Sebagai sesama pengguna pedang di TAPOPS Halilintar dan Kaizo sering berlatih pedang bersama. Sore ini seperti biasa mereka berlatih. Sesudah berlatih mereka beristirahat di bangku sambil mengelap keringat dan menikmati makanan dan minuman yang sudah disiapkan untuk menyambut lelah mereka.
"Duluan ya, Hali." Kaizo menepuk bahu Halilintar kemudian melangkah pergi.
"Iya, kak."
Setelah 20 menit beristirahat Halilintar memutuskan untuk pergi juga namun saat berdiri sehelai saputangan ungu yang tergeletak di lantai menarik perhatiannya. Ia pun mengambilnya.
"Ini punya kak Kaizo kan." Halilintar memandangi saputangan itu sebentar kemudian memasukkannya ke saku.
"Balikin sekarang aja deh. Takut lupa."
🍓
Tok tok
"Kak." Panggil Halilintar setelah mengetuk pintu kamar Kaizo namun tidak ada respons.
Tok tok tok
"Kak." Panggil Halilintar namun masih tidak ada respons.
Karena tidak ada respons sama sekali Halilintar pun meraih gagang pintu.
"Aku masuk ya, kak."
Cklek
Halilintar menyipitkan matanya saat melihat ke dalam kamar Kaizo. Pantas saja tidak ada respons dari tadi. Kaizo telah tertidur di kasurnya dengan masih mengenakan mantel mandi.
Ini pertama kalinya ia melihat Kaizo tidur secara langsung. Entah kenapa hal itu terasa cukup menarik baginya. Setelah menaruh saputangannya di meja ia mendekati Kaizo yang masih tertidur lelap kemudian duduk di sampingnya.
Ia memperhatikan Kaizo dari dekat tanpa mengatakan sepatah kata pun. Wajahnya yang tenang, rambutnya yang masih basah, hingga tubuhnya yang terbalut mantel mandi. Ia menelan ludah saat pandangannya beralih pada dada Kaizo yang sedikit terekspos.
"Di balik badannya yang terpahat ternyata kulitnya nggak kasar." Halilintar tertegun melihat kulit Kaizo yang terlihat lembut.
Halilintar menjadi lebih tertarik dengan objek yang tertidur di sampingnya itu. Perlahan tangannya terulur menggapai dada Kaizo. Saat tangannya menyentuh dada Kaizo mata Halilintar membulat.
"Lembutnya, jadi inikah kulit kaptenku yang selama ini bertarung bersamaku?"
Halilintar memberanikan diri untuk melanjutkan aktivitasnya. Diusapnya dada Kaizo dengan sangat halus hingga jari tengah dan jari manisnya menyusup ke balik kerah mantel mandinya.
"Sial, lembut banget. Aku jadi nggak rela nyingkirin tanganku." Halilintar menggigit bibirnya menahan gemas kemudian menatap Kaizo penuh selidik. "Dia ... Bener-bener nggak bangun."
Melihat Kaizo yang tidak terusik sama sekali dengan perbuatan nakalnya membuat Halilintar semakin berani. Ia menghela napas pelan kemudian mendekatkan wajahnya ke leher Kaizo. Mengecupnya pelan.
Setelah itu ia menghentikan aktivitasnya sejenak. Begitu dirasa situasinya benar-benar aman tanpa perubahan ia melanjutkannya. Ia menyapu leher Kaizo dengan bibirnya hingga menghisapnya pelan.
Saat sedang asyik-asyiknya menikmati setiap inci dari kulit leher Kaizo tiba-tiba sepasang tangan menarik kepalanya hingga membuat matanya membulat. Memeluknya kemudian mengangkat kepalanya hingga pandangan mereka bertemu.
"Kamu itu vampir ya? Suka banget sama leher orang."
"Maaf, kak! Aku bener-bener khilaf! Tolong jangan dilaporin." Halilintar menangkupkan tangannya dengan tatapan memohon.
"Harusnya yang dilecehin yang takut ini kenapa malah yang ngelecehin yang takut dah." Kaizo menatap Halilintar datar.
"Jika aku nggak ngelakuin semua hal yang kamu takutin itu apa yang akan kamu lakukan?"
Wajah Halilintar langsung memerah. Perkataan Kaizo dan senyum di wajahnya seakan menggodanya untuk berbuat lebih.
"I ... Itu ...." Halilintar memalingkan pandangannya. "Kalo gitu tentu saja aku jadi pengen nerusin."
"Begitu ya." Kaizo mengangkat alisnya kemudian mencium Halilintar hingga Halilintar terbelalak dibuatnya. "Jadi kamu akan melakukan hal seperti ini? Ato mungkin lebih dari ini?"
"Aku mau lebih, kak." Halilintar mencium Kaizo lahap. Setelah itu ia melepas pengikat mantel mandi Kaizo namun saat ia hendak membukanya tiba-tiba pintu terbuka.
Cklek
"Kaizo, soal misi kita minggu depan ...." Perkataan Koko Ci terhenti setelah melihat ke dalam kamar Kaizo.
"Ko ... Komandan?! Aku bisa jelasin! Aku—" Belum selesai bicara mulut Halilintar sudah ditutup oleh Kaizo.
"Maaf, komandan. Apa pembicaraan kita bisa ditunda sampe rapat nanti malem aja? Aku agak sibuk sekarang." Jelas Kaizo dengan wajah yang sangat tenang di bawah Halilintar.
Halilintar benar-benar tak habis pikir dengan orang yang menutup mulutnya itu. Bagaimana bisa ia begitu tenang dalam situasi seperti ini. Apa semua alien memang selalu stay cool dan acuh tak acuh bahkan saat terciduk?
"Ya udah. Jangan sampe telat ya." Koko Ci berdehem beberapa kali dengan wajah memerah kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ngomong-ngomong kalian pacaran?"
Kaizo terdiam sambil menatap Koko Ci datar. Tak lama kemudian ia menjawab. "Iya."
"Hoo, begitu. Baiklah, maaf mengganggu." Koko Ci pun keluar begitu saja.
Sepeninggal Koko Ci mereka saling berpandangan. Halilintar mengusap wajahnya yang memerah lalu kembali menatap Kaizo.
"Omongan kakak yang terakhir ... Itu serius?"
Kaizo menyipitkan matanya kemudian mengalungkan tangannya di leher Halilintar.
"Itu tergantung kamu."
"Kalo gitu ...." Halilintar memegang pipi Kaizo. "Aku juga bakal lebih serius."
END

KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom (BACA WALL SEBELUM REQUEST)
FanfictionHanya beberapa cerita dengan kapal yang langka (pairing tidak dicantumkan di tag jadi setiap kemunculannya random) P.S: Maaf kalau ada kesalahan atau hal-hal yang tidak berkenan dari cerita ini. Terima kasih 🙏❤️