu gak nanya-- aduh sakit, le," Ujarnya diakhiri dengan ringisan, kala kapas berobat merah itu mulai menyentuh salah satu luka basah di wajahnya.

"Lu udah ada didepan gue, Gaza. Bahkan sekarang lagi gue obatin, masa masih mau iri sama Javar?"

Gaza tersenyum ia mengangguk, "bener jug-- aduh aduh"

Lea merotasikan matanya malas, laki laki ini tadi tampaknya begitu jantan kala melawan musuhnya. Namun mengapa saat diobati malah ciut?

"Tadi aja deh, pas berantem emang ngerasa sakit?"

Gaza menunjukkan cengirannya sekaligus meringis, "gak kerasa, kan bela temen"

"Iya iya, terserah lu"

"Javar cuma dapet luka luka kecil, dia kan hulk," Ujar Gaza sembari sedikit memperagakan lagak superhero raksasa berkulit hijau itu, Hulk.

Lea terkekeh ia mengangguk paham, "terus lu apa?"

"Captain America"

Alis Lea tertukik, tangannya masih sibuk mengobati Gaza, "You like Iron man, don't you?"

Gaza meringis sejenak kala Lea kembali mengenai obat merah itu pada luka basahnya, "I do. Tapi pas inget Iron man mati terus ninggalin Pepper, gamau"

Lea kembali menukikkan alisnya, heran apa hubungannya dengan Pepper? Ya memang sih, Pepper adalah istri dari manusia besi itu. Tapi apa hubungannya? Bukankah menyukai superhero itu dilihat dari kekuatannya? Bukan pasangannya.

"Kok?"

"Ya, gamau. Kalo jadi Captain America kan, gua bisa menua sama lu"

Lea terdiam sejenak, lalu tertawa pelan. Ia menekan sedikit luka Gaza hingga laki laki itu meringis sakit.

"Aduh, jangan salting dulu, Le"

"Ya lu ada aja, gue agen carter gitu maksud lu?"

Gaza mengendikkam bahunya, senyuman manis terukir di wajahnya, netranya tidak lepas memandangi perempuan dihadapannya, "Ya, iya. Mau jadi apa lagi? Kan cocok"

"Tapi kita pisah, 70 tahun," Ujarnya sembari melirik sejenak kearah Gaza. Tadinya sejenak, namun saat melihat Gaza tengah menatapnya netranya malah terkunci pada tatapan hangat laki laki itu.

"Mau pisah berapa lama pun, kalo akhirnya rumah gua tetep di lu, gua rela" Gaza menggantungkan kalimatnya, ia mendekatkan wajahnya pada Lea membuat perempuan itu sontak agak memundurkan tubuhnya, "Soalnya gua gak bakal khawatir bakal kehilangan lu"

Lea terdiam, tanpa sadar semburat merah hangat menjalar di pipinya. Membuat Gaza terkekeh gemas, perempuan dihadapannya ini memang sangat menggemaskan ketika gugup.

"Maksud lu, gue bangunan gitu?"

Gaza tertawa, ia mengangkat tangannya dan mengacak rambut Lea, "lu tuh paling bisa ngalihin pembicaraan"

"Tapi kali ini, gak akan bisa." Gaza berujar, sedang Lea lagi lagi tampak menunjukkan raut herannya walau masih tampak begitu gugup.

Gaza meraih kedua tangannya, menggenggamnya dengan erat. Bahkan kapas ditangannya sudah dibuang lebih dulu oleh laki laki itu, lalu tangannya ditempatkan diatas pangkuan Gaza.

Netra Gaza yang sedaritadi tidak pernah beralih dari Lea, akhirnya mengunci netra Lea untuk kedua kalinya. Sebaik mungkin Lea berusaha untuk menahan gejolak rasa gugupnya dan juga senyuman bahagianya.

"Kalo lu alihin pembicaraan, gua langsung anggep iya, Le. Gak bercanda gua kali ini," Ujar Gaza yang ditanggapi dengan tawa pelan milik Lea.

"Iya iya, mau ngomong apa?"

"Wanna be my Agen carter? But in different version"
[Mau jadi agen carternya gua? Tapi beda versi]

Lea menukikkan alisnya sembari tersenyum heran, "what kind of version?"
[Versi apa?]

"We never be apart for 70 years. Kelamaan, gua juga gakuat"
[Kita gak akan pisah selama 70 tahun.]

Lea menaikkan salah satu alisnya, "tapi katanya--"

"Iya artinya mau!"

Lea tergelak tawa setelah mendengar ucapan mutlak milik Gaza, laki laki itu tampak jengkel kala ia kembali mulai mengalihkan pembicaraan.

"Tanpa ditanya, juga gue mau"

Senyuman Gaza kembali melebar. Tanpa basa basi, ia langsung menarik perempuan itu kedalam pelukannya. Mengabaikan rasa sakit pada beberapa luka di tubuhnya.

"Akhirnya gak usah ngeluarin alibi aneh lagi buat berduaan sama lu"

Lea tertawa pelan, lalu menepuk lengan Gaza pelan, "apa banget. Gue udah tau yah sebenernya!"

"Masa?"

Lea mengangguk, Gaza tersenyum lalu tanpa aba aba dan tanpa kendali dirinya ia mendaratkan kecupan ringan pada pucuk kepala kekasihnya.

Iya kekasihnya, akhirnya.

"I love you for infinity?"

Lea menukikkan alisnya sembari tersenyum dan mendongak menatap kekasihnya dari bawah, "Sounds like iron man?"

"Beda, pokoknya beda"

"Iya iyaa"

Absurd || Gaon XH [Chat Plot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang