Aku memandangi tetesan-tetesan air hujan yang membasahi jendela kaca café sambil menyeruput minuman yang selalu ku pesan setiap datang ke sini, matcha latte dengan extra ice. Iya benar dengan extra ice, biarpun sebenarnya cuaca gloomy ini mendukung untuk meminum minuman hangat seperti hot chocolate. Terkadang di saat-saat me time seperti ini lah pikiran ku melayang entah kemana mana, mulai dari permasalahan yang paling sederhana sampai yang sukar. Dan sekarang aku sedang memikirkan bagaimana nasib ku setelah lulus dari kampus, karna jujur aku tidak mau berlama-lama menjadi pengangguran dan pasti siapapun tidak menginginkan hal itu. Pandangan ku teralihkan ketika mendengar notifikasi handphone. Melihat pesan yang tertera di sana membuat ku menghembuskan napas secara dramatis, seketika mood ku berubah sama persis seperti cuaca sekarang.
"Hanna...datang ke café samping apart aku, artikel kamu harus di rombak lagi."
Dengan cepat aku meng-iyakan pesan tersebut lalu memejamkan mata sebentar, rasa nya ingin sekali menolak tetapi di saat yang bersamaan harus bertanggung jawab juga. Kurang lebih setelah 10 menit, bus tujuan ku pun tiba. Penumpang bus lumayan ramai sore ini dan rata-rata merupakan pasangan. Pojok kursi paling belakang menarik perhatian ku yang sedang mencari bangku kosong. Mendengarkan musik di dalam perjalanan merupakan perpaduan yang pas, ditambah hujan yang seolah-olah menjadi pemeran bayaran saat ini.
Di tengah perjalanan setengah badan ku terdorong ke depan dikarenakan supir bus yang me-rem secara mendadak tepat di perhentian pertama. Aku memperbaiki posisi duduk lalu menunduk ke bawah untuk mencari earphone yang entah bagaimana terlepas dari telinga ku saat kejadian tadi. Kegiatan mencari benda kecil tersebut semakin sulit dikarenakan bus yang sudah mulai bergerak membuat ku kehilangan keseimbangan.
Aku merasakan sentuhan tangan di bahu kiri ku, refleks aku menoleh dan pandangan ku tertuju ke arah tangan penumpang yang sedang menyodorkan earphone ku. "Terima kasih" ucap ku sambil berusaha melihat wajah yang tersembunyi di balik hoodie biru muda yang sedikit basah itu. Tidak ada jawaban. Dia hanya menatap ku sebentar lalu memalingkan pandangannya dan di saat itu juga aku dapat melihat wajah yang kuyakin tidak beda jauh dengan umur ku, hanya saja dia memiliki brewok tipis yang membuat nya sedikit lusuh ditambah luka yang masih segar di sudut bibir nya.
Aku bisa merasakan suasana yang sangat canggung, pikiran ku langsung bercabang ke mana-mana memikirkan apakah ada yang salah dengan ucapan ku atau dia tidak mendengar nya tadi? Ahh mungkin saja yang kedua.
"Terima kasih ya mas, hehe" kata ku lagi, tapi kali ini ditambah dengan tawa renyah yang lebih ke arah awkward.
Dia masih saja menatap lurus kedepan tanpa memperdulikan ucapanku. Aneh. Tapi syukurlah semesta menolong ku keluar dari situasi ini karna bus sudah berada di halte tujuan ku. Hal yang tidak terduga pun terjadi, si mas ber hoodie biru berdiri bersiap-siap juga untuk turun dari bus diikuti dengan ku yang berjalan pelan di belakang nya. Sesampai nya keluar dari bus dia tiba-tiba memanggil ku.
"Mbak earphone! Aku juga mau bilang terima kasih banyak!!"
Aku masih terdiam di posisi berdiri ku, mencerna perkataan nya barusan. Apa maksud nya dengan mengatakan terima kasih juga? Entah kenapa insting ku berkata ada yang tidak beres dan segera merogoh isi tote bag ku untuk memeriksa apakah ada sesuatu yang hilang dan kalian mau tau apa yang hilang? Handphone? Bukan. Dompet? Bukan juga. Tapi...
Roti isi.
To be continued . . .
-manobunny ♡> ~ <🧃
[12.19.2021]
*Terakhir nulis di wattpad kalo gak salah itu tahun 2019 tentang fanfiction xixixi (uda aku unpublish). Sekarang mau rajin nulis lagi di wattpad <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Starving
RomanceAku baru menyadari kalau semua orang termasuk diriku sendiri itu merasakan lapar. Di sini "lapar" yang aku maksud itu bukan terhadap makanan, tetapi rasa "butuh" akan sesuatu. Baik itu cinta, waktu atau hanya sekedar saling bertemu tanpa saling berb...