01. Prolog

4 0 0
                                    

"Apalagi yang kau tunggu? Cepat lakukan!!" Gadis bernama Kiesha itu terus berusaha membuat gadis disebelahnya melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

"Aku- aku tidak bisa?" balas temannya itu yang malah menatap wajah Kiesha dengan wajah sendunya.

"Selina, apa lagi yang kamu tunggu? Kita sudah berada dititik akhir Sel" geram Kiesha.

"Sha, aku gak bisa, aku tahu kita udah sejauh ini, tapi aku gak bisa kalau harus- melakukan hal yang membuat aku semakin membenci diri aku sendiri" lirih Selina, menundukkan kepalanya. Dadanya terasa sesak, detak jantungnya berdetak begitu cepat, bahkan kini wajahnya sudah terlihat sangat pucat.

"Sel, berapa kali harus aku jelaskan? Aku tahu kita ini memang buruk, tapi ini bukan salah kita Sel" Jelas Kiesha, gadis itu mencoba meredakan kekesalannya, setelah melihat keadaan Selina yang sepertinya memang sedang tidak baik-baik saja.

"Harus sampai kapan Sha? Harus sampai kapan kita kayak gini?" Selina kembali menatap Kiesha dan melontarkan pertanyaan yang memang sudah tidak asing lagi bagi Kiesha, mendapat pertanyaan itu dari Selina.

Kiesha terdiam.
Kiesha mengerti, kiesha tahu bagaimana perasaan Selina. Namun dia juga tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan dirinya juga tidak tahu harus sampai kapan ia harus terdiam dan bertahan di tempat ini.

"Sha? Menurut kamu, bagaimana kalau aku menyerah saja? Mungkin itu akan lebih baik"

"Sel, aku tahu kamu capek, aku tahu kamu bingung harus ngapain? Aku tahu ini susah Sel, aku tahu gimana perasaan kamu, karena aku juga ngerasain hal yang sama, seperti apa yang kamu rasakan!"

"Aku tahu ini gak mudah, tapi aku mohon Sel, jangan menyerah begitu saja, aku yakin kita pasti bisa, kamu lihat kan, sekarang--sekarang kita sudah berada dititik terakhir, kita hampir sampai Sel" Kiesha mencoba tersenyum kearah Selina, walau air matanya tak terasa sudah mengalir begitu saja.

Bohong, bohong kalau Kiesha sekuat apa yang terlihat.
Bohong, kalau Kiesha masih bisa melanjutkan semuanya.
Kiesha lelah, Kiesha ingin menyerah, apa yang ia pikirkan dan rasakan sama seperti yang Selina rasakan.

Tapi, Kiesha mencoba bertahan, ia mencoba sekuat hatinya untuk kembali bangkit. Ia lelah, namun tidak bisa jika harus menyerah disini, Kiesha rasa tidak! Ini sudah ditahap akhir dari semua perjalanannya, setelah banyak hal yang harus ia korbankan, setelah banyak hal yang ia lalui, setelah banyaknya orang yang ia sayangi pergi meninggalkannya sendiri. Kiesha rasa ia memang harus berjuang sampai akhir, Kiesha yakin suatu saat ia pasti akan bisa kembali.

Kembali kepada kenyataan bahwa semua ini tidak nyata!

"Xaviera"

Mendengar Selina menyebutkan nama Xaviera, membuat Kiesha langsung membalikkan tubuhnya, menatap kearah yang sama dengan Selina.

Setelah menangkap keberadaan Xaviera yang berada tidak jauh dari keduanya, Kiesha tiba-tiba saja berlari kearah Xaviera yang kini hanya terdiam dengan pandangan kosongnya menatap kearah depan.

Melihat kepergian Kiesha, membuat Selina ikut berlari menghampiri keduanya.

"Vier, Viera, Xaviera!!" teriak Kiesha mencoba membuat Xaviera sadar, namun Xaviera masih tetap tidak bergeming, ia masih tetap terdiam dengan tatapan kosongnya.

"Xaviera" Kini Selina mencoba memanggil Xaviera dengan lembut. Dan ya, tiba-tiba saja Xaviera menatapnya, keduanya kini saling beradu pandang.

Sakit, itulah yang kini Selina rasakan. Melihat tatapan putus asa dari salah satu temannya itu membuat dadanya semakin sesak.

Kini Selina sadar, dia memang lelah. Namun masih ada Xaviera yang keadaannya jelas-jelas lebih parah darinya. "Viera, kenapa?" tanya Selina mencoba menahan air matanya yang kapan saja siap untuk keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stuck in a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang