3. Syarat

7 1 0
                                    

Mata pelajaran kedua baru saja selesai, Jeno yang lelah dimarahi oleh guru dari tadi langsung menuju ke arah kantin, ketempat dimana teman temannya sering berkumpul sewaktu pulang sekolah.

' Woy jeno! Buru sini! ' panggil mark

' lemes banget tu muka.. Kenapa lu? ' haechan melempar permen tepat di muka jeno

" nggak tau deh, tanya tuh ama si bocil! "

' idih.. Gua lagi penyebabnya, jangan suka nuduh nuduh, ntar kena karma loh! ' renjun ikut membuang permen kearah jeno yang tentunya mendapat pukulan dipunggungnya oleh jeno

' jangan bilang, kamu kaya gini karena kesusahan nyari pacar cowo yah?! ' chenle sukses membuat jeno memberikan tatapan tak suka kepadanya, mark, haechan, dan jisung yang sudah tau ikut mengejek jeno. Siapa sih yang nggak kenal jeno? Yang nggak mau dilihat rendah sama temen temennya.

" yee, lu pada tunggu aja besok.. Gua bawa didepan depan muka! " jawaban yang langsung keluar dari mulut jeno tanpa berfikir panjang.

' emang bisa? ' ejek renjun yang dilanjutkan dengan gelakan tawa yang lainnya.

" y-ya bisa lah! Tunggu aja! " jeno mencoba menenangkan dirinya. Habisnya dia sadar, jaemin masih tidak mau menjadi pacar bohongannya, lalu bagaimana caranya membuktikan kepada mereka semua? Dasar jeno tolol!

Jeno akhirnya langsung meninggalkan kelima orang yang masih sibuk menertawakannya. Sesampainya didepan motornya, jeno merapikan sebentar rambutnya, lalu sesekali melambaikan tangan kepada para gadis gadis penyuka dirinya. Dijalankan motornya kembali kerumah bersamaan dengan memasang headset.

Berhenti kembali ditoko dekat rumahnya, ia melihat jaemin yang sedang berjalan, nampaknya rumah jaemin dekat dengan sekolah. Pikir Jeno.

Selesai dengan beli membeli di toko, jeno berencana mengikuti jaemin, entah apa yang ia pikirkan, tujuannya untuk sekarang adalah mengikuti jaemin. Jeno kaget, rumah jaemin ternyata jauh daripada yang ia pikirkan. Sekitar 3 km sebelum rumah jeno. Tapi yang lebih membuat jeno terkejut, rumahnya begitu besar, walaupun tidak sebesar punya chenle. Tapi itu sudah bisa dikatakan besar dikalangan rumah rumah lainnya yang memiliki besar yang sama.

Melihat jaemin yang disambut ramah oleh pelayan rumahnya, jeno langsung bisa menyimpulkan kenapa jaemin sering tidak menjadi pusat perhatian oleh orang banyak, karena saat pulang pun bisa dilihat jaemin pasti tidak akan pergi kemana mana sehabis itu. Jeno saat itu langsung mengurungkan niatnya untuk meminta jaemin menjadi pacar bohongannya.
" nyerah deh.. Orang yang gua paksain dari kemarin ternyata orang kaya.. Pantesan aja dia nggak mau! " Jeno menyalakan kembali motornya, tapi sesaat kemudian dia kembali berfikir sejenak.

" ck, jeno.. Lu barusan ngomong ke chenle kalo lu bakal bawa pacar cowo di depan muka die gimana sih! Jangan nyerah gitu anjing! " jeno berbicara kepada dirinya sendiri.

" apa gua masuk kerumah dia aja ya? Tapi gede banget tuh rumah.. Bisa nemu kamar dia kayanya mustahil dah! " saat itu juga, tiba tiba salah satu pintu balkon yang berada di lantai dua terbuka lebar, dilihatnya jaemin yang menaruh barang tepat di meja balkon itu.

" kek nya tuhan lagi sayang sama gua deh ni hari.. Yok bisa yok! "

Jeno kembali kerumahnya, rencana jahat yang ada dikepalanya menguasai isi pikirannya. Dasar Jeno!

Jeno tersenyum saat melihat mobil ayah dan bundanya terparkir didepan rumah. Tanpa berfikir lagi, jeno turun meninggalkan tas belanjaannya dan bertemu dengan mereka.

' jen-

" BUNDA! "

' aduh aduh.. Lepas sepatu dulu tau! ' ayah jeno datang sambil membawa es teh di tangannya, sedangkan jeno masih memeluk bundanya.
" habisnya jeno rindu banget.. Oh iya.. Nih! Tumben loh masakan ayah enak! " jeno mengeluarkan kotak makanan yang bersih, gelakan tawa ayahnya membuat suasana rumah kembali seperti dulu.

7 Hari Terakhir | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang