Kemarin lampu kota mati karena kehilangan penghuninya. Mereka berlari, bersembunyi dibalik masa lalu yang mendiami isi kepala yang berisik, berbisik, lantas terusik. Diam-diam mereka kabur, mengubur rindu yang diam di ubun-ubun.
Kapan rindu di bayar tuntas? Genap setahun belum juga lunas.
Padahal rindu-rindu itu sudah harus pulang, hampir larut malam anjing tetangga menggonggong kegirangan. Nyamuk malam menjerit kesakitan kena pukulan. Jangkrik-jangkrik bersorak nina bobo dengan kencang. Rembulan di curi sang tuan, di kantongi di saku celana yang bolong oleh gigitan ular.
Tidak usah pulang, biarkan rindu itu tersesat tanpa tujuan karena entah berantah tidak tahu menahu siapa yang di rindukan. Mungkin, lampu tidur dengan bunyi tangis yang merintih kesakitan. Di pojok kamar, sendirian tanpa sandaran.
me nye d i h kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ramai yang kehilangan riuhnya
Poetryberisik itu mengusik, mengulik-ngulik pikiran yang terusik. Sebab, yang ramai cuma isi kepala yang kehilangan warasnya. cover by; pinterest ©-speciosa