"Lebih dari 4.000 penerbangan di seluruh dunia dibatalkan karena melonjaknya kasus Covid-19 akibat Omicron."
"Oh my god....."
adalah yang pertama kali keluar dari mulutku saat mendengar kabar itu. Berita yang terpampang pada TV 50 inci di ruang tamu membuat rasa cemas semakin memenuhi diriku. Aku yang sedari tadi mondar-mandir sekarang duduk di atas sofa. Wajahku tegang seperti emoji batu, dan aku tidak bisa berhenti menggigit kuku tanganku. Ternyata benar yang dikatakan Jin oppa, manager pribadiku, bahwa bandara telah ditutup karena pandemi yang melanda dunia.
".... Ini kabar yang sangat buruk."
Karena penyebaran penyakit ini semakin meningkat, penerbangan di seluruh dunia dibatalkan, dan yang membuat kabar ini paling buruk bagiku adalah Bandara Korea Selatan juga ikut ditutup, yang berarti seluruh penerbanganku akan dibatalkan.
Rasa setengah sedih, setengah kesal berkecamuk sesaat memikirkan betapa tidak adilnya hal ini untukku. Perjalanan udara sudah beroperasi sejak berbulan-bulan lalu dan seingatku, aku tidak pernah mendengar kabar terkait penyebaran covid di pesawat. Lantas, kenapa harus sampai tiba-tiba membatalkan penerbangan?
"Beberapa ahli sekarang memperingatkan bahwa risiko Anda terkena Omicron di pesawat mungkin lebih tinggi dari yang Anda kira--"
"Oh, diamlah, TV!"
Aku langsung menekan tombol switch pada remote yang sedang aku pegang, tidak mau mendengar lebih banyak omong kosong yang diberitakan oleh penyiar seksi itu. Dengan sebuah helaan nafas, aku melempar remote itu asal tapi memastikannya untuk mendarat di sofa, dan secara bersamaan tubuhku merosot ke lantai keramik yang dingin.
Aku berbaring-menyanggah pada dudukan sofa, tampak sedih dan lesu seperti manusia tanpa tulang belakang. Semuanya kacau. Liburan yang telah aku rencanakan untuk aku dan Jisoo selama ini batal begitu saja. Tidak ada liburan berarti tidak ada yang spesial untuk kami di tahun baru ini, dan pemikiran itu membuat air mata mengumpul pada kelopak mataku.
Liburanku berantakan, dan keadaan kamarku tidak lebih rapi dari perencanaanku. Koper yang terbuka, serta baju-baju yang berserakan di sekelilingku membuat kepalaku semakin sakit.
Aku mendengar pintu terbuka, dan aku melihat sosok Jisoo dari ujung mataku. Ia memanggilku dan saat aku menoleh, aku tidak menyembunyikan raut wajahku yang muram dan maskaraku yang luntur. Meski ia tampak mencoba untuk menyembunyikannya, aku tahu bahwa ia sudah mengetahui kabar itu sejak aku dapat melihat kekecewaan tertulis pada wajahnya yang ia paksa menyengir saat ini.
"Jika kamu terus membuat wajah seperti itu, perawatan wajah yang selama ini kamu lakukan akan sia-sia," guraunya mencoba agar membuat keadaan lebih baik, dan itu tidak berhasil. Aku memilih untuk tidak menahan diriku untuk merasa sedih saat ini. Aku membalikkan kepalaku untuk menatap kembali ke langit-langit dan menghela nafas lewat mulutku.
"Kamu tahu... kalau saja aku harus membunuh agar penerbangan kita bisa dilanjutkan, pasti akan aku lakukan."
Aku mengatakannya dengan nada yang serius. Sementara aku memperbaiki posisi dudukku, Jisoo berkacak pinggang. Senyum meremehkan hadir di wajahnya yang rupawan, dan suaranya tiba-tiba terdengar menyebalkan di telingaku.
"Aw, benarkah? Kamu bahkan tidak bisa menyakiti seekor lalat."
Tepat setelah ia mengucapkan itu, aku langsung memutar kepalaku ke arahnya. Aku sempat terkejut saat mendengar suara gertakan pada tulang leherku, kemudian bersyukur karena aku tidak mematahkan leherku. Aku memicingkan kedua mataku, membuat tatapan yang paling tajam padanya. "Jisoo!"
YOU ARE READING
ʜᴀᴘᴘɪᴇsᴛ ʏᴇᴀʀ || ᴄʜᴀᴇsᴏᴏ
FanfictionHappy new year, y'all ♡ written with steamed tofu, the night before 1st January © dalgomcanbite - chaesoo | gxg bahasa indonesia