Prolog

7 3 4
                                    

PRANGGGG

PRANGGG

"Akhhh!"

PRANGG

BRAK

Suara dobrakan pintu tidak menyurutkan kemarahan pria baruh baya yang sedang gelap mata karena emosi.

"Pah Udah Pah!" teriak pemuda itu sambil memeluk ibunya yang sudah bergetar ketakutan.

"Akhh, diam kamu! Jangan menghalangi saya! Karena saya hanya berurusan dengan dia. Anak perempuan saya satu-satunya mati gara-gara dia!"

PRAKK

Semua barang yang bisa dijangkaunya sudah habis berjatuhan. Tidak ada rasa belas kasihan sama sekali kepada istrinya yang sudah bergetar ketakutan.

"Pah stop pah! Papa tahu sendiri bahwa mamah itu sedang sakit, dia tak ingin mendengar suara bising dari barang-barang yang sudah papa lempar tadi! Tapi kenapa papa masih ngelakuin ini semua!" Fazar, dia sudah menahan amarahnya dari tadi supaya tidak meledak. Tapi melihat kelakuan ayahnya dia tidak bisa tinggal diam.

Saat Fazar akan maju dan berniat membalas perlakuan kasar ayahnya, tapi suara lemah seseorang yang berada dalam pelukannya menyurutkan niat Fazar.

"Fazar maafin mamah, mamah capek Zar mamah capek. Tolong bilang sama papa kamu kalau mamah bukan pembunuh, sakit Zar sakit bukan hanya dia yang kehilangan mamah juga!" suara isak tangisnya sudah tak tethindar lagi dan lama-kelamaan napasnya semakin sesak dan Fazar dapat merasakan tubuh mamah-nya sudah tak bertenaga.

"Mah bangun mah! Jangan tinggalin Fazar!"  ia menepuk lembut pipi ibunya yang sudah tak sadarkan diri.

Tak mendapat respon dari sang empu Fazar-pun menatap nyalang Tian yang sedang berdiri mematung ditempatnya.

"Puas? Puas udah bikin mamah tertekan tiap hatinya?! Papa pernah mikir gak sih? Apa dengan papa berbuat seperti ini bisa membuat adik kemabali? Tidak kan. Papa juga tahu kenapa mamah bisa seperti ini, dan itu juga ulah papa sendiri. Mulai sekarang Fazar minta cukup Pah! Stop ngebuat hal yang bisa bikin mamah tambah sakit."

Tian-pun menjambak rambutnya frustasi. "Kamu tahu Fazar? Rasa bersalah itu menghantui papah setiap saat. Saya gak bisa menjadi Ayah yang baik Fazar! Papah juga sama sakitnya seperti kalian. Tapi setelah Papah luapin itu semua dengan melampiaskan amarah Papah, maka semuanya terasa lebih lega."

"Jika Papah merasa menjadi Ayah yang gagal, maka jangan sampai juga Papah menjadi suami yang gagal!" peringat Fazar.

Setelah itu dia beranjak pergi, membopong ibunya membawanya ke lantai atas dimana tempat kamarnya berada.

"Mau kamu bawa kemana istri saya?" tanya Tian, dia emang seperti itu emosinya selalu meledak-ledak dan naik turun. Setelah dia melakukan kesalahan dia akan meminta maaf dan akan mengulanginya kembali. Dan itu terjadi setelah mereka kehilangan sosok princes kecil yang dari dulu selalu dinantikan kehadirannya.

Fazar malah tertawa sinis. "Setidaknya untuk sekarang mamah lebih aman sama Fazar dibanding Papah. Dan Fazar harap Papah bisa merenungkan kesalahan yang sudah Papah buat,"

~~~~

"

Kenapa semua yang ada di kehidupan gue terasa abu-abu?" tanya Fazar.

Kini dia sedang berbaring di sebuah taman dengan seorang gadis yang selama ini setia menemaninya.

"Karena lo enggak berusaha buat cari warna baru!" jawab gadis itu sambil melirik Fazar yang berada disampingnya. Pemuda itu menggunakan lengan kekarnya sebagai bantalan untuk gadisnya.

Mereka berdua sedang merenung sambil menatap langit  malam dengan segala keindahan-nya.

"Gue gak mau cari warna lain karena gadis di sebelah gue sudah cukup memberikan banyak warna bagi kehidupan gue!" jawab Fazar tanpa mengalihkan pandangannya dari indahnya langit malam.

"Tapi gue merasa abu-abu dengan kehidupan keluarga gue,"

"Kalau gitu ajak gue supaya bisa masuk ke dalam keluarga lo dan memberikan warna lain disana," ucap Ziraya. Perempuan imut dan manis yang merupakan pacar dari Fazar Putra Askary. Warna bola matanya yang coklat terang mampu menghipnotis Fazar pada setiap harinya.

"Susah sayang, gue aja yang anaknya bingung," ucapnya sambil beranjak duduk dan menarik gadisnya untuk ikut bangun lalu disandarkan-nya pada bahunya supaya dia merasa lebih nyaman.

"Belum dicoba kan? Maka mari kita coba."

Dalam satu hentakan gadis itu sudah berada dalam pelukan Fazar. Pemuda itu memeluknya dengan sangat erat dan Ziraya dengan senang hati membalasnya.

"Terima kasih Ra, karena udah masuk dalam kehidupan gue. Gue bersyukur tuhan udah pertemukan gue sama lo. Dan gue mohon sama lo, jangan tinggalin gue ya Ra!" racau Fazar sambil terus mengeratkan pelukannya.

Tanpa Fazar sadari gadis itu sudah meringis dari tadi tapi dia tahan dengan sekuat tenaga. Dadanya terasa sesak, dan tanpa sadar sebelah tangan gadis itu sudah meremas dadanya kuat.

"Tuhan Zira mohon jangan sekarang!" rapalnya dalam hati bersamaan dengan setetes cairan bening yang membasahi pipinya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Self ReminderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang