1

21 2 0
                                    

Pagi itu, Hujan lebat turun di busan.
Suara petir terdengar jelas, serta angin yang berhembus kencang. membuat beberapa orang memilih untuk berdiam diri di dalam rumah.

Entah tidur, memasak, atau mengerjakan sesuatu. Biasanya, sebagian anak akan memilih tidur atau menonton acara kartun kesukaan mereka.

Tapi, tidak dengan anak ini.
Dia malah berdiri di depan pintu kaca rumahnya, yang menampilkan halaman belakang yang cukup luas.

Anak itu hanya diam, membuat Seorang Wanita yang baru saja turun dari lantai 2 menghampiri anak itu.

"Oh, anak Mama sedang melihat apa?"
Wanita berusia sekitar 25 Tahun itu mendekat ke arah Putra nya, yang terus terdiam menatap pohon besar yang ada di belakang rumahnya.

Anak berumur 5 tahun itu sama sekali tidak bersuara. Tatapannya tajam, seperti melihat seseorang yang tidak dia suka.

Melihat sang anak yang sama sekali tidak merespon, rasa khawatir mulai hadir di benaknya.

"Jiji, ada apa?"
Ucapnya sembari melihat ke arah pohon itu, Tangannya tidak berhenti mengusap lembut kepala sang anak.

Rasa takut mulai muncul, mengingat sang anak yang dapat 'melihat' sesuatu.

"Mama" Ucap sang anak tanpa menoleh. tatapannya datar, masih ke arah pohon itu.

"Ada apa? Jisung melihat sesuatu?" Ucapnya yang di balas anggukan oleh sang anak.

"Apa dia tetangga kita ma?"

Jisung menunjuk ke arah pohon, membuat Wanita itu terdiam menatap ke arah pohon.

"Siapa Ji? Mama ga lihat ada orang disana"

"Itu ma, anak perempuan yang sedang berdiri di bawah pohon"

Oh, benar dugaannya. Anaknya itu sedang 'melihat' sesuatu disana. Kenapa harus di saat seperti ini? Tidak ada orang lain di rumah selain mereka berdua.

Haruskah dia menelpon suaminya yang sedang di kantor? Jujur, dia takut jika anaknya sedang 'melihat'

"Ji, kita ke kamar mama ya? Nanti mama bacakan buku kesukaan Jiji"

Jisung, anak itu dengan cepat melihat ke arah mama nya dengan mata berbinar.

"Beneran ma?"

Wanita itu mengangguk dengan senyuman lembut di wajah nya. Tangannya menggenggam tangan sang anak, namun baru beberapa langkah sang anak kembali bersuara.

"Ma, Jiji ga bisa ke kamar"

"Loh, memangnya kenapa?"

"Dia ngelarang Jiji ke kamar, ma. Dari tadi dia ngajakin Jiji buat main"

"Tapi kan di luar lagi hujan, nanti kalau Jiji sakit gimana?"

"Berarti kalau udah ga hujan, Jiji boleh main kan?"

"Ah, i-iya. Nanti kalau udah ga hujan boleh"

Wanita itu mengerutkan dahi nya saat melihat sang anak yang kembali melihat ke arah pintu kaca.

"Maaf ya. kata mama, Jiji ga boleh main kalau lagi hujan. Kita mainnya nanti aja ya?"






Cklek
Brakk!






Mata wanita itu membulat sempurna saat melihat pintu kaca yang terbuka dan tertutup sendiri. Mukanya sedikit pucat dan tubuhnya mulai lemas saat pintu itu tertutup.

"Ma? Mama kenapa?" Jisung menghampiri mama nya yang terlihat pucat.

"I-itu... T-tadi" Ucapnya menunjuk ke arah pintu.

Oh, apa itu? Apa dia berhalusinasi? Apa tadi nyata? Tapi, kenapa Jisung biasa saja?

"Kenapa ma? Mama gapapa?"

"E-engga, kita K-ke kamar ya"

Jisung mengangguk, dia menuntun mama menuju kamar di lantai 2 dengan beberapa pertanyaan di kepalanya.

Ada apa dengan mama? Apa mama sakit? Apa dia harus menelfon Ayah dan bilang kalau mama sakit?

Atau mungkin mama hanya butuh istirahat, karna mama memasak banyak makanan tadi?













Tbc


Halo :)
Maaf ya kalo ada penempatan kata yang salah dan juga typo 🙏
Soalnya aku masih belajar 😅

Oke deh, see you 🤗

Different [ Chenji ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang